Bangun Pondasi Bisnis untuk Kesuksesan di Masa Depan

Secara lugas, I Wayan Miarjana menyarankan kepada  generasi muda Bali, satu-satunya cara untuk berhenti bekerja di kapal pesiar adalah dengan memulai bisnis. Jika kembali bekerja sebagai karyawan di darat, penghasilan selama 2 tahun sering kali tidak sebanding dengan penghasilan 6 bulan di kapal. Oleh karena itu, penting untuk memulai bisnis sejak masih bekerja di kapal, bukan setelah selesai. Langkah ini memberi kesempatan untuk membangun pondasi bisnis sambil tetap memiliki sumber penghasilan yang stabil, sehingga transisi dari pekerjaan dari kapal ke bisnis dapat berjalan lebih lancar dan minim risiko.

Sebelum berangkat ke kapal pesiar, Miarjana sudah mantap menata masa depannya dengan melanjutkan ke bidang pariwisata mengambil program Tata Boga di Poltekpar (Politeknik Pariwisata) Bali di Kuta Selatan. Pilihannya pada jurusan ini didasarkan pada pertimbangan praktis, mengingat ia merasa kurang percaya diri dalam kemampuan berbahasa asing, sehingga Tata Boga menjadi jalur yang lebih sesuai dengan keahliannya. Selama masa studi, ia tinggal di rumah pamannya di kawasan Nusa Dua, sambil bekerja daily worker untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendapatkan pengalaman kerja.

Pasca kelulusannya pada tahun 2012, Miarjana kemudian menjalani magang di Ayana Resort selama setahun. Di Ayana, ia belajar banyak tentang dunia kerja di industri perhotelan mewah, baik dari segi teknik memasak maupun manajemen waktu dan kedisplinan. Usai masa magang, ia bekerja sebagai daily worker selama 3 bulan di hotel yang sama. Muncul kemudian keinginan Miarjana untuk memperluas pengalamannya dengan mencari peluang kerja di Ubud, kawasan yang terkenal dengan konsep pariwisata berbasis budaya. Ia sempat bekerja di Ubud Corner selama 4 bulan, sebelum kembali ke Nusa Dua.

Di Nusa Dua, Miarjana berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai staf di Ritz-Carlton, berkat pengalaman sebelumnya di Ayana yang menjadi nilai tambah dalam persaingan kerja. Di Ritz-Carlton, ia bertugas dalam shift yang menuntut fisik dan mental yang kuat, ia tetap menjalaninya dengan semangat karena ia memahami bahwa pengalaman ini adalah bekal untuk masa depannya. Setelah hampir setahun di Ritzh-Carlton, ia mulai mempertimbangkan untuk beralih bekerja di kapal pesiar. Ia melihat peluang besar untuk menabung lebih banyak dengan bekerja di kapal pesiar, mengingat fasilitas dan penghasilan yang lebih menjanjikan dibandingkan pekerjaan di darat.

Bekerja di kapal pesiar menjadi babak baru dalam hidupnya, dimana fokus utamanya adalah mencari penghasilan, berbeda dengan pekerjaan sebelumnya yang lebih menekankan pada pembelajaran dan pengembangan keterampilan. Ia memulai karier di kapal pesiar dibagian cook, memanfaatkan latar belakang pendidikannya di Tata Boga dan pengalaman kerjanya di hotel-hotel mewah. Pada dua kontrak pertamanya, ia bekerja keras sebagai juru masak, menghadapi tantangan pekerjaan yang menuntut fisik serta mental. Jam kerja yang panjang dan jauh dari keluarga sering kali menjadi ujian, tetapi ia menjalani semuanya dengan tekad yang kuat. Baginya, pengorbanan ini adalah jalan untuk menggapai impiannya, yaitu menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan keluarga.

Memasuki kontrak ketiga, Miarjana memutuskan untuk berpindah posisi dari cook ke waiter. Keputusan ini bukan tanpa alasan, posisi sebagai waiter memberinya peluang lebih besar untuk menabung, karena potensi penghasilan dari tip yang lebih tinggi dibandingkan posisi sebelumnya. Pilihan strategis ini menjadi langkah penting dalam rencana keuangannya, menunjukkan kemampuannya dalam memanfaatkan peluang yang ada. Kerja kerasnya selama beberapa tahun di kapal pesiar akhirnya membuahkan hasil yang nyata. Pada tahun 2018, dengan modal yang ia kumpulkan dari hasil jerih payahnya, ia berhasil membangun sebuah rumah. Rumah ini tidak hanya menjadi simbol pencapaian finansialnya, tetapi juga representasi nyata dari kerja keras, disiplin, dan pengorbanan yang telah ia lakukan.

