Tekun Belajar Akuntansi, hingga Penundaan Kepuasaan Pribadi demi Kesuksesan KAP-DHN

Dwi Haryadi Nugraha memiliki latar belakang orang tua yang bekerja sebagai penjual kue bikang panggang dan berbagai jenis kue basah lainnya. Meskipun kue bikang buatan orang tuanya terkenal enak di Desa Sanggulan, Kabupaten Tabanan, mereka enggan menurunkan resep tersebut kepada Dwi dan adiknya. Orang tuanya memiliki alasan kuat, yaitu mereka tidak ingin anak-anaknya terjebak dalam nasib sebagai pembuat kue dan menghirup asap panggangan hampir setiap hari yang dianggap tidak sehat. Dwi pun tidak pernah dilibatkan dalam usaha dagangan orang tuanya, ia diminta untuk fokus pada pendidikan.

Dwi memilih untuk mengejar jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Bali, Jimbaran. Selama masa kuliahnya, ia mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di sebuah kantor akuntan publik. Kegiatan di kantor tersebut sangat mengasikan dan menantang baginya, hingga membuatnya terlupa menyusun skripsi. Setelah berhasil meraih gelar sarjana, Dwi memutuskan untuk bekerja di kantor akuntan publik tersebut sambil melanjutkan ke tingkat S2 di Universitas Udayana. Dalam waktu kurang dari 19 bulan, ia berhasil menyesaikan studi S2-nya. Kemudian melanjutkan kuliah PPAk di Universitas Udayana. Merasa tidak puas hanya kuliah PPAk, Dwi memperdalam pemahaman akuntansi di Kampus UI Salemba. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, mulai mencoba ujian konsultan pajak A dan B yang berjumlah 11 mata ujian, ujian CA berjumlah 7 mata ujian, dan terakhir yaitu ujian akuntan publik yang berjumlah 11 mata ujian. Selama masa kuliah profesi, ia juga menghadapi tantangan baru akibat pandemi Covid-19, yang membuatnya harus mengikuti kuliah melalui platform online Zoom.

Dulu, ketika Dwi bekerja di sebuah kantor akuntan publik pada tahun 2015, Penghasilan diperoleh berdasarkan jumlah klien yang dimiliki. Jika tidak ada klien, maka tidak ada penghasilan. Di saat yang bersamaan, ada beberapa tawaran bekerja di tempat lain yang menjanjikan penghasilan pasti dan nominalnya besar. Namun, karena sudah terlanjur berjuang untuk karier sebagai akuntan, maka tawaran tersebut terpaksa ditolak. Empat tahun kemudian, kesabaran tersebut berbuah hasil. Jumlah klien yang dimiliki semakin banyak dan diikuti keluarnya izin usaha tiga kantor yaitu Kantor Jasa Akuntan (2019), Kantor Konsultan Pajak (2020) dan Kantor Akuntan Publik (2021).

Belajar dari pengalaman sebelumnya, hal-hal yang kurang baik diperbaiki, sedangkan yang sudah baik dilanjutkan untuk diterapkan di ketiga kantor tersebut. Hal prioritas yang menjadi perhatian di periode awal pembukaan kantor yaitu perekrutan sumber daya manusia. Di benak Dwi, calon SDM yang dibutuhkan bukan yang berorientasi uang. Dwi menginginkan calon SDM tersebut mengutamakan kompetensi, mirip seperti yang dulu telah dilakukan. Ketika kita memiliki kompetensi yang baik, kepercayaan klien akan meningkat dan otomatis penghasilan akan mengikutinya. Saat ini SDM yang dimiliki berjumlah 20 orang dan mereka telah menempuh pendidikan S2 dan PPAk, serta beberapa gelar-gelar profesi.

Berbeda dengan banyak kantor akuntan publik lainnya, jasa yang ditawarkan ketiga kantor yang dimilikinya, yaitu Jasa Perpajakan, Jasa Penyusunan Laporan Keuangan, Jasa Desain Tata Kelola Pengendalian, Audit, Review, Investigasi dan Narasumber Pelatihan. Jangkauan jasa yang telah diberikan di Bali dan ada juga di luar Bali, seperti: Jakarta, Sampit, Lombok, Sumbawa, Sumba, Maumere, Larantuka, Waingapu, Kupang, Atambua dan Makassar.

Keberanian mengambil keputusan yang berisiko ternyata membuahkan hasil. Padahal sedang menjalankan kehidupan yang miskin, sangat membutuhkan adanya penghasilan, pilihan tawaran penghasilan pasti seharusnya dipilih. Pilihan yang diambil pada saat itu sama saja dengan membuat usaha baru yang mana belum tentu ada pelanggan yang datang menggunakan jasa yang ditawarkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!