Dari Bekerja di Bengkel Kini Sukses Membuka Usaha Kayu dan Mebel

Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika kepergiannya ke Bali justru membawa Agus Prayitno pada kesuksesan kariernya sebagai pengusaha. Mulanya ia bercita-cita ingin membuka bengkel sendiri. Ketertarikannya pada dunia otomotif sejak remaja memotivasinya kelak suatu saat ia akan membangun usahanya sendiri. Namun, pertemuan dengan saudara di Bali justru memperkenalkannya tentang usaha jual beli kayu hingga seiring berjalannya waktu, usaha kayu miliknya berkembang dan mulai merambah ke bidang usaha mebel. Jati Purwo sukses dikembangkan tidak hanya sekedar memberikan profit semata, tetapi juga menjadi bukti kesuksesannya selama ini

Pria yang dalam kesehariannya di panggil Agus ini, terinspirasi membuka usaha oleh ibunya yang merupakan seorang pedagang di pasar. Sebagai anak seorang sopir, Agus tinggal bersama ibu di rumah, sementara ayahnya bekerja di Surabaya. Sebagai anak terakhir dari empat bersaudara asal Banyuwangi, pada masa kecil terbiasa membantu ibunya berjualan kecambah di pasar. Sepulang sekolah, Agus harus mencari rumput untuk memberi makan kambing dan menyiram kecambah yang akan di jual di pasar. Dibesarkan dalam keadaan keterbatasan ekonomi, Agus menikmati masa kecilnya meski harus makan nasi campur kelapa parut dan garam. Walaupun begitu, ia tidak pernah mementingkan gengsi dan bersyukur dengan keadaan hidupnya kala itu.

Baginya, dapat memenuhi kebutuhan harian dan makan cukup di masa kecil sangatlah disyukuri. Seperti anak-anak pada umumnya, sebelum berangkat sekolah, setelah menyiram kecambah yang ditanam dalam sebuah kendi kemudian sepulangnya, Agus menghabiskan waktu mencari rumput untuk kambing kesayangannya lalu pergi bermain di sawah bersama teman-temannya. Menginjak usia pra remaja, keseharian di masa kecil masih terbawa. Pada saat itu Agus menyadari bahwa dirinya begitu menyukai dunia otomotif lantaran kegemarannya mengutakatik sepeda gayung. “Waktu itu sepeda gayung adalah barang mewah, saya membelinya dari hasil jual kambing. Jangankan sepeda, saya beli motor saja harus menanam pohon jeruk dulu,” ujarnya sambil tertawa.

Melihat kondisi ekonomi pada saat itu, sempat ada rasa minder dalam dirinya. Namun, Agus menepis rasa itu dan menjadikannya motivasi untuk maju. Pada waktu itu, masa SMP lebih banyak dihabiskan dalam pergaulan. Bagi Agus, momen tersebut adalah momen yang paling menyenangkan. Diakuinya bahwa ia memiliki banyak teman. Saat SMA, Agus memilih untuk bersekolah di Banyuwangi. Sempat berkeinginan untuk lanjut ke Sekolah Teknik Mesin karena ingin mendalami otomotif, namun kakaknyalah yang ikut ayahnya ke Surabaya pada saat itu untuk sekolah. Lulus SMA, Agus menolak permintaan ayahnya untuk kuliah di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) karena ingin menjadikan Agus PNS. Dirasa bukan keinginannya, Agus memilih untuk kursus mekanik selama satu tahun, setelah lulus ia pergi ke Jakarta sendirian, pindah dari stasiun ke stasiun untuk bekerja. Seiring prosesnya Agus mendapat berbagai banyak pengalaman. Hal itulah menjadi faktor yang mendorong semangat Agus untuk bekerja dan hidup berdikari. “Melalui proses saya mendapat banyak pengalaman, yang penting saya tetap berbuat baik selama itu. Karena tujuannya supaya kelak bisa merasakan hidup enak, kalau tidak merasakan proses jatuh bangunnya, nggak ada motivasi jadinya,” pungkasnya.

