Sukses Membangun Kolaborasi yang Solid, Bersama Raih Kesuksesan Gemilang

Dalam setiap perjalanan hidup manusia selalu membawa cerita baru yang membawa kita menemukan jati diri. Seiring berjalannya waktu, manusia akhirnya menemukan arti dari setiap langkah yang pernah dilewati dan akhirnya menjadi motivasi tersendiri untuk mencapai apa yang diimpikan sejak lama. Melalui proses tempaan hidup yang tidak mudah, melewati beragam kisah masa lalu pahit manisnya kehidupan, membawa sosok I Gusti Ketut Eddi Subowo berada pada posisi seperti saat ini. Menjadi seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang konstruksi, yang diawali dari impiannya sejak kecil ingin menjadi seorang sopir karena ketertarikannya pada alat-alat berat yang biasa diguanakan pada proyek pembangunan seperti ekskavator dan bulldozer. Keberhasilannya mencapai titik ini, mengajak serta putra tercinta I Gusti Putu Bayu Permana untuk bersama-sama memajukan serta mengembangkan CV Bayu Permana, untuk menjadi salah satu perusahaan yang maju dengan semangat serta dedikasi tinggi.

Saat ini berbagai kesibukan seperti mengurus beberapa proyek, pengiriman material untuk pembangunan vila dan hotel menjadi fokus utama keduanya. Dalam upaya mengembangkan usaha, Gusti bersama putranya Bayu tetap beradaptasi dengan perkembangan zaman, mengingat perkembangan teknologi semakin maju khususnya terkait penggunaan alat-alat berat, sehingga hal tersebut membantu proses pengembangan usaha menjadi jauh lebih efektif dan efisien. Pria asal Seririt, Singaraja, ini sejak kecil sudah diajarkan hidup mandiri oleh kedua orang tuanya terutama dari ayahnya. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mencukupi, mengharuskannya menempuh pendidikan hanya sampai jenjang SMP saja. Keinginannya untuk bekerja begitu besar karena ingin membantu menghidupi keluarga pada saat itu. Kedisiplinan Gusti terbentuk melalui didikan ala militer dari ayahnya. Maka dari itu, ia terbiasa untuk hidup dibawah tekanan dan mampu bangkit jika mengalami keterpurukan. Selain itu, Gusti diajarkan akan pentingnya disiplin waktu. Semua itu dilakukan ayahnya demi membentuk karakter Gusti menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Di masa kecil, Gusti mengakui tidak pernah dibebankan apapun oleh orang tuanya. Ia diberikan kebebasan untuk melakukan apapun yang ia inginkan asal masih dalam batasan wajar dan menghormati kedisiplinan waktu. Di masa itu, seperti anak-anak pada umumnya, timbul keinginan untuk membeli mainan, namun ia mengurungkan niat untuk meminta hal tersebut mengingat keterbatasan ekonomi pada saat itu, yang dimana membeli beras pun tak mampu. Meskipun hidup dalam keterbatasan, justru memberi keuntungan bagi Gusti untuk menuangkan kreativitasnya dengan membuat mainan sendiri dari sandal bekas. Gusti pergi ke sekolah dengan menggunakan sandal berbekal uang saku yang hanya cukup membeli tipat cantok sebesar Rp25,-. Meskipun tidak pernah dilibatkan dalam pekerjaan ayah yang dulunya seorang penggali pasir, Gusti kerap diajak ayahnya ke tempatnya bekerja. Melihat banyak sopir proyek pada saat itu mengendarai mobil, munculah keinginginan Gusti untuk belajar menyetir. Lulus SD, Gusti sudah mampu mengendarai mobil sendiri melalui bimbingan ayahnya.