 

Bisnis sebagai Jalan Pulang

Miarjana kembali bekerja di kapal pesiar untuk mendukung pembiayaan usaha penginapannya. Setelah pulang, ia mulai membangun joglo sebagai bagian dari penginapan tersebut. Meski banyak yang meragukan prospek bisnisnya, ia tetap teguh pada keyakinannya bahwa penginapannya akan laku pada waktunya. Ia memahami bahwa tren pariwisata telah bergeser, dan keberadaan platform pemasaran online seperti Booking.com memberikan peluang besar. Sebagai pemilik penginapan, kita hanya perlu menjaga maintenance saja. Setelah membangun 2 joglo tambahan, pandemi Covid-19 melanda dunia. Alih-alih melihat pandemi sebagai hambatan, Miarjana menganggapnya sebagai anugerah. Meskipun penginapannya disewakan secara bulanan karena minimnya wisatawan, lokasinya yang berada di sekitar area penginapan membuka peluang bisnis baru. Ia mendengar keluhan dari wisatawan asing yang ingin tinggal lebih lama di Bali tetapi terkendala izin tinggal. Dengan niat belajar lalu diimbangi dengan bahasa Inggris yang  fasih, ia mulai membantu mereka mengurus izin tinggal secara legal. Layanan yang ia berikan mendapat banyak rekomendasi dari klien yang puas, hingga akhirnya bisnis ini berkembang menjadi badan usaha resmi berbentuk PT. Kini, perusahaannya tidak hanya mengurus izin tinggal bagi individu, tetapi juga menangani izin kerja untuk beberapa hotel besar di kawasan Kedewatan. Untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya, ia membuka kantor baru di Sayan, memperluas jangkauan layanan.

Kesuksesan Miarjana setelah pensiun dari kapal pesiar menarik perhatian rekan-rekannya, yang selama ini sering merasa berat meninggalkan keluarga untuk kembali bekerja di kapal. Kepada mereka, ia memberikan saran untuk mulai berbisnis sebagai jalan menuju kemandirian finansial. Namun, ia menekankan bahwa bisnis tersebut harus dirintis secara bertahap sejak mereka mulai berpenghasilan di kapal. Miarjana juga menyarankan agar saat libur 6 bulan, mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk mulai mengelola bisnis dan merekrut seseorang yang dapat dipercaya untuk menjalankan usaha saat mereka kembali bekerja di kapal. Dengan demikian, bisnis dapat tetap berjalan meskipun mereka tidak berada di tempat. Ia juga menekankan pentingnya memiliki rencana matang selama bekerja di kapal pesiar, agar saat tiba waktunya untuk berhenti, mereka sudah memiliki landasan yang kuat untuk beralih ke kehidupan yang jauh lebih stabil.

Setelah bisnis berhasil terbentuk dan mulai melayani pelanggan, tugas utama berikutnya adalah menjaga konsistensi dalam pelayanan. Hal ini menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh Miarjana, terutama ketika ia memulai usaha berikutnya yang sesuai dengan keterampilan memasaknya yaitu “Insenja Restaurant” yang berlokasi di Jl. Raya Pejeng Kawan, Pejeng Kaja, Tampaksiring, Gianyar. Di restoran yang melayani layanan sarapan dan makan malam ini, Miarjana tak masalah untuk merekrut tenaga kerja dari kalangan pemuda yang masih bersekolah. Seperti pengalaman yang didapatkan sebelumnya, ia ingin memberikan mereka kesempatan untuk belajar sambil bekerja.

Dengan cara hidupnya yang selangkah lebih maju, Miarjana juga ingin menyebarkan dampak lebih luas lagi, ia ingin membentuk kelompok-kelompok kecil di lingkungannya, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi masyarakat setempat khususnya dalam berbisnis. Bukannya merasa tersaingi jika para warga sekitar membangun bisnis yang serupa di sekitarnya, Miarjana justru bangga dan turut senang melihat mereka sukses. Itulah pilihan hidup yang dipegang teguh olehnya, bahwa keberhasilan bukan hanya  diukur dari pencapaian pribadi, tetapi juga mendorong kemajuan bersama di tanah kelahirannya dan di tengah orang-orang yang dicintainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!