Agus kemudian bekerja sebagai sales di showroom sepeda motor di Jakarta. Berkat menyisihkan uang gajinya, akhirnya cita-cita memiliki motor sendiri tercapai. Setelah bekerja selama 6 bulan, Agus memilih pergi ke Bali tinggal bersama saudaranya dan mulai bekerja di gudang sebagai tukang angkut kayu. Seiring berjalannya waktu, Agus menikah pada tahun 2011. Kehidupan setelah menikah baginya tidaklah mudah karena ada tanggung jawab baru sementara Agus dan istri masih bekerja ikut orang lain. Saat itu, Agus telah memiliki banyak relasi selama bekerja di gudang. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk berhenti dari pekerjaannya. Bermodal nekat, Agus mulai membuka gudang sendiri. Begitu banyaknya relasi, Agus percaya diri menawarkan jasanya dengan melakukan penawaran terlebih dahulu, akhirnya penyuplai yang menjadi kliennya selama ini mempercayakan produknya untuk disimpan dalam gudang milik Agus.

Bukan hal yang mudah merintis usaha dari nol. Diakuinya kendala awal membangun usaha terletak pada minimnya modal. Cara mengatasinya ialah mencari konsumen yang bisa memodali usahanya. “Saya kirim barang, kemudian hasil keuntungannya saya kumpulkan, caranya saya kasih harga murah tapi bayarnya langsung uang cash di awal,” ungkap Agus. Perlahan Agus mulai mempromosikan usahanya melalui penawaran. Dalam menjalankan usaha, Agus sebisa mungkin memberikan pelayanan terbaik, dari segi harga tidak terlalu mahal yang terpenting adalah kelancaran usahanya. Dalam menjalankan usahanya, Agus justru tidak terlalu mengikuti persaingan bisnis pada saat itu.

“Kalau kita jualan mengikuti persaingan harga malah ngga bagus, kita yang hancur kerjanya, kenceng tapi nggak ada hasil. Sempat saya melakukan itu, karena nggak punya stok seperti saat ini, pesanan langsung drop,” terang Agus.

Usahanya mengalami peningkatan pada tahun 2013. Dalam sebulan Agus bisa mengirim 40 truk berisi berbagai jenis kayu. Pengiriman paling banyak dilakukan ke daerah Gianyar dan Tabanan. Pada tahun 2014, Agus memutuskan untuk fokus pengiriman kayu jati. Selama waktu berjalan, Agus mulai merambah usaha mebel. Bermula dari memanfaatkan sisasisa kayu, Agus berinovasi untuk mengembangkan usahanya ke bisnis mebel. Kayu yang digunakan berasal dari Sulawesi, Kalimantan, Surabaya dan Banyuwangi. Jati Purwo mulai berdiri sejak saat itu.

Mebel dibuat dengan model polos terdapat sedikit ukiran menjadi ciri khas dari produk yang dihasilkan Jati Purwo. Pelayanan terbaik yang dapat diberikan Agus adalah memberikan garansi selama satu bulan. Dari segi kualitas produknya, hingga kini Agus telah menerima banyak pesanan dari vila ke vila. “Sebagian besar pemesanannya masih di sekitar wilayah Bali. Paling jauh pengiriman dilakukan ke Lombok. Produk yang paling banyak dipesan seperti lemari. Semuanya akan digunakan untuk mengisi furnitur di dalam vila. Hingga saat ini usaha berjalan lancar, harapan ke depannya semoga usaha ini bisa berkembang lebih baik lagi,” ujar Agus penuh harapan.

Sikapnya yang optimis mengantarkannya menjadi pengusaha sukses. Meski harus melalui banyaknya tantantan dalam setiap prosesnya, mengajarkan Agus akan pentingnya tekad dan keyakinan untuk maju. Dengan kegigihan yang dimiliki, justru membuatnya mampu bertahan melewati segala tekanan hidup baik sejak kecil hingga dewasa. Semua memberinya makna tentang betapa pentingnya keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman demi menggapai kesuksesan. Perjalanan hidupnya begitu menginspirasi terutama bagi siapapun yang ingin mengawali langkah untuk menjadi seorang pengusaha.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!