Pionir Klinik Hewan Berfasilitas Lengkap di Bali “Adopsi Standar Medis di Luar Negeri”
Sebagai sebuah fasilitas kesehatan untuk hewan, Bali Veterinary Clinic memiliki peralatan medis yang sangat lengkap dengan didukung oleh teknologi terkini. Pemilik sekaligus dokter senior di Bali Veterinary Clinic, Drh. Ni Made Restiati, SKH. MPhil., pun mengungkapkan bahwa pelayanan klinik hewan itu tidak kalah dengan fasilitas kesehatan untuk manusia. Maka tidak mengherankan klinik ini menjadi harapan bagi para pemilik hewan yang sedang sakit, tidak hanya warga lokal tapi juga dari kalangan warga negara asing.
Salah satu keunggulan dari Bali Veterinary Clinic adalah menyediakan layanan 24 jam. Tentunya hal ini menjadi sebuah jawaban bagi kebutuhan terhadap fasilitas kesehatan bagi hewan sewaktu-waktu, terutama di malam hari. Made Restiati menyadari betul bahwa gangguan kesehatan pada hewan bisa terjadi kapan saja dan apabila tidak ditangani dengan segera maka dapat menimbulkan kondisi yang lebih berbahaya. Bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan dokter hewan dapat membawa hewan kesayangan ke klinik-klinik BVC, baik yang berlokasi di Pererenan maupun Sanur.
Dari segi tenaga medis, Bali Veterinary Clinic didukung oleh tenaga profesional yang berpengalaman. Baik tenaga ahli seperti dokter maupun perawat maupun para staf manajemen memiliki visi yang sama yaitu memberikan pelayanan dan kemampuan terbaik demi kondisi kesehatan hewan yang lebih baik. Dari segi legalitas usaha, tempat ini tidak diragukan lagi. Bali Veterinary Clinic telah mengantongi ijin dari pemerintah, Persatuan Dokter Hewan Indonesia, dan Asia-Oceania Veterinary Group.
Jika mengunjungi Bali Veterinary Clinic, tidak jarang mendapati para pemilik hewan yang merupakan Warga Negara Asing (WNA) yang membutuhkan perawatan untuk hewan kesayangan. Memang para WNA yang menetap di Bali banyak yang memutuskan memiliki hewan peliharaan sebagai kawan di tempat tinggal mereka. Tidak hanya datang pada saat kondisi hewan sedang sakit mereka juga sering mengunjungi klinik untuk berkonsultasi seputar perawatan hewan, medical check up, maupun vaksinasi. Semua pelayanan itu tersedia di Bali Veterinary Clinic yang juga memiliki fasilitas rawat inap, perawatan gigi, orthopedi hewan dan puppy/kitten care.
Kisah Pendirian BVC
Kepercayaan besar masyarakat terhadap Bali Veterinary Clinic muncul tidak lain karena dedikasi tinggi pemiliknya, Dokter Made Restiati, dalam upaya memajukan dunia kedokteran hewan di Bali. Ia telah terjun sebagai dokter hewan sejak tahun 1989 di mana fasilitas kesehatan untuk hewan masih jarang ditemukan dan teknologi yang dipergunakan belum semaju sekarang.
Made Restiati yang sempat mendapat beasiswa pendidikan ke Australia melihat fakta bahwa masyarakat di sana lebih peduli terhadap kesehatan hewan di lingkungan sekitar. Sehingga fasilitas kesehatan hewan yang ada di sana pun berkembang dengan baik karena dukungan masyarakat.
“Sepulang ke Indonesia, saya memutuskan untuk membangun fasilitas kesehatan hewan yang terbaik dengan mengadopsi standar klinik hewan di luar negeri,” ujar Dokter Made Restiati. Mengawali milenium baru 2000, Made Restiati menorehkan catatan baru di dunia medis hewan dengan mendirikan Bali Veterinary Clinic yang pertama. Klinik hewan ini awalnya berlokasi di Jimbaran yang kemudian di tahun 2002 berpindah lokasi ke Pererenan. Klinik ini mengakomodir kebutuhan para pemilik hewan yang berlokasi di Legian, Seminyak, Kerobokan, Gatsu Barat, Umalas, Berawa, Echo Beach, Seseh, Tibu beneng, Tanah lot dan Tabanan.
