Keberanian dalam Kepemimpinan Indrawati Membangkitkan KSU Swadana Arta dari Ketidakpastian hingga di Aset Miliaran
Tepat satu tahun setelah didirikannya Koperasi Serba Usaha (KSU) Swadana Arta, Ni Ketut Indrawati memutuskan untuk memulai babak baru dalam karier profesionalnya. Ia memutuskan untuk bergabung di koperasi tersebut dengan tekad untuk membawa perubahan positif yang sangat dibutuhkan. Kehadirannya di KSU Swadana Arta bukan sekadar perpindahan tempat kerja, melainkan sebuah misi. Ia mengecek setiap aspek dari akar masalah, dengan harapan bisa membawa koperasi menjadi entitas yang lebih efisien, berkembang dan memberikan manfaat kepada anggotanya.
Sebelum menemukan panggilan dalam kariernya di lembaga keuangan, wanita asal Baturiti, Tabanan ini, mencoba peruntungannya dengan melamar di PT Telkom Indonesia, namun sayangnya tidak berhasil. Kemudian dalam rentang waktu tahun 1992 hingga 2003, ia bekerja di sebuah wartel. Selama bekerja di wartel, ia juga menjalankan peran sebagai asisten rumah tangga bagi pemilik wartel tersebut. Setelah menjalani periode kerjanya di wartel, ia mendapatkan kesempatan untuk beralih ke sektor perbankan. Ia bergabung dengan PT BPR Adya Perindo (sekarang PT BPR Dewata Indobank), yang juga merupakan milik dari bos pemilik wartel tersebut. Indrawati pun memulai kariernya sebagai Collector dan pada saat yang bersamaan, ia juga menjalankan berjualan makanan bala-bala kepada karyawan koperasi. Meskipun mengalami perubahan dalam pekerjaannya, ia terus menunjukkan dedikasi dan semangat untuk tumbuh dan berkembang.
Memiliki pengalaman terakhir sebagai AO Credit di PT BPR Dewata Indobank, kakak Indrawati yang bergabung dengan KSU Swadana Arta sebagai pengawas, menawarkannya untuk bergabung dengan koperasi yang berlokadi di Desa Kaba-Kaba, Tabanan tersebut. Indrawati pun telah mengajukan tiga kali pengunduran dirinya dari BPR, tetapi permohonannya tidak disetujui. Akhirnya, setelah ia mengatakan mendapatkan pekerjaan di koperasi, BPR terpaksa melepaskan untuk berkarier di lembaga keuangan lain. Begitu ia bergabung sebagai manajer di KSU Swadana Arta pada 2008, ia mendapatkan kenyataan bahwa banyak masalah finansial yang mengalami minus. Ia pun dipercaya mampu untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan kerja keras dan ketekunan, ia mulai menemukan titik terang dan koperasi mulai bangkit kembali. Setelah mendengar bahwa Indrawati sudah tak bekerja di BPR lagi, banyak nasabah yang memilih untuk beralih koperasi, karena sudah terbukti terpercaya dengan kinerja dalam mengelola keuangan para nasabah. Berbeda dengan masyarakat di sekitar KSU Swadana Arta yang masih ragu-ragu tentang kemampuan koperasi, setelah masalah yang terjadi sebelumnya. Indrawati pun harus turun ke lapangan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai perkembangan dan pemulihan koperasi. Sampai sekarang, ia pun masih sering terjun ke masyarakat untuk membangun kepercayaan mereka. Saat ini, hasil dari kerja kerasnya dan tim KSU Swadana Arta yang memiliki 448 anggota ini, telah meningkatkan aset dari Rp238 juta menjadi Rp26 miliar.
Selama masa pandemi Covid-19, Indrawati merasa sangat bersyukur karena berhasil menjaga keberlangsungan KSU Swadana Arta, dengan membagi waktunya sebagai bendahara dalam komunitas banjar dan pengawas di koperasi milik banjar. Ia juga tak lupa berterima kasih kepada sembilan staf, pengawas dan para anggota yang masih bersama koperasi dan memiliki satu visi misi yakni kejujuran. Namun jika sebaliknya terjadi, ia terpaksa mengeluarkan orang tersebut dari koperasi, tujuannya adalah agar koperasi-koperasi di Bali, khususnya KSU Swadana Arta, tidak lagi dipandang pesimisme. Melainkan terus berkembang sesuai dengan amanah dari anggota untuk anggota.