Tantangan Mempertahankan LPK yang Terpercaya Bahkan di Tengah Pandemi
Ignatia Sundari dibesarkan di tengah lingkungan keluarga ekonomi menengah, ayah merupakan pegawai perusahaan PT. PLN, namun juga memiliki darah seniman yakni sebagai pelukis dan ibu yang fokus mengurusi rumah tangga. Di antara lima saudaranya, ia adalah perempuan satu-satunya, jadi bukan tidak mungkin ia terlihat tomboi, karena sering menghabiskan waktu bermain dengan saudara laki-lakinya.
Masa kecilnya yang bahagia, Ignatia ungkapkan saat tinggal di sebuah desa di Salatiga, Jawa Tengah bersama kakek nenek dan bermain di kebun. Saat memasuki bangku SMP, ia kemudian memutuskan ikut kakak iparnya ke Singaraja pada tahun 1980- an dan menetap di Bali. Berharap memperoleh ilmu dan pengalaman yang lebih luas lagi, untuk menjadi orang sukses nantinya sesuai dengan cita-citanya sejak kecil.
Ignatia Sundari memang tidak bisa menyebutkan secara mendetail apa yang menjadi cita-citanya. Bila kerabatnya ada yang ingin menjadi bidan, ia hanya bisa mengatakan ingin menjadi orang sukses yang taat pada ajaran Tuhan. Meski memiliki citacita sederhana, ia berupaya menjalani kehidupan, terutama pendidikannya sebaik mungkin, dari sebagai pekerja biasa hingga memotivasinya untuk membangun sebuah lembaga pelatihan kerja “LPK Karunia Dewata”.
Sebelumnya Ignatia Sundari sempat berkarier sebagai guru, ia juga berpengalaman bekerja di sebuah hotel, sampai pada keinginan yang timbul kuat untuk memiliki sebuah usaha sendiri, demi memiliki waktu yang lebih fleksibel bersama keluarga, ide tersebut pun mendapat dukungan suami dan langkah awalnya dilakukan suami dengan membuka tempat kursus bahasa Jepang (LPJ Bali) pada juli 1993, yang saat ini berlokasi di Jl. Raya Pemogan, Gg. Taman No. 62, Denpasar Selatan.
Berdasarkan pengalaman salah satu siswa mereka yang mendapatkan pengalaman tidak menyenangkan dari sebuah tempat kursus, Ignatia Sundari dan suami kemudian kembali berkeinginan mengembangkan sebuah lembaga pelatihan dengan fasilitas yang tengah dibutuhkan banyak orang saat itu. Mereka pun semakin memantapkan diri untuk mengurus perizinan usaha, hingga LPK Karunia Dewata resmi dibuka pada tahun 2015. Mencetak tenaga siap kerja di negeri sakura.
Beralamat di Jl. Batur Sari, Gg. III No. 1, Kedonganan, LPK Karunia Dewata merupakan lembaga pelatihan yang beradaptasi dengan sistem pendidikan dan keterampilan di Jepang. Bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang menopang perkembangan ekonomi suatu negara, melalui pengalihan teknologi dan keterampilan untuk peserta pemagangan luar negeri. Beberapa bidang perusahaan penerima pemagangan ke Jepang tersebut seperti Construction, Processed, Marine Products, Welding, Horticulture, Poultry, Farming, Sewing, Metal Press, Care Worker dan Meat Processing.
Untuk sampai pada proses keberangkatan, terlebih dahulu peserta pelatihan harus menempuh pendidikan bahasa dan budaya Jepang yang dilatih secara langsung oleh tenaga pelatih yang berpengalaman dan bermutu tinggi. Para instruktur maupun staf memiliki rata-rata level bahasa Jepang N3 hingga N1, bahkan sebagian besar tenaga pelatihan berpengalaman tinggal di Jepang selama kurang lebih 3 tahun.
Rata-rata peserta pelatihan menempuh pendidikan bahasa selama 3 bulan untuk siap melanjutkan ke tahap interview dengan user Jepang. Apabila telah lolos interview, peserta pelatihan akan dikarantina dengan berfokus pada pelatihan karakter, bahasa dan penerapan budaya Jepang.
Dipayungi hukum tenaga kerja dan berbagai asuransi baik asuransi kesehatan sampai pensiunan, peserta pun siap ditempatkan di perusahaan-perusahaan yang telah terjalin kerja sama. Hingga saat ini peserta pelatihan yang telah diberangkatkan, diterima dengan baik oleh perusahaan-perusahaan di Jepang dan mendapatkan apresiasi karena peserta latih yang dikirimkan memiliki kualitas baik dari segi bahasa, karakter maupun skill-nya. Bahkan sebagian besar peserta latih yang telah menyelesaikan kontraknya (3 tahun), justru memperpanjang kembali kontraknya hingga 5 tahun kedepan.
Pada masa pandemi, lembaga pendidikan pun mendapatkan dampaknya. Bukan dari berkurangnya jumlah pendaftaran peserta magang, tapi terkendala pada proses keberangkatan yang tertunda. Jepang masih belum mengizinkan tenaga pemagangan dari Indonesia untuk memasuki negaranya. Hal ini menyebabkan peserta latih yang telah memiliki COE (Certificate of Eligibility), tidak dapat diberangkatkan. Sehingga, untuk sementara waktu peserta latih yang telah memiliki COE dirumahkan, dengan tetap belajar bahasa Jepang melalui daring.
Penundaan keberangkatan ini menjadi tantangan besar bagi LPK Karunia Dewata untuk tetap dapat mempertahankan kualitas peserta pemagangan sampai Jepang dibuka kembali dan peserta latih dapat diberangkatkan. LPK Karunia Dewata yang dibawahi 12 orang staf ini, tak memiliki kiat khusus dalam memperkenalkan diri sebagai lembaga pelatihan yang terpercaya bagi masyarakat.
Proses pembelajaran, pelatihan, sistem keberangkatan dan juga penempatan di perusahaan Jepang telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku baik dalam perjanjian maupun kontrak kerja. Kemudian support peserta pemagangan dari LPK baik melalui staf yang tinggal di Jepang maupun support dari staf yang berada di Indonesia tetap diberikan selama pemagang masih bekerja di Jepang. Sehingga hal ini dapat memberikan rasa aman dan rasa nyaman bagi peserta pemagangan. Dari hal inilah kepercayaan timbul dari masyarakat dengan sendirinya dan tanpa sengaja tersampaikan melalui informasi mulut ke mulut bagi mereka yang membutuhkan keterampilan yang difasilitasi oleh LPK Karunia Dewata. Bersyukur meski masih dalam kondisi pandemi, sampai saat ini pun LPK Karunia Dewata masih menjadi pilihan masyarakat untuk mencoba peruntungan bekerja di luar negeri, khususnya negeri sakura.