Bidik Pangsa Pasar Khusus Nathalia Farm Hasilkan Babi Organik Bebas AGP
Fokus mengembangkan daging babi organik bebas AGP, perusahaan peternakan Nathalia Farm berhasil membidik target pasar kalangan masyarakat yang concern terhadap isu kesehatan. Sudah memiliki konsumen setia, membuat hasil produksi di Nathalia Farm terus laris di pasaran dan tidak terpengaruh oleh situasi fluktuasi pasar konvensional. Di balik eksistensi peternakan babi organik tersebut, terdapat sentuhan tangan dingin pengusaha bernama Mahkota Ferry Sulistiono. Bersama sang istri ia menggarap peluang usaha ini hingga berhasil memiliki jaringan pemasaran di beberapa kota besar di Indonesia.
Lumrah digunakan untuk upacara maupun dikonsumsi sehari-hari, permintaan terhadap daging babi di kalangan masyarakat Bali tidak pernah ada matinya. Meski penggemar daging kaki empat ini cukup banyak, namun di antaranya masih ragu mengonsumsi karena adanya isu kesehatan. Selama ini ada anggapan bahwa daging babi dari peternakan lokal dibudidayakan di lingkungan yang tak higienis. Serta pemberian pakannya sembarangan sehingga jika daging dikonsumsi akan menimbulkan dampak pada kesehatan.
Pandangan tersebut kemudian ditepis oleh Mahkota Ferry dan Nathalia. Pasangan suami istri tersebut membuat sebuah peternakan khusus pada budidaya babi organik. Berlokasi di Gianyar, peternakan Nathalia Farm menggunakan sistem kandang semi terbuka. Area dalam kandang memiliki sistem ventilasi udara yang lebar sebagai upaya menjaga sirkulasi udara tetap baik. Sementara di sisi luar kandang dibuatkan tembok tinggi dengan biosecurity yang ketat. Tujuannya untuk membatasi akses masuk, sehingga hanya petugas berwenang dan dapat menjaga sterilitas kandang.
“Peternakan Nathalia Farm aman dari virus, bersih dan tidak bau juga terjaga kesehatan babinya dengan staf yang handal,” ungkap Mahkota Ferry. Penanganan khusus lainnya pada peternakan babi organik Nathalia Farm terletak pada pemberian pakan. Mahkota Ferry menjelaskan pihaknya memproduksi sendiri pakan khusus dengan komposisi 50% tepung jagung. Selain itu, babi terjamin bebas steroid atau hormon sehingga aman bagi kesehatan bila dikonsumsi jangka panjang. Juga bebas AGP (Antibiotik Pemicu Pertumbuhan) yang bisa menyebabkan kemandulan dan penyakit lainnya.
Kesehatan hewan di Nathalia Farm ini terus dipantau bahkan hingga tahap pemotongan. Sebelum disembelih, daging babi diambil sampelnya untuk dicek lewat laboratorium kesehatan milik pemerintah. Hasil pengujian digunakan untuk membuktikan babi organik dari Nathalia Farm bebas antibiotik, bebas salmonella, dan bebas cacing. Selain terjamin aman dan sehat, daging babi organik lebih harum, bersih, lembut dan empuk.
Promosi Berbasis Edukasi
Sebelum terjun ke industri peternakan, Mahkota Ferry sempat mencicipi peluang usaha lainnya. Saat pertama kali merantau ke Bali pada tahun 2007, ia membuka usaha konter pulsa dengan modal 10 juta. Perkembangan bisnis seluler pada masa itu sangat bagus karena semakin banyak masyarakat yang memiliki telepon genggam. Hal ini pun membuat usaha milik Ferry yang kian melambung.
Dari usaha penjualan pulsa dan aksesori handphone, Ferry berhasil mengumpulkan modal untuk melebarkan langkah ke usaha lainnya. Pria asal Jawa Tengah ini melirik peluang bisnis properti. Sempat melalui jatuh bangun usaha, Ferry pun mampu bertahan dan memajukan bisnisnya. Sampai ketika setelah menikah, ia dan istri tercinta berniat untuk berinvestasi usaha di bidang peternakan lantaran dinilai memiliki prospek yang cerah.
Dengan modal dana yang cukup untuk membeli 10 ekor anakan babi, Mahkota Ferry dan Nathalia awalnya menitipkan hewan ternak mereka di bekas kandang sapi. Setelah itu mereka membuka lahan sendiri dengan kapasitas kandang untuk 40 ekor babi. Belum sempat menikmati hasil panen, Mahkota Ferry dihadapkan pada kenyataan bahwa seluruh babi miliknya mati terserang virus. Hanya saja ia tak mau berlama-lama terlarut dalam kekecawaan serta memutuskan melangkah kembali dari nol. Namun kali ini ia lebih giat mempelajari seluk-beluk industri peternakan khususnya ternak babi, lewat sumber literatur maupun bertanya dengan peternak lainnya.
Akhirnya pada tahun 2020 lalu, peternakan Nathalia Farm mulai melayani pesanan daging babi hasil peternakan milik sendiri. Meski dipatok dengan harga lebih tinggi karena ongkos produksi daging babi organik juga lebih tinggi dari hasil peternakan konvensional, nyatanya tak sedikit peminatnya. Mahkota Ferry mengatakan pihaknya memang menyasar target market masyarakat dengan tingkat kepedulian pada isu kesehatan lebih tinggi. Jaringan pemasaran daging babi organik Nathalia Farm tidak hanya di Bali saja, juga melayani konsumen di luar daerah seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta.
Mahkota Ferry dan Nathalia tak menutup kemungkinan potensi pasar dari kalangan lainnya. Terbukti metode promosi yang dilakukan saat ini memanfaatkan media sosial dan aplikasi streaming video. Disertai dengan upaya edukasi tentang keunggulan daging babi organik, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat pada bahan pangan yang mereka konsumsi.
Teknik pemasaran melalui online ini terbukti efektif. Permintaan akan daging babi Organik Nathalia Farm sangat tinggi dan terus bertumbuh tiap bulannya. Demi meningkatkan kuantitas produksi agar dapat memenuhi permintaan tersebut, Mahkota Ferry merenovasi dan menambah kandang penggemukan sehingga dapat menampung 800 ekor – 1000 ekor anak babi. Selain berusaha menambah kapasitas kandang, pihaknya juga meng-upgrade sistem pendingin menjadi cold storage berkapasitas 12 ton. Dengan demikian dapat menjaga ketahanan dan kesegaran daging babi pasca pemotongan sebelum didistribusikan ke beberapa daerah. “Kesulitan dan hambatan banyak kita hadapi tapi kita terus maju dan belajar agar menjadi yang terbaik. Kualitas daging terus kita tingkatkan diiringi dengan doa pada Tuhan sebagai pegangan hidup kami,” tutur Mahkota Ferry.