Menyelaraskan Passion dalam Bisnis Konveksi dan Karier Profesional Fisioterapi
Di masa SMA yang dikenal dengan tren local brand dan sablon baju, Satria Ambarsika adalah salah satu dari sekian anak muda yang terjun ke bisnis tersebut. Dengan memanfaatkan tren berjualan online melalui BBM (Blackberry Messenger), Satria sukses menjual produk-produknya kepada teman-teman sebaya. Namun tak disangka, meski tren itu lama kelamaan memudar, Satria yang sempat melanjutkan pendidikan di bidang medis, akhirnya kembali ke pangkuan bisnis sablon ini.
Untuk memulai bisnis sablon bajunya, Satria mendapatkan modal awal yang diperoleh dari orang tuanya. Beruntungnya, orang tuanya tak hanya memberikan dukungan dalam hal materi, tapi juga secara emosional dan mental, asalkan bisnis tersebut tak mengganggu pendidikannya. Berbeda dengan sekitarnya yang sempat meragukan niatnya dan mengira bahwa ia hanya menjalankan bisnis tersebut demi kesan keren, Satria memilih tetap fokus. Ia juga tak terpengaruh oleh pikiran pesimis yang meragukan apakah ada pasar untuk pembuatan kaos kelas setiap hari dan lain sebagainya. Baginya, bisnis ini adalah sumber kebahagiaan dan kepuasannya. Apalagi berbisnis pada usia muda adalah pilihan yang bijak, salah satu alasannya, usia yang masih roduktif dan masih belum memiliki tekanan finansial yang berat.
Meski usahanya masih numpang di lokasi bisnis milik saudaranya, pada tahun 2016, Satria semakin yakin dengan bisnisnya yang bernama OTG Konveksi dan telah membentuk tim sendiri yang terdiri dari lima orang untuk memproduksi secara mandiri. Ia mulai memperluas jangkauan pasar, tidak hanya menyasar kalangan remaja, tetapi juga berbagai kelompok usia lainnya. Setelah lulus dari jurusan fisioterapi, Universitas Udayana, Satria tidak melupakan latar belakang ilmunya. Sementara ia mempercayakan manajemen bisnisnya kepada tim yang telah berpengalaman yang telah ia bentuk, ia fokus untuk membuka praktik dan klinik fisioterapi di Mambal dan Tabanan. Pilihan Satria untuk tetap menghargai ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dengan membuka praktik fisioterapi juga merupakan ungkapan terima kasih kepada orang tuanya yang telah mendukungnya sejak awal berbisnis sambil mengejar pendidikan.
Dalam membagi waktu antara konveksi dan klinik, Satria pun sempat merasa galau, terutama saat kedua bisnisnya membutuhkan perhatian langsung. Karena salah satu bisnisnya berhubungan dengan kesehatan manusia, ia memilih memprioritaskan kliniknya. Namun, meskipun sewaktu-waktu ia tak berada di tempat, ia tekankan keduanya sudah berjalan auto-pilot oleh profesional medis maupun manajemen bisnis dengan memiliki kualitas sesuai dengan bidangnya. Misalnya jika ada kerusakan pada pakaian, OTG Konveksi siap bertanggung jawab untuk mengganti, menunjukkan komitmennya terhadap kualitas. OTG Konveksi juga melakukan aktif dalam aksi sosial dengan mendonasikan produk-produk yang gagal produksi namun masih dalam kondisi layak pakai kepada ke panti asuhan.
Berdasarkan pengakuan salah satu pelanggannya mengapa mereka lebih memilih OTG Konveksi, karena usia bisnis yang matang dan tingginya jam terbang yang dimiliki konveksi yang berlokasi di Tabanan ini. Bagi pelanggan baru, pengalaman pertama yang memuaskan dengan jasa OTG Konveksi membuat mereka enggan untuk mencoba konveksi lain di proyek selanjutnya. Tak puas sampai di sana, Satria kian memanfaatkan tren media sosial untuk mencapai pasar yang lebih luas demi menjangkau calon-calon pelanggan baru. “Harapannya bisa sebesar konveksi-konveksi yang lebih senior, karena di masyarakat kita, orang yang bekerja di garmen itu masih dipandang sebelah mata. Jadi, saya ingin menghilangkan persepsi tersebut, terutama pada para karayawannya yang setia sampai saat ini,” pungkasnya.