Tak Kenal Sepi Job saat Pandemi, Ashraya Bali Studio Berkontribusi Membangun Kepercayaan Klien adalah Raja
Masih ‘abstrak’ diibaratkan M Wahananda Murti yang belum menemukan minatnya pada bidang tertentu saat masih SMA. Padahal tinggal beberapa langkah lagi, akan tiba masanya menentukan penjurusan di bangku kuliah. Kebisaannya saat itu hanya menggambar, sedangkan dalam akademik, meski cukup pintar, namun rasanya jenuh juga harus menemui kembali teori SMA di tempat kuliah.
Dalam kondisi ‘abu-abu’, Wanda sempat mencoba masuk Akademi Kepolisian atau Akpol, ia berhasil lulus tes fisik dan psikologi, bahkan mendapat peringkat pertama. Ia yang sebenarnya tak bersungguh-sungguh mengikutinya, menjadi tambah bingung dalam mengambil keputusan. Ia kemudian disarankan untuk mengikuti tes teknik arsitektur, tanpa ‘drama-drama’ mencantumkan pilihan program studi lainnya. Alhasil, setelah dinyatakan lolos, ia mantap tercatat sebagai mahasiswa fakultas teknik.
Selama 3 tahun 8 bulan, pria kelahiran Denpasar 1 Januari 1997 ini, mampu mengorganisir antara teori, masifnya tugas-tugas kampus dan meladeni revisi dari para dosen, hingga berhasil lulus dalam kurun waktu yang terbilang cepat. Setelah lulus, selain membangun karier barunya, ia bersama ibu yang berprofesi sebagai dosen, sempat mencoba peluang usaha penginapan, namun hanya bertahan setahun saja, karena belum mengetahui teknik marketing. Ia kembali ke basic, bekerja sama dengan Bajra Dana Architect, menggarap enam vila di Desa Pererenan, Mengwi. Dan banyak aktivitas sebagai arsitek lepas lainnya yang tak kalah berkontribusi membangun kepercayaan relasi.
Pengalaman selanjutnya, Wanda memilih bekerja di perusahaan asing Magnitude Construction, namun hanya dalam jangkauan waktu selama 10 bulan. Alasannya, ia mengatakan akan melanjutkan sekolah, padahal nyatanya pekerjaan di perusahaan tersebut kian lama kian tak terorganisir yang mendorongnya mencuri-curi waktu untuk beristirahat. Pengunduran diri pun diajukan dan ia putuskan untuk mendirikan studio arsiteknya sendiri.
Perusahaan yang ia bangun bernama “Ashraya Bali Studio” saat ini mempekerjakan empat orang karyawan inti, sekaligus yang terjun ke lapangan. Kantor yang berlokasi di Jl. Raya Tebongkang Singakerta, Sukawati, Gianyar ini, kini tengah menjalankan empat proyek berlokasi di Uluwatu, Kerobokan dan dua proyek di Ubud. Dari sekian proyek yang rampung diselesaikan, sudah ada beberapa klien yang puas dengan karya desain bangunan dan telah melakukan repeat jasa Ashraya Bali Studio seperti perusahaan kargo dari Jakarta yang memiliki anak cabang di Denpasar, yang membangun lima vila di Bali. Selain terus berupaya menjaga kepercayaan klien tersebut, proyek yang juga tak kalah meninggalkan kesan bagi Wanda ialah Joglo House di Kendran, Buleleng. Ia pribadi pun sangat puas, senada dengan sang pemilik properti, tak jarang proyek ini menjadi salah satu portofolio yang wajib dipamerkan kepada klien baru.
Tiga tahun belakangan permintaan klien Ashraya Bali Studio lebih condong ke konstruksi vila dan rumah tinggal, di antaranya yang membuat bisnis ini tak sepi job, kendati saat kasus pandemi Covid-19 tengah ‘memanas’. Apapun permintaan klien, Wanda berupaya memenuhinya demi kepuasaan dan hubungan jangka panjang. “Ungkapan ‘Klien adalah raja’ memang benar adanya, tanpa dukungan dari mereka, sebuah bisnis tidak akan berjalan, bahkan target saya akan melakukan ekspansi ke bisnis selanjutnya, yang tak kalah mengekplorasi para arsitek muda dan berbakat,” pungkasnya.