Taklukkan Puncak Kesuksesan dengan Belajar dari Pengalaman Terendah

Dengan semangat yang kuat dan etika kerja yang baik, I Kadek Sudirta berhasil menjaga bisnisnya, “Damar Bali Garment,” tetap berjalan selama pandemi Covid-19. Ia bangga karena pesanan produknya justru meningkat selama pandemi. Keberhasilannya ini mungkin juga berkat doadoa masyarakat yang telah ia bantu dengan menyumbangkan 10.000 masker dan alat pelindung diri (APD) di fasilitas kesehatan dan banjar-banjar yang paling terdampak. Aksi sosial yang dilakukannya pun mendapat pengakuan dari pemerintah karena berhasil meningkatkan kesehatan dan keselamatan kepada sesama.

Di tengah gempuran virus, Sudirta sangat bersyukur mendapat banyak orderan masker dan APD. Namun, ia sempat terkendala dengan pelarangan masyarakat untuk keluar rumah, ia jelas kebingungan dalam menyelesaikan pesanan. Segeralah, ia meminta izin kepada kelian setempat, kemudian disampaikan kepada kantor camat. Setelah mengantongi izin, ia dan tim segera menyelesaikan pesanan untuk dikirim ke rumah sakit di kawasan Nusa Dua. Tak sampai di sana, ia juga ekspor masker dan APD ke Amerika, yang dikomandoi oleh WNA asal Jerman. Setiap minggunya, garmennya ditargetkan untuk memproduksi 3.000 masker dan APD.

Pria asal Baturiti, Tabanan ini, merasa sangat bersyukur karena perusahaannya mendapatkan banyak pesanan di tengah gempuran virus. Meskipun kesibukannya hampir tidak memberikan waktu untuk istirahat, Sudirta merasa bangga dan terpanggil untuk membantu masyarakat dalam negeri melawan pandemi. Bahkan, perusahaannya juga mengekspor masker dan APD ke luar negeri. Tidak hanya itu, kebaikan Sudirta juga mendapat pengakuan dari warga luar negeri yang tergerak hatinya. Sudirta merasa haru dan tersentuh setiap kali membaca komentar-komentar tersebut di media sosialnya. Salah satu pesan yang membuatnya merinding berkali-kali adalah dari seorang pengguna media sosial yang mengaku belum pernah ke Bali. Namun, pengguna tersebut merasa kagum dengan kepedulian orang Bali yang selalu siap membantu sesama, bahkan tanpa biaya.

Retrospeksi Sudirta

Dibalik sikap empati dalam menyikapi hidup dan passion dalam bekerja, hingga membangun bisnis garmen yang sukses, terdapat sebuah latar belakang hidup yang penuh dengan liku-liku dan tantangan yang harus dihadapi. Sebagai anak petani transmigran, Sudirta tumbuh besar di Sulawesi. Selama masa kecilnya, Sudirta menempuh pendidikan mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di Sulawesi. Namun, keadaan sulit dialami oleh keluarganya ketika ayah Sudirta mengalami beberapa gagal panen yang disebabkan oleh hama. Biaya operasional yang seharusnya dialokasikan untuk pupuk dan lain sebagainya, dialihkan untuk biaya gagal panen tersebut. Karena itu, ayah Sudirta pun menyampaikan bahwa tak bisa membiayai sekolahnya lagi setelah SMA. Maka setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk pindah ke Bali dan tinggal bersama pamannya di Kerobokan untuk mencari pekerjaan.

Sudirta sempat bolak-balik antara Bali dan Sulawesi. Awalnya, ia membantu bisnis garmen milik pamannya, namun kemudian merasa bosan, ia kembali ke Sulawesi. Namun hanya dalam waktu empat bulan, ia kembali ke Bali dan kali ini dipermanenkan sebagai karyawan di perusahaan pamannya dengan menerima gaji. Meski terampil menjahit, Sudirta cepat merasa bosan bekerja di perusahaan pamannya. Ia kemudian memutuskan untuk belajar desain dan mengikuti kursus atas ajakan salah satu temannya. Setelah hanya satu bulan mengikuti kursus, Sudirta merasa percaya diri untuk melamar pekerjaan sebagai pattern maker atau pola busana di pabrik besar “Body & Soul” di Banjar Pengubengan, Kerobokan.

Masa sebulan training dilalui, Sudirta tak berhasil lolos untuk menjadi karyawan tetap. Ia kembali melamar di garmen lain yang belokasi di Panjer, Sidakarya. Setelah dua tahun, ia mendapat tawaran bekerja di perusahaan milik orang Italia dengan penghasilan yang lebih besar, masih dalam jangka waktu dua tahun. Beralih lagi ke perusahaan Mama & Leon Factory Store, yang paling banyak menerima ilmu dan pengalaman, meski jangka waktu yang sama dengan perusahaan sebelumnya. Pengalaman yang paling mengesankan ialah ia diikutkan kursus pattern maker computer oleh pemilik perusahaan, Erlina Kang Adiguna (Alm) untuk memenuhi standar perusahaan.

Setelah kehilangan anaknya yang meninggal dunia saat usianya baru satu tahun karena sakit, semangat bekerja Sudirta hilang. Ia memutuskan mundur dari Mama & Leon dan menganggur selama satu tahun, hanya istri yang bekerja. Setelah dimotivasi oleh tim Mama & Leon, semangatnya kembali dan akhirnya ia merintis bisnisnya sendiri yang diberi nama Damar Bali Garment pada tahun 2011. Ia merasa bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang mendukungnya, bahkan pemilik kost tempat ia tinggal meminjamkan modal sebesar Rp25 juta untuk menyewa ruko dan sisanya untuk membeli mesin.

Sudirta telah menghadapi lima tahun tantangan yang sangat berat dalam merintis usaha garmennya. Saat ia memulai usaha tersebut, ia kesulitan mencari pelanggan dan merekrut karyawan juga menjadi masalah tersendiri. Sudirta tidak menyerah begitu saja, ia terus berusaha dan belajar dari setiap kesalahan yang ia lakukan. Kini usaha garmennya telah mengalami transformasi yang sangat luar biasa. Ia berhasil mengalahkan egonya di atas tantangantantangan tersebut, dan melalui kesuksesan Damar Bali Garment, ia kini telah menjadi pemimpin yang membawahi 40 orang karyawan.

Selain merintis usaha garmen, Sudirta juga mengelola usaha toko pakaian “Butik Caremuz Sederhana” yang berlokasi di Jl. Gunung Sanghyang no. 138A, Kerobokan Kaja, Kuta Utara, Badung. Berbagai koleksi brand fashion wanita yang disediakan seperti kemeja, dress, baju, celana dan lain sebagainya yang di desain sendiri dengan menggunakan bahan kualitas ekspor dan juga tentunya dengan harga yang terjamin.

Dalam perjalanan merintis usahanya, Sudirta telah memetik banyak pelajaran, salah satunya bahwa kita harus belajar dari pengalaman titik terbawah terlebih dahulu sebelum mencapai puncak kesuksesan. Ketika kita berada di posisi yang lebih tinggi, guncangan yang kita hadapi pun semakin besar, dengan pengalaman titik terendah sebelumnya, maka kita memiliki bekal dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dari sudut pandang yang lebih luas.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!