Tantangan & Peluang Mempromosikan Bisnis Kerajinan Tangan Bali ke Pasar Global
CV Taru Tara adalah perusahaan yang didirikan oleh I Dewa Gede Oka Antara dan I Dewa Nyoman Ari Arnata pada era new normal di tengah pandemi Covid-19. Sebelumnya, Ari bekerja di bidang agen perjalanan, sementara Oka memiliki pengalaman sebagai teknisi di perusahaan ekspor. Meskipun keduanya mengalami kejadian yang memaksa mereka meninggalkan perusahaan tersebut, Ari mengundurkan diri pada tahun 2005 dan bekerja di perusahaan ekspor lain, sementara Oka menerima tawaran untuk mengelola perusahaan ekspor milik orang Perancis pada tahun 2012.
Saat pandemi Covid-19 melanda, banyak bisnis ekspor mengalami kesulitan dan beberapa bahkan tutup. Namun, perusahaan ekspor milik orang Perancis tersebut tetap bertahan dan berhasil meraih keuntungan. Keberhasilan ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa negara asal perusahaan tersebut telah lebih dulu terkena dampak pandemi. Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, perusahaan ekspor tersebut berhasil menyesuaikan diri dengan situasi yang ada dan memanfaatkan peluang yang muncul. Terinspirasi oleh kesuksesan tersebut, keduanya dengan berani memutuskan untuk mendirikan CV Taru Tara, sebuah perusahaan dengan fokus pada bidang yang sama.
CV Taru Tara didirikan pada Juli 2022 dan berfokus pada bidang ekspor furnitur, kerajinan tangan, barang-barang kerajinan, patung, gerabah dan produk lainnya. Perusahaan ini memiliki misi utama untuk mempromosikan kekayaan budaya dan kerajinan Indonesia kepada pasar global. Sebagai langkah awal, CV Taru Tara mengikuti pameran produk-produk berkualitas tinggi yang mencerminkan keindahan dan keunikan seni tradisional Indonesia sebulan setelah didirikan. Perusahaan ini sangat memahami risiko yang terkait dengan bisnis ekspor, oleh karena itu mereka sangat berhati-hati dalam menjalin kerja sama dengan pihak pengemasan, untuk memastikan barang-barang yang dikirim tetap dalam kondisi baik. Meskipun dalam kontrak mereka tidak mengalami kerugian, CV Taru Tara memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kepuasan pelanggan dan ingin memastikan bahwa pembeli tidak mengalami kerugian dalam proses pengiriman produk.
Dalam mencari supplier kerajinan tangan, CV Taru Tara menggunakan dua pendekatan yang berbeda. Pertama, mereka aktif mencari supplier secara mandiri melalui penelitian dan eksplorasi pasar. Mereka menjalin hubungan dengan pengrajin dan produsen lokal yang menghasilkan kerajinan tangan berkualitas tinggi. Kedua, CV Taru Tara juga mendapatkan rekomendasi supplier dari wisatawan yang telah mengunjungi Indonesia dan terkesan dengan keindahan kerajinan tangan yang ada. Selain itu, ketika berhadapan dengan buyer baru, CV Taru Tara melakukan pencarian sendiri dengan mengidentifikasi peluang pasar dan menganalisis kebutuhan serta preferensi pembeli. Mereka berusaha memahami kebutuhan pasar yang berbeda-beda dan menyesuaikan produk yang ditawarkan agar sesuai dengan permintaan pembeli. Dengan strategi ini, CV Taru Tara dapat memperluas jaringan supplier dan meningkatkan keberagaman produk yang ditawarkan kepada pelanggan.
Di situasi terbaru pada tahun 2023, CV Taru Tara melakukan survei terhadap ekspor kerajinan tangan di daerah Gianyar, dan mereka menemukan bahwa semua pengrajin sudah penuh dengan pesanan. Namun, masalah yang dihadapi adalah jumlah pengrajin yang semakin sedikit. Meskipun harga produk mengalami kenaikan, sulit untuk mendapatkan pasokan barang karena generasi muda lebih memilih bekerja di sektor lain daripada bergabung dengan industri kerajinan tangan. Selain itu, Bali masih tertinggal dalam hal pengembangan teknologi produksi karya seni. Di negara seperti Cina dan India, mereka sudah menggunakan proses cetakan yang lebih efisien, sementara di Bali masih banyak yang menggunakan metode manual. Para supplier juga mengeluhkan kenaikan harga bahan baku yang terjadi setiap minggu. Masalah lain yang dihadapi adalah pengemasan produk, yang membuat para wisatawan terkejut. Bali kalah bersaing dengan negara-negara seperti Thailand dan Vietnam yang lebih fokus pada efisiensi biaya pengemasan. Di Bali, biaya packing bisa mencapai lima kali lipat lebih mahal dibandingkan negara-negara tersebut.
Di balik tantangan-tantangan dalam mengembangkan bisnis ekspor kerajinan tangan di Bali, Oka dan Ari berupaya menjadikan CV Taru Tara sebagai kekuatan penggerak dalam memajukan industri kerajinan tangan di daerah tersebut. Dengan komitmen yang kuat terhadap pelestarian budaya dan seni tradisional Bali, mereka fokus pada menjaga kualitas produk, menjalin kemitraan dengan pengrajin lokal, serta memberikan dukungan dalam pengembangan keterampilan generasi penerus dan peningkatan kapasitas para pengrajin. Tujuan mereka adalah menjadikan Bali sebagai pusat kerajinan tangan yang dikenal secara internasional, dengan menghadirkan inovasi, menciptakan desain yang unik, mengejar ketertinggalan dengan negara-negara tetangga dan memenuhi kebutuhan pasar global.