Bakat Entrepreneur yang Terasah karena Kondisi dan Pengalaman Alamiah
Bakat tak selamanya lahir dari pendidikan formal atau kursus yang sengaja diikuti. Seperti IGN Wira Budiasa Jelantik, S.H., dari tenis, penyanyi reggae hingga sebagai pengusaha, ia pelajari secara otodidak dan alamiah. Berawal dari faktor keluarga sederhana, kemudian berinisiatif untuk bekerja sejak muda, hingga menemukan pengalaman-pengalaman yang memotivasi diri untuk terus berkembang.
Lahir dari keluarga sederhana, ayah sebagai buruh dan ibu, pedagang di pasar. Sejak SMP, Ngurah Wira pun sudah berinisiatif mengambil pekerjaan, meringankan beban orangtua. Ia pernah bekerja di lapangan tenis, bertugas mengambil bola. Kemudian lama kelamaan, ia mulai tertarik untuk belajar olahraga tenis dan merambah sebagai pengajar.
Tak hanya itu, bahkan Ngurah Wira juga berbakat sebagai penyanyi pada genre musik reggae, yang ia pelajari secara otodidak. Dari penghasilan yang didapat, tak main-main, baru menginjak kelas III SMP dan belum mendapat SIM, ia sudah lebih dulu memiliki motor yang bermerk Alfa Yamaha.
Memasuki ke Sekolah Menengah Atas, Ngurah Wira melanjutkan ke SMKN 3 Denpasar, jobnya sebagai penyanyi masih ia jalankan, bahkan sampai 12 tahun lamanya. Biasanya agar tak berbenturan dengan jadwal sekolah, ia kerjakan di sore hari dan hari libur, honor yang didapat pun semakin menjanjikan dengan dikontrak sebagai penyanyi hotel di The Ayudya Gunungsari.
Tamat SMK, pria kelahiran Sanur, 18 Agustus 1976 ini, memilih fokus bernyanyi dan mengajar tenis, karena saat akan melanjutkan kuliah, dibarengi dengan adik yang akan daftar SMA. Ia akhirnya mengalah, namun tetap berupaya membekali diri dengan ilmu, melalui beberapa kursus, salah satunya bahasa Inggris.
Ngurah Wira semakin mengembangkan dirinya, dengan menambah pengalaman bekerja di Jenggala Keramik, selama tiga tahun. Lepas dari perusahaan tersebut, ia pindah ke perusahaan interior yang meng-handle klien sebagian besar bergerak di hospitality. Pelajaran berharga yang ia dapatkan bekerja di dua perusahaan tersebut, saat pertemuannya dengan orang-orang dalam lingkungan positif, yang mengubah mindsetnya.
Bahwa tak selamanya seseorang sukses hanya karena kepintaran, tapi bakat yang tak disadari ternyata dimiliki, terlebih setelah ada di tengah kondisi dan orang-orang yang memberikan dukungan. Tugas kita sebagai orang yang dilahirkan kurang beruntung dalam ekonomi adalah menghargai proses tersebut dan tak mudah menyerah di pertengahan jalan.
CV. Bali Bagus Interior adalah perusahaan yang bergerak di di bidang furnitur, yang dirintis oleh Ngurah Wira di usia yang begitu muda, yakni 22 tahun. Memutuskan keluar dari zona karyawan kemudian sebagai pengusaha, tentunya banyak tantangan yang ditemukan. Namun baginya, hal tersebut tak mau terlalu ia pusingkan, yang terpenting di sela-sela perjuangan dan yang patut disyukuri, keluarga memberikan doa restu, atas apapun keputusan yang ia ambil.
Kesuksesannya pada bisnis tersebut yang telah melakukan eksport ke Amerika, Afrika dan Eropa, membuatnya diundang ke forumforum diskusi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), terkait kiat mempertahankan bisnis di era pandemi. Ia membeberkan rahasia, bahwa sejak mulai mengenal bekerja dengan orang atau perusahaan, ia sudah terbiasa mengagendakan segala hal yang penting di setiap mendapatkan pengalaman atau pelajaran dari orang-orang yang telah berjasa dalam perubahan kariernya ke level yang lebih baik.
Sukses sebagai pengusaha, tak membuat Ngurah Wira tinggi hati, ia kembali melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda, di Fakultas Hukum untuk menjadi pengacara. Pilihannya untuk melanjutkan di ilmu hukum, karena baginya landasan penting sebagai pebisnis. Terlebih, di tahun 2018 ia juga merambah bisnis ke akomodasi bernama “Amatara Abirama Ubud” berlokasi di Banjar Dukuh, Tegallalang, Gianyar. Ia berharap, pembekalan ilmu tersebut dapat bersinergi dalam usaha-usaha yang ia jalankan, terutama untuk mensupport para pemilik UMKM di Bali, agar dapat terus memperkuat pondasi perekonoman daerah dan menjadi UMKM yang sehat, tangguh dan mandiri.