Dari Pekerja Pariwisata Kini Merajut Kesuksesan Bisnis Konveksi di Pulau Dewata

Cerdas melirik peluang dari hobi bermain futsal, membuat pengusaha muda Bali satu ini berhasil menapaki kesuksesan di bisnis penjualan jersey. Tanpa memiliki pengalaman di bidang konveksi, pria yang awalnya bekerja di industri pariwisata ini nekat bantir setir jadi pengusaha. Sewaktu masih berstatus karyawan telah merajut asa merintis usaha secara kecil-kecilan. Simak uraian kisah selengkapnya tentang sepak terjang Putu Ryan dalam membangun usaha meski sempat mendapat pertentangan dari orang tua.

Ada banyak peluang usaha yang dapat digarap berkaitan dengan kebutuhan sandang masyarakat. Jika awalnya pakaian berfungsi untuk membalut tubuh semata, kini fungsi pakaian makin berkembang. Salah satunya sebagai seragam atau identitas dari suatu kelompok. Peluang ini kemudian digarap oleh Putu Ryan dengan membuka usaha pembuatan kaos seragam dan jersey untuk pecinta olahraga sepak bola. Dirinya pun membuktikan potensi bisnis tersebut sangat cemerlang bahkan di masa pandemi pesanan yang masuk kepadanya masih terbilang stabil.

Mengusung nama Mulya Jaya Konveksi dengan apparel bernama Emje Apparel, Ryan menyediakan jasa produksi kaos seragam maupun jersey untuk berbagai kalangan. Konsumennya mulai dari instansi pemerintahan, perusahaan swasta, pengusaha apparel hingga kelompok mahasiswa dan pelajar. Ada juga klub sepak bola atau futsal yang memesan seragam jersey untuk melengkapi penampilan kala bertanding. Di kantornya , Ryan sehari-hari menerima kliennya. Lantaran sudah memiliki peralatan dan SDM sendiri, Ia sanggup mengerjakan pesanan hingga ratusan potong kaos per satu klien. Di musim-musim tertentu seperti tahun ajaran baru, pesanan kian meningkat terutama dari kalangan pelajar. Ryan mengatakan tidak mematok minimal jumlah pesanan tertentu, berapa pun siap dia proses. Juga tidak ada batasan maksimal pesanan produk. Semua proses pengerjaan mulai dari menjahit bahan, sablon dan pengemasan dilakukan langsung olehnya dibantu para tenaga profesional di bidangnya. Dengan demikian, dirinya dapat mematok harga yang lebih terjangkau. Selain itu ia dapat meminimalisir kesalahan produksi yang dapat mengurangi kualitas hasil pengerjaan. Tentunya dapat mencegah potensi komplain di masa depan.

Merintis Usaha

Gambaran menjadi pengusaha konveksi tidak pernah terbesit sebelumnya dari benak Ryan di masa lalu. Begitu pun tidak ada latar keluarga dari kalangan penjahit. Sang ayah merupakan karyawan di perhotelan, sempat mengarahkannya untuk mengikuti jejak ayahnya tersebut. Sementara ibu tercinta merupakan seorang guru di SMP negeri di Denpasar juga ingin agar dia menapaki karier cemerlang, entah di perusahaan swasta maupun di pemerintahan. Namun sejatinya, pria kelahiran Klungkung 1990 itu tidak terlalu memiliki ketertarikan di kedua pilihan karier itu. Meski pada akhirnya saat lulus dari SMA Negeri 5 Denpasar, ia mengikuti arahan ayahnya untuk melanjutkan pendidikan ke kampus perhotelan. Sempat training di hotel terkemuka di kawasan Kuta, Ryan akhirnya lulus tepat waktu dan diterima bekerja di sebuah hotel berbintang.

Memulai kariernya sebagai Bell Boy Hotel, Ryan sama sekali tidak memiliki ambisi untuk menapaki tangga karier berikutnya. Walaupun demikian, ia tetap memberikan performa kerja terbaik sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap komitmen yang sudah dibuat. Di kala penat bekerja, ia menjadikan hobi bermain futsal sebagai cara menghibur diri. Inilah awal mula ia menemukan peluang usaha jersey.

Di awal membangun usaha ia mencari barang melalui supplier di luar daerah lalu menjualkan pada rekan-rekannya. Kian lama usahanya terus berkembang hingga ia memutuskan menerima pesanan kaos sablon bekerja sama dengan konveksi lain. Di tengah jalan kerap menemui kendala, terutama soal ketepatan waktu pesanan. Tak ingin mengecewakan konsumen, Ryan memberanikan diri membeli mesin cetak desain ke media kaos sendiri. Serta membeli mesin jahit dan mempekerjakan tenaga jahit sendiri.

Berbagai tantangan pernah mewarnai perjalanan usahanya, misalnya saja saat menghadapi persaingan tidak sehat dari kompetitor. Ryan pun menyikapinya dengan bijak dan tak pernah menganggap siapa pun sebagai pesaing. Seperti telah menemukan passion yang ia cari-cari selama ini, ia akhirnya memutuskan resign dari hotel tempat ia bekerja selama 5 tahun lamanya. Tepatnya di tahun 2018 memilih fokus menjadi seorang entrepreneur. Memang pada awalnya orang tua sempat mengutarakan rasa kecewa, namun Ryan berhasil meyakinkan kedua orang tua bahwa jalan yang ia pilih sudah tepat.

Bahkan tak hanya mengembangkan bisnisnya di Bali, Ryan berhasil melebarkan jangkauan pasar dengan membuka cabang ke Lombok. Selanjutnya ia memiliki target ingin membuka cabang usaha lainnya di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!