Bangkit dengan Membuka Peluang Kerja di Tengah Pandemi untuk Mengurangi Pengangguran
Masa kecil Putu Ary Widiartha kerap kali membantu pekerjaan orangtuanya sebagai peternak ayam broiler yang cukup sukses, yang secara tidak langsung mulai memperkenalkannya proses transaksi uang sejak usia 10 tahun. Di suatu masa saat Ary duduk di bangku SMP, karena adanya beberapa kejadian ancaman virus yang melanda Bali, menyebabkan peternakan harus buka tutup, hingga akhirnya menyebabkan perekonomian keluarga mengalami keterpurukan.
Kondisi tersebut hampir tak menyisakan materi yang dimiliki Putu Ary untuk menutupi utang. Kenyamanan finansial pun seketika hilang begitu saja.
Setelah lulus SMA, putra pertama dari pasangan I Ketut Subagia dan Ni Wayan Kangsih ini memutuskan untuk segera bekerja di Denpasar. Ia yang tinggal sekaligus membantu usaha kontraktor kakaknya selama setahun, kemudian berpikir tidak bisa untuk bergantung dengan sang kakak terus menerus, di mana tujuan awalnya ia berangkat ke Denpasar agar mampu hidup mandiri, sehingga ia pun tinggal dan bekerja terpisah dari sang kakak.
Atas saran pamannya, Putu Ary yang telah beberapa kali pindah lokasi pekerjaan, kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Mahendradatta, agar memperoleh beasiswa. Kala itu Universitas Mahendradatta dipimpin oleh Dr. Arya Wedakarna selaku Rektor. Selain belajar semasa kuliah, Putu Ary juga aktif di berbagai organisasi baik itu tingkat lokal, nasional ataupun organisasi internasional.
Lulus dalam waktu empat tahun, di usia 24 tahun ia kemudian bergabung di PT Grup Hardy’s Holding sebuah Holdings Company yang didirikan oleh Ir. I Gede Agus Hardyawan bersama Ni Ketut Rukmini Hardy dengan 9 core bisnis (Hardys Retail, Hardys Property, Hardys Land, Hardys Hotel, Hardys Agro, Hardys Funzone, Hardys Investment, Hardys Trans dan Hardys Advertising) dengan lebih dari 4000 karyawan. Beberapa posisi yang pernah di jabatnya seperti Head Operasional Hardys Foundation, Direktur Eksekutif Hardys Foundation, Direktur Corporate Secretary, Direktur Human Capital dan Head Operasional Hardys Hardware.
Kesempatan tersebut pun ia manfaatkan untuk mendapatkan ilmu dari para seniornya dan tentu saja pengalaman dalam mengenal proses dari jaringan sebuah bisnis. Namun meski telah menempati posisi dengan income yang tinggi, ia tetap dengan pendiriannya untuk tidak selamanya bekerja pada sebuah perusahaan dan hanya mengandalkan gaji.
Tiga tahun berselang, Putu Ary keluar dari Grup Hardys Holdings, demi merencanakan langkah selanjutnya untuk membangun sebuah usaha. Usaha pertama yang ia bangun yaitu perusahaan konsultan bisnis retail, yang sudah mampu mencuri hati banyak masyarakat yang menjadi kliennya hanya dalam waktu beberapa bulan.
Meski telah menorehkan prestasi pada klien yang telah sukses mendirikan hingga belasan outlet retail, karena perkenalannya dengan jaringan distributor yang semakin luas, usaha konsultan ini ia pilih untuk diminimasi dengan membuka peluang usaha lainnya pada tahun 2018 yaitu supplier “Makro Jaya Abadi (MJA) dan Bali Mitra Groserindo (BMG)” yang beralamat di Jl. Pulau Singkep No.44 Denpasar.
Awalnya Makro Abadi Jaya hanya menyuplai produk ke outlet yang mempergunakan jasa konsultan Putu Ary, yang sebagian besar berada di luar Kota Denpasar dengan mempekerjakan hanya dua orang karyawan, sales dan pengirim. Seiring berjalannya waktu, outlet pun semakin bertambah hingga kini MJA sudah memiliki lebih dari 650 outlet customer aktif, begitu pula tim dari Makro Abadi Jaya yang kini ada 20 orang karyawan.
Omzet yang menurun akibat pandemi pun dirasakan oleh suami Diah Savitry ini dalam usahanya hingga 50% dari omzet normal. Meski demikian, ia tidak bisa menutupi rasa kepeduliannya dengan orang-orang yang kehilangan pekerjaan karena pandemi.
Setelah menghitung budgeting dalam usaha, ia kemudian mencoba memberi bantuannya dengan menerima beberapa karyawan yang melamar pekerjaan untuk menjadi bagian dari Makro Abadi Jaya.
Dari kondisi usaha yang totally sebelumnya masih menurun, namun Makro Abadi Jaya mengambil langkah berani untuk merekrut karyawan ternyata justru berdampak positif pada kenaikan angka omzet usaha secara perlahan. Putu Ary pun semakin berani untuk menambah tujuh lagi kendaraan operasional, agar semakin mengefisienkan pekerjaan para karyawannya.
Kerja penuh strategi hingga mampu menaikan omzet masa pandemi dan menemukan titik kestabilan usaha di era new normal, Putu Ary tak puas hanya sampai di sana. Di Desember 2021, ia sudah memasang target untuk memperkuat performa Makro Abadi Jaya dengan menambah covering area khususnya seluruh Denpasar dan mentransformasikan kondisi kantor saat ini menjadi sebuah bangunan yang berfungsi sebagai distribution center. Agar terhindar dari risiko-risiko usaha seperti kehilangan barang, kesalahan penghitungan, terutama dalam melayani sales canvassing yang membeli produk dalam jumlah besar.
Putu Ary pun menambahkan besar harapan ke depannya ia dapat terus berkontribusi kepada masyarakat sesuai dengan pelajaran dan pengalaman yang ia terima dari keluarga, bahwa kesuksesan tak hanya sekedar bermateri, tapi jauh akan lebih berharga, bila memanfaatkan rezeki yang kita punya untuk ambil bagian dalam menyejahterakan banyak orang.