ecoBali Recycling Menangani Sampah untuk Menghasilkan Faedah
Berawal dari keresahan terhadap permasalahan lingkungan, terutama dalam hal pengelolaan sampah di masyarakat, I Ketut Mertaadi mengembangkan suatu usaha berbasis social entepreneurship bernama PT Bumi Lestari Bali dan lebih dikenal dengan nama ecoBali Recycling. Perusahaan yang menerapkan strategi komersial untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus pelestarian lingkungan. Beragam unit pelayanan disediakan ecoBali Recycling, melibatkan hampir semua komponen masyarakat. Mulai dari warga negara asing yang menetap di Bali, warga lokal, hingga anak-anak.
I Ketut Mertaadi selaku Direktur PT Bumi Lestari Bali menjelaskan, terdapat tiga macam divisi di ecoBali Recycling. Di antaranya, divisi service, divisi program, dan divisi product development. Divisi service merupakan satu divisi yang berkonsentrasi pada pemisahan limbah, pembuangan dan daur ulang untuk rumah tangga, kantor, bisnis, pabrik, kompleks vila, hotel butik dan sekolah. ecoBali Recycling mengumpulkan sampah jenis nonorganik (tidak dapat didaur ulang) termasuk semua jenis plastik, kertas, gelas, kaleng, kaleng, minuman, susu dan karton jus.
“Sementara sampah organik tidak kita ambil, justru kami mengedukasi masyarakat untuk mengolah sampah organik tersebut menjadi produk kompos”, ujar Ketut Mertaadi.
Program edukasi ini juga ditambah dengan materi pemilahan sampah untuk dimasukkan ke kantong pembuangan yang diberi kode warna.Sampah yang telah dipisahkan dan dipilah menurut kategorinya lalu dikirim ke berbagai distributor yang membawanya ke pabrik daur ulang.
Kemudian divisi program, memiliki tanggung jawab untuk merancang dan mengaplikasikan program kesadaran terhadap lingkungan kepada masyarakat. Selain menyosialisasikan teknik pengomposan dan pemilahan sampah, divisi ini juga mengedukasi masyarakat untuk bisa melakukan daur ulang sampah secara mandiri. Program ini menyasar perusahaanperusahaan komersil serta siswasiswa di sekolah. ecoBali Recycling juga membuka pemahaman mengenai apa yang bisa terjadi jika masalah sampah ini tidak tertangani secara serius. Ketut Mertaadi memaparkan divisi product development bertugas untuk mengembangkan produk yang bisa dipakai kembali dari limbah yang telah dikumpulkan. Beberapa produk yang telah dikembangkan dan dijual ke pasaran adalah produk tas ramah lingkungan, gelas dan atap daur ulang. Semua produk terebut dapat dipesan melalui website ecobali.com.
“Seluruh kegiatan di ecoBali Recycling bermuara pada satu tujuan yaitu zero waste atau seminim mungkin sampah terbuang ke alam”, tutur pria yang kini berusia 60 tahun tersebut. Lanjutnya, saat ini perusahaannya tersebut telah merekrut 35 orang karyawan yang memiliki ketertarikan yang sama terhadap pelestarian lingkungan.
Sampah adalah Sumber Daya
Ketut Mertaadi menjelaskan alasan ketertarikannya berkecimpung sebagai pegiat lingkungan. Pria kelahiran Kerambitan, Tabanan ini mengaku sejak kecil menyukai kegiatan kebersihan di sekitar tempat tinggalnya. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukannnya sewaktu kanak-kanak adalah mengumpulkan sampah organik ke dalam sebuah lubang di tanah yang kini dikenal sebagai teknik pengomposan.
Kemudian di awal tahun 2000-an, ia semakin mantap menekuni bidang pelestarian lingkungan. Menurutnya sampah telah menjadi momok yang serius bagi Bali, apalagi Bali sangat mengandalkan pariwisata sebagai roda penggerak perekonomian. Ia tidak ingin tanah kelahirannya tersebut terusak citranya karena keberadaan sampah yang merusak keindahan alam Bali.
Pada tahun 2006 ia bergabung ke ecoBali yang masih bergerak sebagai lembaga non profit. Kemudian pada tahun 2010, ecoBali kemudian diresmikan sebagai badan usaha berbentuk perseroan terbatas. Menurut Ketut Mertaadi, permasalahan sampah hendaknya mulai ditangani secara serius dengan menerapkan strategi komersil agar kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
Ketut Mertaadi memiliki pandangan yang unik mengenai sampah. Menurutnya apa yang disebut sampah atau limbah bagi sebagian besar justru dalam pendangannya merupakan sumber daya yang apabila dikelola dengan baik akan mendatangkan manfaat besar. Selain contoh sampah organik dapat diubah menjadi kompos yang kaya untuk kegiatan pertanian. Plastik, logam dan kaca dapat didaur ulang menjadi bahan lain, atau bahkan diubah menjadi benda-benda indah. Contohnya limbah dari pabrik-pabrik garmen yang berupa potonganpotongan kain perca yang biasanya dibuang ke tempat pembuangan sampah. Ternyata dapat digunakan kembali sebagai bahan pengisi bantal.
Dukung Program Pemerintah
Meski telah bergerak di bidang pelestarian lingkungan selama lebih dari dua dekade, Ketut Mertaadi mengakui bahwa isu sampah belum terselesaikan dengan baik di Pulau Dewata. Seiring dengan dengan meningkatnya pembangunan, pembuangan sampah adalah salah satu masalah lingkungan paling serius di Bali. Masih saja ada yang membuang sampah di sisi jalan, di sungai, atau di persawahan. Bahkan ada pula yang membakar sampah mereka yang tentu saja akan mencemari udara. Masih banyak warga yang tidak menyadari konsekuensi dari perilaku tersebut.
Mengenai kebijakan pemerintah yang secara bertahap dilakukan bertujuan mengurangi penggunaan sampah plastik, Ketut Mertaadi mengapresiasi langkah tersebut. Ia merasa semakin termudahkan dalam melaksanakan kegiatan di lapangan karena masyarakat mulai mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Ia berharap ke depannya lebih banyak lagi kebijakan yang berpihak pada lingkungan hidup. Sehingga nantinya, kita semua dapat mewariskan alam yang terjaga keindahannya kepada generasi yang akan datang.