Teladan Kesetiaan dan Dedikasi dalam Melayani Masyarakat
Menjadi seorang ketua LPD (Lembaga Perkreditan Desa), lembaga keuangan lokal yang memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat, dibutuhkan ketulusan dan kesetiaan yang tak dapat dianggap remeh. Adalah I Wayan Sukasana yang tahun 2024 ini sudah menginjak usia 68 tahun, masih aktif mengabdi LPD Desa Adat Cempaga. Dan masih banyak lagi tokoh krusial di Bali yang pantas diapresiasi, telah mampu bertahan di tengah getirnya LPD dalam menghadapi berbagai tren ekonomi yang berubah dari masa ke masa.
Berdasarkan aturan seseorang maksimal dapat menjadi ketua LPD hingga usia 60 tahun sebelum pensiun. Hal itu tidak terjadi dengan I Wayan Sukasana, Ketua LPD Desa Adat Cempaga. Masyarakat Desa Adat Cempaga beranggapan bahwa belum ada yang siap untuk menggantikan posisinya. I Wayan Sukasana dan empat rekannya di LPD pun bekerja tanpa memikirkan gaji dan secara sukarela melayani masyarakat desa. “Yen gajih itungan, jek joh sajan, seperlima dari UMR,” tutur I Wayan Sukasana dalam Bahasa Bali, yang artinya jika ia memperhitungkan gaji, nilainya jauh dibawah, hanya seperlima dari UMR.
Sebelum ngayah di LPD yang berdiri tahun 1986 tersebut, I Wayan Sukasana berlatar belakang sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Perkebunan dan Pertanian sejak tahun 1994-2012. Sepanjang dekade 90-an hingga memasuki milenium baru, ia telah mengalami perpindahan lokasi kerja yang signifikan. Enam bulan pertama ia bertugas di Bangli sebagai penyuluhan lapangan, setelah selama lima tahun bertugas di Pasuruan, Jawa Timur. Masih dalam posisi yang sama, pada tahun 1983 ia kembali ke Bali dan merangkap di dua kota sekaligus yaitu Buleleng dan Bangli. Melihat integrasi dan dedikasinya dalam bekerja, membuatnya ditunjuk menjadi Kepala Seksi, padahal saat itu masih golongan PNS IID.
Kendati sudah mengantongi karier sebagai PNS, I Wayan Sukasana tak mengesampingkan pendidikannya. Ia kemudian melanjutkan kuliah pada tahun 1994 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Ngurah Rai. Tak puas meraih gelar sarjana sosial, ia kembali melanjutkan pendidikan S2 di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) fokus pada Pendidikan Agama Hindu. Setelah lulus S2, kariernya meningkat, terpilih menjadi kepala bidang perkebunan dan kehutanan.
Mengisi masa pensiun, I Wayan Sukasana tak menyangka akan mengampu posisi yang lebih besar bahkan di tengah masa pandemi Covid-19 yang berimbas pada ekonomi dunia. Setelah tergabung dengan LPD Cempaga yang berlokasi di Kabupaten Bangli pada tahun 2020, ia langsung ditunjuk sebagai ketua hingga saat ini. Setelah sempat mengalami keterpurukan akhirnya berhasil mendongkrak kepercayaan masyarakat melalui Program Cingkreman yang melebihi 100 orang yang terlibat dan total dana mencapai Rp300 juta, program ini mengajak masyarakat menabung secara sukarela dan memicu pertumbuhan ekonomi lokal. Ada juga Program Dana Duka, di mana setiap kelapa keluarga akan dikenakan biaya Rp15 ribu per kepala keluarga. Saat ada keluarga yang meninggal, keluarga tersebut akan menerima bantuan sebesar Rp2,5 juta.
Dengan adanya program-program tersebut diharapkan dapat terus memajukan LPD Desa Adat Cempaga serta memperluas dampaknya bagi masyarakat. I Wayan Sukasana menegaskan bahwa, “Tujuan kita tidak hanya mencari keuntungan semata, melainkan juga membangun desa serta mendukung berbagai kegiatan sosial, untuk meringankan beban mereka”. Dan yang tak kalah penting, visi misi mulia ini bisa diteruskan oleh ketua-ketua selanjutnya.