Berkarya di Pariwisata Menjadi Pilihan Anak Petani untuk Mengubah Nasib
Salah satu ranah pekerjaan yang bisa dikatakan penyelamat dari generasi anak petani ialah pariwisata. Puncaknya pada tahun 1990-an, pariwisata Bali pun semakin populer dan mengambil hati turis mancanegara sampai di abad ke-23 ini. Entah sudah kesekian berapa, mereka yang sebelumnya terbelenggu kerasnya kehidupan ekonomi petani, akhirnya sukses beralih ke pariwisata, dengan membekali diri dari berkarier di perhotelan, kemudian membangun pondasi bisnis sendiri, yang kebanyakan tak jauh-jauh dari siluet menarik wisatawan.
Ni Nyoman Nuriani salah satunya, anak petani asli Mengwi yang memilih ke pariwisata sebagai peruntungannya. Sudah cukup kerja kerasnya sebagai anak petani, sudah saatnya ia melakukan perubahan dengan berkarya di pariwisata. Kebetulan saat itu pun satu-satunya sekolah favorit di sekitar tempat tinggalnya ialah SMK Pariwisata Mengwitani, mendaftarlah ia ke sana pada Jurusan Akomodasi Perhotelan. Sebelum tamat, ia kemudian training di hotel kawasan Legian yang semakin membuka peluang pengalaman pekerjaan selanjutnya.
Praktik Nuriani selanjutnya ialah ia sempat bekerja di Mall Bali Galeria, artshop Jepang dan terakhir di Tugu Bali Hotel selama 13 tahun, sejak 2002. Dalam jangka waktu sekian, berbagai kualifikasi posisi telah ia rasakan dan keterampilan pekerjaan ia dapatkan, sampai akhirnya ia sudah tak single lagi, ia memilih untuk mengalah menjalankan peran domestik di rumah tangga.
Ide membuat kos-kosan kemudian muncul dari suami, I Ketut Diatmika karena bisnis macam ini kala itu belum ada di Canggu. Namun karena permintaan para tamu yang menginginkan adanya homestay tak kalah ramai, putusan renovasi bangunan pun dilakukan sebanyak dua kali. Fasilitas “Mikuk Homestay” yang berlokasi di Jl. Pantai Batu Bolong No. 84A, Canggu ini pun ditambah seperti air panas, Wi-Fi, car park, agar tamu betah berlama-lama, bahkan menjadi langganan penginapan ke depannya.
Kompak bersama suami, wanita kelahiran 10 November 1982 ini, tertarik untuk ekspansi di lahan bekas kebun dan berjualan bonsai yang mereka miliki, disebabkan perkembangan bisnisnya kurang progresif, mereka kemudian sepakat memperluas bisnis penginapan mereka, berkomersilkan nama “Mikuk Cottages Canggu”. Proses pembangunannya pun dilakukan secara mencicil dan perlahan. Satu bangunan rampung dan pinjaman bank sudah mampu dilunasi, barulah berlanjut ke pembangunan selanjutnya. Berlokasi di Jl. Pantai Batu Bolong, Gg. Bonton No.9, Canggu, Kuta Utara, Badung, Mikuk Cottages Canggu terlihat kontras berbeda dengan penginapan di seputaran Canggu lainnya. Dengan ukiran Bali yang masih kental tak lain ialah gagasan suami. Selain greteh dalam konsep bangunan, suami juga mengurusi perawatan secara berkala dan manajemen staf. Sedangkan Nuriani fokus dalam pemasaran secara luring maupun daring di platform media sosial.
Posisi suami yang masih bekerja, mensinyalir Nuriani meng-handle tamunya sendiri, apalagi bila ada keluhan dari tamu, dirinyalah yang berinisiatif mengambil alih. Berbekal pengalaman bekerja di hotel sebelumnya, ia sudah siap antisipasi dalam menghadapi berbagai karakter tamu. Ada yang introvert, hingga yang senang berinteraksi dengan tuan rumah, terutama di Mikuk Homestay. Namun sayang, pandemi Covid-19 sempat membuat bisnis penginapannya sepi dan hanya dihuni satu wisatawan. Khususnya Mikuk Cottages Canggu pun baru dibuka Desember 2022 kemarin.
Pasca pandemi, Nuriani berharap tidak ada lagi pandemi-pandemi lain yang melumpuhkan pariwisata Bali dan peristiwa yang menyebabkan krisis lainnya. Terlepas faktor eksternal, dari Bali sendiri bisa terus mempertahankan budayanya dan adat keramahtamahan khas bangsa timur, dua hal itulah yang itu membuat wisatawan nyaman untuk kesekian kali berlibur ke Bali. Mereka akan selalu mencari sesuatu yang tidak ada di negara asal mereka, asalkan Bali tetap menjaga orisinalitasnya dan tak ketinggalan keamanan selama berwisata.