Sigap Menjawab Tantangan Pendidikan Pariwisata di Masa Pandemi
Krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 mengubah banyak aspek kehidupan manusia. Salah satunya yang terdampak adalah bidang pendidikan pariwisata. Tantangan pun semakin berat manakala pandemi menuntut manusia mengubah perilaku perjalanan wisata. Sebagai perguruan tinggi dengan serapan tenaga lulusan tinggi di tourism industry, Politeknik Pariwisata Bali pun ikut berinovasi dan berkolaborasi dengan stakeholders untuk menyesuaikan adaptasi kebiasaan baru di sektor pariwisata.
Salah satu tantangan dunia pendidikan di kala pandemi melanda dunia adalah pembatasan interaksi fisik antar siswa dan tenaga pendidik. Padahal sejatinya pembelajaran tatap muka sangat penting dilakukan dalam pelatihan di bidang pariwisata. Demikian pula yang diakui Direktur Politeknik (Poltekpar) Pariwisata Bali, Ida Bagus Putu Puja. Ia menjelaskan kampus yang berlokasi di Nusa Dua, Badung itu telah melaksanakan kuliah daring sejak awal masa pandemi. Dalam perkuliahan praktikum tetap dilaksanakan dengan mengikuti kaidah protokol kesehatan.
Ida Bagus Putu Puja mengungkapkan lulusannya sebagian besar memang akan mencari pekerjaan ke hotel, restoran maupun kapal pesiar. Hanya saja di kondisi seperti sekarang, di mana pelaku usaha-usaha tersebut banyak yang memutuskan tak beroperasi. Lembaga pencetak SDM pariwisata ini pun harus bisa berinovasi agar bagaimana lulusannya tetap diserap dunia kerja. Menjawab tantangan tersebut, Ida Bagus Putu Puja menuturkan pihaknya telah memiliki kurikulum yang relevan dengan tuntutan industri saat ini. “Poltekpar Bali melengkapi kurikulumnya dengan program-program yang dapat memberikan keterampilan berwirausaha untuk lulusannya. Melalui keterampilan wirausaha ini, lulusan Poltekpar Bali memiliki daya saing lebih karena tidak hanya mengandalkan rekrutmen tenaga kerja pada perusahaan namun juga dapat membuka lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan masyarakat”, ungkap Ida Bagus Putu Puja.
Poltekpar Bali merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi bidang kepariwisataan di lingkungan Kementerian Pariwisata. Saat ini Politeknik Pariwisata Bali memiliki dua jurusan yang terdiri dari 10 program studi dan satu pasca sarjana. Sejarah kampus Politeknik Pariwisata Bali yang memiliki motto Manganjali Karya Werdhi yang berarti mengabdi dalam karya untuk kemakmuran ini cukup panjang, terhitung 43 tahun hadir sebagai lembaga pendidikan pariwisata yang paling diburu peserta didik baru. Berawal dari Pusat Pendidikan Perhotelan dan Pariwisata Bali yang disingkat menjadi P4B, selanjutnya lembaga ini berubah nama menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata Bali yang disingkat menjadi BPLP Bali. Cukup lama dikenal dengn nama Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali yang disingkat STPNB, kini menjadi Politeknik Pariwisata Bali.
Ida Bagus Putu Puja tetap mendorong mahasiswa yang mengambil jurusan pariwisata agar senantiasa optimis. Sepanjang pengalaman hidupnya, ia telah menyaksikan beberapa kali pasang surut di industri pariwisata. Pada akhirnya pariwisata akan selalu bangkit dengan berbagai proses adaptasi di dalamnya. Selaku pimpinan perguruan tinggi vokasi pariwisata, kehidupan sosok Ida Bagus Putu Puja pun lekat dengan denyut pariwisata. Bahkan sejak kecil ia sudah terbiasa menyaksikan geliat pariwisata di desa kelahirannya yang berada di Ubud. Ada pun sang Ayah merupakan salah satu maestro lukis di Ubud pada zamannya. Hasil goresan ayahnya di atas kanvas kerap diapreasiasi dan dibeli oleh para turis asing.
Bakat seni dari ayah ternyata mengalir deras dalam diri Ida Bagus Putu Puja. Berkat giat dalam mengasah kemampuan melukis, ia mampu menorehkan sejumlah prestasi. Ia mencatatkan diri sebagai juara pada kompetisi lukis tingkat internasional saat duduk di bangku sekolah dasar. Tak hanya potensi di bidang seni lukis, Ida Bagus Putu Puja juga menguasai bakat sebagai pemahat. Setelah menamatkan pendidikan SMA, Ida Bagus Putu Puja melanjutkan kuliah ke jurusan Interior, program studi Seni Rupa dan Desain, Universitas Udayana. Sebelum meraih gelar sarjana ia sudah diterima di dunia kerja. Kemudian bekerja di pemerintahan hingga dipercaya menjabat posisi Kepala Bagian. Di tahun 2000, ia kemudian dipercaya mengelola kampus BPLP, cikal bakal Politeknik Pariwisata Bali.
Perjalanan karier Ida Bagus Putu Puja selanjutnya lebih banyak terkait dunia pendidikan. Di samping tugas sebagai dosen, ia juga kerap dilibatkan dalam pengelolaan institusi pendidikan. Setelah 19 tahun perjalanan karier di kampus pariwisata terbesar di Bali, tepatnya di tahun 2019, ia mendapat kepercayaan sebagai Direktur kampus. Momentum itu bertepatan dengan peralihan status STP Negeri Bali menjadi Politeknik Pariwisata Bali.
Di tahun kedua kepemimpinannya ini memang beragam tantangan ditemui. Misalnya saja proses adaptasi sistem perkuliahan dari konvensional ke daring. Ida Bagus Putu Puja meyakini bahwa kebijakan pemimpin tak serta merta memenuhi aspirasi semua pihak. Dirinya berupaya menjadi pemimpin yang amanah dengan menjaga laku dan tuturnya agar tetap di Koridor norma hukum maupun agama. Sehingga dalam mengambil keputusan tidak merugikan siapapun. Ida Bagus Putu Puja berharap nantinya saat pandemi telah mereda dan pariwisata kembali pulih, institusi pendidikan yang ia pimpin dapat menjadi rujukan kampus pariwisata terbaik di tingkat nasional. Di samping itu diharapkan agar para lulusan Politeknik Pariwisata Bali dapat menjadi insan pariwisata yang mampu mengangkat industri pariwisata Pulau Dewata, baik sebagai tenaga kerja profesional maupun sebagai pencipta lapangan kerja.