Pada tahun 1991, Gusti mulai bekerja sama dengan ayahnya untuk proyek pengaspalan jalan. Seorang kontraktor dari Jawa turun ke desa mencari tanah galian. Ayah Gusti mengajak seluruh karyawannya untuk terlibat dalam proyek tersebut, bahkan Gusti pada saat itu mulai belajar menggunakan ekskavator. Keinginan Gusti begitu kuat untuk terus bekerja keras agar memiliki penghasilan sendiri. Gusti mulai terjun ke lapangan untuk berkecimpung dalam setiap proyek yang ada. Gusti mulai bertandang ke Surabaya bersama salah seorang mekanik untuk mulai mempelajari seputar teknik bangunan khususnya dalam penggunaan alat berat. Gusti memutuskan untuk memfokuskan diri dalam bidang tersebut dan mulai bekerja sebagai operator selam 1,5 tahun. Di sana ia memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman berharga. Setelah itu, Gusti pulang ke Bali dan menjadi pekerjaan di Tabanan dan bekerja menjadi operator selama 7 tahun. Gusti meningkatkan kemampuannya hingga berhasil menjadi seorang operator serba bisa. Ia mampu mengoperasikan ekskavator dan bulldozer dengan gaji pertama sebesar Rp125.000,-. selama bekerja di Tabanan, ia menyewa kamar kost sampai perlahan kondisi perekonomian mulai membaik.

Setelah 7 tahun bekerja, Gusti akhirnya meninggalkan pekerjaannya tersebut dan mulai merantau ke Klungkung pada tahun 1996. Di sana ia bertemu jodoh dan menikah pada tahin 1997. Memasuki krisis moneter, Gusti mulai mengalami masa-masa sulit. Saat itu, Bayu, putranya menginjak umur 1 tahun. Gusti mulai mengalihkan tujuannya dan bekerja di Hotel Royal Pitamaha demi menghidupi keluarganya pada saat krisis moneter berlangsung. Selama bekerja di sana, Gusti sering terlibat beberapa proyek dan menjadi operator. Kemudian terpikir olehnya untuk memiliki alat berat sendiri. Mencoba meminjam di bank kemudian Gusti berhasil memiliki alat berat sendiri. Sejak itu, ia memulai usahanya untuk berkecimpung di bidang konstruksi terutama dalam hal penyewaan alat-alat berat. Gusti mulai menambah unit alat berat hingga ia dipercaya oleh perusahaan jepang untuk menggunakan jasanya. Seriring jalannya waktu, Gusti mulai melibatkan Bayu dalam perusahaannya tersebut mengelola bisnisnya. CV Bayu Permana mulai beroperasi tahun 2005 dan mulai legal secara hukum pada tahun 2013. Sosok Gusti di mata Bayu adalah sosok ayah yang memberi pengaruh besar dalam kehidupannya. Selain mendidik karakter, Gusti menjadi tempat curhat setia bagi Bayu. Bayu sempat diminta untuk masuk Akpol, namun pada tes akhir tidak lulus. Akhirnya Bayu mulai dilibatkan dalam CV Bayu Permana.

Memulai karier dengan menjadi pengusaha dan melanjutkan bisnis ayahnya, Bayu berkomitmen untuk mendalami serta menekuni bidang tersebut. Dibawah didikan ayahnya yang sangat professional, Bayu mulai mempelajari bagaimana mengelola usaha jual beli sewa alat berat dan bekerja sama berkolaborasi untuk memajukan serta mengembangkan usaha. Berbagai tantangan dihadapi keduanya dan tidak ada kata menyerah dalam setiap proses yang dijalani. Keberhasilan Gusti dan Bayu dalam mengelola usahanya tersebut berhasil memasuki pasar dan sejajar dengan industri konstruksi. Dengan semangat pantang menyerah dan kerja keras, keduanya terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Kolaborasi antara Gusti dan Bayu tidak hanya memperkuat pondasi bisnis, tetapi juga menciptakan warisan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Kesuksesan mereka adalah bukti nyata dari dedikasi, kerja keras dan semangat kolaboratif yang kuat dalam mengembangkan bisnis konstruksi mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!