Melanjutkan Warisan Keluarga, dari Cikal Bakal D’Ubud House hingga Inovasi Sananda Café
Wah Adi, pemilik dari D’Ubud House dan Sananda Cafe kini berada dalam posisi yang menantang untuk melanjutkan dan mengembangkan bisnis keluarga. Perjalanan bisnisnya membawa tantangan yang berbeda dari masa kakek dan ayahnya. Di zaman kakek, bisnis pariwisata mungkin masih jarang ditemui, sehingga tantangannya mungkin lebih pada membangun pasar dan mencari cara untuk menarik tamu. Pada masa ayahnya, bisnis pariwisata sedang dalam masa kejayaan dan tantangannya mungkin lebih pada menjaga kualitas layanan dan bersaing di pasar yang semakin sibuk. Dan kini giliran Wah Adi yang berperan untuk mempertahankan, sekaligus mengembangkan bakal warisan selanjutnya di tengah tantangan yang semakin kompleks.
Cerita awal perjalanan bisnis Wah Adi dan keluarganya bermula dari kakek yang memiliki sebuah penginapan sederhana dengan ciri khas bangunan Bali yang menggunakan anyaman bambu. Penginapan tersebut awalnya berjumlah dua kamar, kemudian berkembang menjadi empat kamar. Ayahnya, Bapak Gusti Ngurah Oka Negari kemudian terlibat di penginapan ini, terutama dalam urusan kebersihan dan melayani tamu. Seiring berjalannya waktu, penginapan yang berlokasi di Jl. Monkey Forest, Ubud, kemudian diambil alih penuh oleh ayah Wah Adi pada tahun 2004. Bangunan yang sudah kuno dilakukan renovasi, namun tetap mempertahankan gaya bangunan tradisional Bali yang khas dan menambahkan kebun yang terawat dengan baik.
Dari penginapan, Bapak Ngurah berniat untuk mengembangkan warisan kakek di bisnis kuliner. Ia mendirikan restoran bernama Ayu’s Kitchen. Sayangnya restoran tersebut tak mampu dipertahankan dalam persaingan bisnis yang ketat. Setelahnya, mencoba di bidang yang sama dengan nama Warung d’Ubud, dan nasibnya juga kurang menguntungkan. Namun, semangat berwirausahanya tak pernah luntur, bahkan ketika pandemi Covid-19 melanda, Wah Adi dan keluarganya tidak menyerah dengan beralih ke konsep angkringan bernama Cangkir Lokal.
Wah Adi dan keluarganya menunjukkan semangat kerja keras, kemandirian dan semangat berwirausaha yang kuat. Mereka telah menyadari bahwa dalam menghadapi situasi sulit, seperti pandemi dan persaingan yang semakin ketat, inovasi dan adaptasi sangat penting untuk mempertahankan bisnis mereka, D’Ubud House. Melalui usaha dan inisiatif bersama, mereka memutuskan untuk berinovasi dalam bisnis kuliner Cangkir Lokal. Setelah pariwisata dibuka dan tamu mulai berdatangkan, mereka tak mau melewatkan potensi kawasan wisata Ubud begitu saja. Mereka kemudian mengganti konsep angkringan yang kurang cocok untuk tamu internasional dan mengganti nama bisnis mereka menjadi Sananda Cafe yang didirikan pada April 2022. Meski berada di tengah keramaian Ubud, Sananda Cafe mampu memberikan atmosfer menenangkan yang ditawarkan, jadi para tamu dapat menikmati menu favorit mereka tanpa diganggu oleh kebisingan kendaraan dan polusi. Pengalaman ini menjadi daya tarik yang membedakan bisnis kuliner mereka dari yang lain.
Setelah Wah Adi melalui berbagai tantangan yang semakin kompleks di masanya melanjutkan bisnis keluarga, salah satunya adalah pandemi Covid-19 yang tak terduga. Wah Adi juga telah memperluas warisan ayahnya dengan membuka bisnis kuliner selanjutnya yang berkonsep Japanese food yang berlokasi di Jl. Dewi Sita, Ubud. Bisnis ini adalah wujud semangat Wah Adi untuk terus berkembang, bahkan dalam persaingan yang sengit. Meski demikian, Wah Adi optimis bahwa bisnis keluarga mereka memiliki ciri khas, sebagai kunci untuk sukses dan dapat menjadi keunggulan bersaing ke generasi selanjutnya.