Turun Gunung dari Pariwisata, Memilih menjadi Pendiri Koperasi di Desa Batunya
Lulus dari D3 Perhotelan, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua, Made Subrata malah kabur dari pekerjaannya di hotel sebagai daily worker. Ia memutuskan kembali ke kampung halaman dan melakukan pekerjaannya beternak dan berkebun. Setelah ditelusuri, ternyata keluarga Subrata tergolong berpenghasilan lebih, dari usaha yang mereka rintis bernama usaha “UD Batu Indah” dan berkebun sejak tahun 1970-an. Dua sektor usaha tersebut pun masih berjalan sampai saat ini, yang lebih fokus dikembangkan oleh kakak, sedangkan pria kelahiran Batunya 5 Juni 1976 ini, merambah mendirikan koperasi di tahun 2009, yang namanya tak jauh berbeda dari usaha keluarga yakni, “Koperasi Serba Usaha (KSU) Bukit Indah”.
Tantangan dalam merintis lembaga keuangan, tentu berbeda dengan menjual sapi atau hasil kebun. Seperti di tahun pertama, respons masyarakat belum terlalu percaya dengan kinerja koperasi, bahkan saat salah satu stafnya, sempat diejek dengan komentar mereka, “Lebih baik membeli celana dalam, dibandingkan menabung di koperasi”. Mendapat komentar seperti itu, Subrata semakin memotivasi dirinya untuk membuktikan Koperasi Bukit Indah, tak seperti yang mereka ragukan, dengan memberikan produk-produk yang mampu membantu pengelolaan keuangan para anggotanya nanti.
Seiring perputaran waktu dan konsistensi memasarkan kepada masyarakat, KSU Bukit Indah sudah mulai menumbuhkan kepercayaan sebesar 70% di Batunya. Diungkapkan Subrata, dalam peningkatan tersebut tak ada trik khusus atau produk-produk spesial yang ditawarkan, ia hanya lebih mengutamakan kebutuhan masyarakat, bila ada yang ingin menabung dan melakukan penarikan, tingkat likuiditas tersebut yang diutamakan. Kepercayaan yang terus bertumbuh oleh para anggotanya, produk-produk lainnya yang mulai diluncurkan, berharap lebih menarik simpatisan masyarakat yang belum menjadi anggota, dan yang sudah menjadi anggota tentunya. Seperti Tabungan Harian, Tabungan Simpanan Berencana, Deposito dan Simpanan Hari Tua. Untuk pinjaman, ada Pinjaman Konsumtif, Bulanan dan Menetap.
Lembaga usaha koperasi, banyak menjadi pilihan masyarakat untuk melakukan peminjaman, karena prosesnya yang singkat dan cicilan yang ringan. Namun, dalam masa krisis pandemi, Subrata memohon pemakluman, karena tak bisa mengucurkan pinjaman dalam jumlah yang besar, ia bersama pengawas dan pengurus pun lebih selektif dalam hal ini. Maksimalnya di angka 50 juta rupiah, agar tak terjadi rasio pembengkakan kredit. Seiring ekonomi yang mulai pulih, KSU Bukit Indah juga tengah melakukan penyesuaian pelayanan berbasis digital, yang diharapkan bisa semakin memberi kemudahan masyarakat, salah satunya saat ini tengah proses pembuatan aplikasi untuk terkoneksi dengan bank. Harapan ke depannya KSU Bukit Indah yakni semakin panjang perjalanannya, semakin mendapatkan hati masyarakat untuk menjadi lembaga yang bisa diandalkan dalam modal kebutuhan usaha maupun menyejahterakan keuangan anggota dalam jangka panjang.