Kebiasaan Merokok Dengan Alat Elektrik Bisa Picu Kanker
Daftar dampak buruk rokok elektrik terhadap kesehatan bertambah panjang. Sekelompok ilmuwan dari University of Minnesota menemukan bahwa rokok elektrik dapat memicu munculnya kanker. Dalam studi yang dipresentasikan di Pertemuan Nasional ke-256 dan Pameran American Chemical Society, rokok elektrik diketahui mengandung tiga bahan kimia yang dapat merusak DNA. Hal itulah yang nantinya memicu berkembangnya kanker.
Kesimpulan itu didapat setelah tim menganalisis kelenjar saliva (ludah) dan jaringan mulut pada 5 pengguna rokok elektrik dan 5 orang sehat sebagai kontrol.
Silvia Balbo selaku peneliti utama dalam studi ini mengatakan, rokok tembakau memiliki lebih banyak kandungan karsinogen atau zat yang menyebabkan kanker dibanding rokok elektrik.
Rokok elektrik atau yang dikenal juga dengan vape, memiliki konsep yag sama dengan rokok tembakau biasa. Saat tombol pada vape ditekan dan pengguna menghisap ujungnya, sejumlah kecil nikotin atau kandungan lainnya yang ada pada cairan isi ulang yang dibakar baterai akan menimbulkan uap bercampur dengan molekul kental di ruangan dan masuk ke paru-paru.
Disadari atau tidak, cairan vape mengandung segudang pelarut, pengawet, dan juga perasa yang tidak baik untuk kesehatan, saat zat tersebut diubah oleh panas tinggi dan dikonsumsi penggunanya. Sejumlah penelitian telah menunjukkan, uap rokok elektrik membawa lusinan zat yang mengganggu dan juga karsinogen. Untuk membuktikannya, Balbo dan timnya memeriksa bahan kimia yang ada di mulut lima perokok setelah mereka menghirup vape selama 15 menit. Balbo pun melibatkan lima orang lain yang sehat dan tidak merokok sebagai variabel kontrol.
Mereka menemukan, para perokok elektrik memiliki jumlah senyawa akrolein, methylglyoxal, dan formaldehida yang tinggi. Ketiga senyawa kimia itu membentuk ikatan kovalen dengan DNA, sehingga menciptakan apa yang disebut DNA adduct atau mutasi DNA. Jika DNA adduct tidak dikontrol atau diperbaiki oleh enzim khusus, akan mengakibatkan replikasi DNA dan kemudian memicu pembelahan sel secara terus menerus yang bisa mengakibatkan kanker. Empat dari lima pemakai rokok elektrik mengalami peningkatan senyawa akrolein dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Tim berharap akan ada studi lanjutan yang dapat mengkonfirmasi studi mereka dengan sampel orang yang lebih banyak. “Membandingkan rokok tembakau dengan rokok elektrik ibarat membandingkan apel dengan jeruk. Eksposurnya benar-benar berbeda. Kami masih tidak tahu persis apa yang dimiliki alat vape dan dampaknya bagi kesehatan, namun temuan kami menunjukkan pandangan yang dijamin baru,” ujar Balbo.