Klinik kedua dibangun di Kedonganan namun suatu ketika Dokter Made Restiati memutuskan membangun kembali praktek dokter hewan yang pernah dikembangkan oleh sang ayah. Sehingga klinik kedua Bali Veterinary Clinic saat ini berlokai di Sanur. Faskes hewan ini menangani area Batu Bulan, Denpasar serta wilayah selatan Bali, seperti Nusa Dua dan Jimbaran.
Bukan Sekedar Bisnis
Sebagai tenaga profesional yang membangun fasilitas kesehatan secara swadaya, tentunya beragam tantangan dihadapi oleh Dokter Made Restiati. Mulai dari soal finansial maupun pandangan negatif soal profesi dokter hewan. Namun semua tantangan itu mampu dihadapi perempuan kelahiran Singaraja, 50 tahun silam tersebut dengan semangat perjuangan yang tak pernah surut serta kekuatan doa kepada Sang Pencipta.
Spirit perjuangan di dunia kesehatan hewan itu merupakan warisan dari ayahnya yang merupakan dokter hewan, Drh. Made Djagera. Ayahnya kerap bertugas di beberapa tempat di luar daerah Bali, bahkan sering melaksanakan tugas di daerah krisis. Melihat dedikasi tinggi dari ayahanda tercinta, Dokter Made Restiati pun tergerak mengikuti jejak langkah Sang Ayah di dunia kedokteran hewan.
Menurut Dokter Made Restiati, profesi dokter hewan saat ini cukup menjanjikan seiring dengan meningkatnya tren memelihara hewan seperti anjing, kucing, burung, dan lain sebagainya. Namun ia menambahkan bahwa usahanya membangun fasilitas kesehatan hewan bukan sekedar berorientasi pada profit semata. Ia menjelaskan bahwa dokter hewan juga merupakan mediator antara hewan dan manusia. Dengan demikian dokter hewan mengemban tugas mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya merawat kesehatan hewan.
“Mengapa kita harus menjaga kesehatan hewan di sekitar kita? Karena faktanya, tidak jarang penyakit yang menyerang manusia bersumber dari hewan yang sakit. Di sisi lain keberadaan hewan juga sangat diperlukan manusia dan bahkan jika hewan-hewan punah maka perlahan eksistensi manusia juga akan segera punah,” kata Dokter Made Restiati memaparkan.
Ia pun sangat mendukung para generasi muda yang tertarik menekuni bidang kesehatan hewan. Ia juga berharap nantinya dapat berperan meningkatkan kualitas dokter hewan generasi muda di Bali agar sama-sama berkualitas seperti di negara-negara maju di mana profesi dokter hewan bekerja untuk mengikuti sumpah dan kode etik di atas undang-undang agar hewan memiliki kondisi yang lebih baik.
Salah satu bentuk dukungannya itu diupayakan lewat keaktivannya di organisasi dokter hewan yakni sebagai Ketua PDHI se-Provinsi Bali. Ia kerap tampil mewakili Bali untuk menjembatani aspirasi para tenaga medis hewan di Bali agar pemerintah pusat mau membuatkan suatu sistem regulasi yang mendukung kemajuan dunia kedokteran hewan.
Perjuangan di tingkat lokal dilakukan Dokter Made Restiati yaitu menangani kasus rabies di Bali. Ketua Yayasan Yudhistira Swarga ini memprakarsai program pemberantasan rabies di Bali yang mencakup strategi yang tepat dalam mengendalikan populasi anjing tanpa pemilik yang berkeliaran di ruang publik.
Demikian sekelumit kisah perjuangan seorang tenaga profesional kesehatan yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk bidang yang ia cintai. Tidak ada kata menyerah bagi Dokter Made Restiati, ia tidak akan mengabaikan kesempatan sedikit pun untuk menyelamatkan para hewan yang membutuhkan bantuan.