Belajar dari Para Ahli dalam Lapangan, Meskipun Mereka Bukan Profesional

Belajar dari siapapun, itulah pelajaran yang didapatkan Wahyu Widnyana saat ia menerima tawaran pekerjaan di sebuah perusahaan kontraktor interior. Kepercayaan ini datang dari mantan kliennya di perusahaan sebelumnya. Namun, saat ia diminta untuk membuat desain furnitur, ia yang tak memiliki basic di bidang itu, belum mampu menyelesaikannya. Meskipun merasa terhormat dengan tawaran tersebut, Wahyu memutuskan untuk mengambil langkah inisiatif untuk belajar lebih banyak. Ia bahkan bersedia belajar dari individu yang tak memiliki latar belakang profesional sekalipun.

Wahyu Widnyana

Dengan segala tantangan yang dihadapinya sebagai seorang mahasiswa arsitektur, Wahyu bersyukur karena berhasil lulus tepat waktu, yakni tiga tahun tujuh bulan. Selain adanya program semester pendek pada saat itu, ia termasuk mahasiswa yang sangat fokus dalam perkuliahan dan sangat telaten dalam mengerjakan tugas-tugas gambar, sehingga terbilang jarang gambarnya dicoret oleh dosen. Wahyu juga hanya mengikuti satu organisasi yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), dengan tujuan untuk segera lulus dan mengurangi beban orang tua, terutama karena mereka juga harus menyediakan biaya pendidikan untuk adik-adiknya yang usianya tak terlalu jauh dengan Wahyu.

Lulus dengan gelar sarjana, Wahyu mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan konsultan arsitek di Sesetan pada tahun 2012. Di sana, pekerjaan yang ia lakukan lebih banyak terkait dengan proyek bangunan daripada pekerjaan khusus seorang arsitek. Selama bekerja di perusahaan tersebut, ia juga mencoba mengambil proyek-proyek lepas secara freelance. Setelah hampir dua tahun bekerja di sana, Wahyu mulai mempertimbangkan untuk memulai usahanya sendiri, tetapi ia mendapatkan tawaran menarik dari mantan klien yang memiliki bisnis kontraktor interior untuk bergabung dengan bisnis mereka. Namun, ketika diminta untuk membuat gambar furnitur, Wahyu menghadapi kesulitan karena ia belum memiliki pengetahuan dasar dalam bidang tersebut. Ia kemudian memutuskan untuk memahami lebih banyak tentang cara membuat furnitur dengan mengamati para tukang di workshop dan bertanya kepada mereka mengenai seluk-beluk proses pembuatan furnitur, termasuk bahan yang digunakan, teknik pemotongan dan pengukuran yang tepat. Meskipun para tukang tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang desain interior, mereka memiliki pengalaman yang sangat berharga yang dapat dibagikan kepada Wahyu.

Wahyu juga memperoleh berbagai pelajaran berharga mengenai manajemen bisnis dari perusahaan tersebut. Mereka dengan tulus berbagi pengetahuan mendasar tentang bagaimana mendirikan dan menjalankan sebuah perusahaan. Dengan dasar ilmu dan pengalaman ini, Wahyu merasa bahwa saatnya tiba untuk merintis usahanya sendiri, bernama Innteria Project. Proyek pertama yang diambil adalah pembuatan kitchen set senilai tujuh juta rupiah. Meskipun modal yang dimiliknya cukup bahkan melebihi nilai proyek tersebut, tahun pertama dan kedua usahanya masih penuh dengan trial and error, termasuk dalam hal mengelola para pekerja. Meski demikian, Wahyu tak merasa putus asa dan mengambil hikmah dari setiap insiden tersebut. Selama berkecimpung di bisnis furnitur, Wahyu juga memahami pentingnya mendengarkan kebutuhan klien terutama mereka yang memesan produk sesuai dengan keinginan mereka. Sebagai contoh, beberapa klien mungkin meminta ukuran dengan ketelitian hingga tiga millimeter untuk memastikan furnitur tersebut sesuai denga lokasi penggunaannya. Berbeda dengan dunia arsitektur, di mana ukuran lebih umum dalam satuan centimeter dan meter. Oleh karena itu, Wahyu menyadari bahwa furnitur harus tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Setelah memasuki dunia kerja bahkan berbisnis, Wahyu belajar bahwa bukan di mana kita bersekolah atau berkuliah yang penting. Yang benar-benar ditekankan adalah kemampuan yang kita miliki, yang akan menjadi fokus perhatian. Oleh karena itu, jika kemampuan kita belum memadai untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan, jangan ragu untuk terus belajar dari siapapun, tanpa memandang tingkat pendidikan. Terkadang, meskipun kita memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, kita masih bisa memperoleh pengetahuan berharga dari individu lain yang mungkin memiliki pengalaman yang berbeda. Kesempatan untuk belajar tak pernah berhenti, asalkan kita bersedia membuka mata dan hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!