Ingin Melihat Keindahan dari Desa Sayan? Wajib Kunjungi Restoran Sayan Point
Bukan didikan keras yang didapatkan Ni Wayan Astiti dan Wayan Sukarma semasa kecilnya, kendati orang tua sebagai pekerja dengan penghasilan di bawah rata-rata. Pasangan suami istri ini terdesak karena tuntutan ekonomi hidup, yang menimbulkan keinginan terdalam untuk ikut berusaha semampu usia belia mereka saat itu. Mulai dari sebagai buruh tani dan buruh batik mereka lakukan, agar setidaknya tak terjebak terlalu parah dalam kondisi yang lebih signifikan.
Pasangan asal Desa Sayan, Kecamatan Ubud ini, lahir dari latar belakang keluarga yang tak jauh berbeda. Astiti dibesarkan dari keluarga petani dan orang tua Sukarma pernah bertani kemudian beralih sebagai asisten rumah tangga untuk wisatawan yang menyewa lokasi untuk tempat tinggal di Ubud. Sama-sama berangkat sebagai anak pertama dalam keluarga, keduanya pun memiliki sifat kemandirian dan tanggung jawab tersendiri saat menyaksikan kerja keras orang tua. Saat orang tua bekerja, mereka menjaga dan memenuhi kebutuhan adik-adik, bahkan bila ada waktu, ikut meburuh di sawah, tanpa diminta orang tua.
Kebijakan orang tua menuntun Astiti dan Sukarma untuk fokus dengan cita-cita mereka dengan menempuh pendidikan selayak-layaknya. Astiti pun melanjutkan D1 Pusat Pendidikan Perhotelan dan Pariwisata Bali (P4B) Denpasar dan Sukarma di D2 Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua. Setelah lulus dan merasa cukup bekerja di hotel, pasangan ini memanifestasikan bekal ilmu dan pengalaman di pariwisata, dengan kemudian merintis sebuah usaha restoran “Sayan Point” awal tahun 2020 di atas lahan milik pribadi, di Jl. Raya Sayan, Ubud. Sebelumnya lahan tersebut dikontrak oleh wisatawan, karena waktu kontrak sudah habis, mereka berpikir untuk mendirikan usaha agar lahan tetap produktif. Apalagi di sekitar lokasi juga didukung banyak terdapat penginapan yang strategis meramaikan Sayan Point. Di sela-sela rutinitas pula, Astiti juga masih menyempatkan diri untuk melatih yoga asanas.
Nama Sayan Point dipilih, karena lokasinya yang memiliki keunggulan dalam menikmati indahnya “Rice Terraces” yang populer diabadikan dalam postcard pada tahun 1970-an. Lanskap itu pun sampai sekarang masih banyak yang penasaran letak geografisnya, dan Sayan Point menjadi restoran yang wajib dikunjungi, karena tak hanya menawarkan menu yang bervariasi, dari makanan Indonesia hingga western food, tapi juga menjawab rasa penasaran wisatawan domestik dan internasional, akan pemandangan sawah dan hutan yang menakjubkan. Tak sampai di sana, Sayan Point juga dilengkapi dengan fasilitas swing dan dua kolam renang. Pengunjung bisa berenang dan berayun di udara pada sore hari, sambil menikmati matahari terbenam yang memanjakan mata.
Sebuah kolaborasi alam yang begitu indah dan dijauhkan dari kata “eksploitasi” dan menjadi sajian yang harus terus dilestarikan, yang mengetuk hati kita berkali-kali. Sama seperti harapan wisatawan seluruh dunia, seperti itu pula masyarakat Desa Sayan, “the best point” di Desa Sayan harus terus dipelihara dan dijaga sampai di tangan anak cucu dan generasi selanjutnya.