Konstruksi Diri dalam Jam Terbang, Lewat Insting Karya yang Dilirik Pasar Mancanegara
Sutikno mengaku tidak memiliki kemampuan yang spesial, ia hanyalah anak buruh tani yang bahkan untuk mengkhayalkan sesuatu saja tidak berani, saking melaratnya. Berkat pertemuannya dengan rekan-rekan yang memiliki skill dan bisa diajak berkolaborasi, ia sukses mengorbitkan hasil karya estetik dan nilai jual yang diakui tamu asing. Terangkum dalam bisnis yang memiliki nama cukup panjang “Tanisha Kitchen, Interior, Renovasi Amenities, Wood Kitchenware” atau yang biasa disingkat “Tanisha Interior”.
Dari tampilan sederhana Sutikno, pria asal Banyuwangi ini tak sungkan berbagi struggle-nya menjadi anak buruh tani. Setelah hanya mampu bertahan kuliah pada semester awal atau sekalian saja ia menganggap dirinya hanya tamatan SMA, ia kemudian memilih merantau dan akhirnya diterima bekerja di dealer Yamaha sebagai Mekanik. Muda, passionate dan fokus dalam menekuni kariernya, tak salah Sutikno dalam waktu singkat meraih prestasi dalam jenjang karier sebagai bentuk apresiasi perusahaan.
Sebut saja, hanya butuh dua tahun Sutikno menjabat sebagai Kepala Mekanik. Empat tahun kemudian menjabat Koordinator Mekanik dan terakhir mendapatkan kepercayaan mengedukasi mekanik-mekanik muda. Merasa cukup pengalaman, Sutikno haus akan pengalaman baru. Inilah yang menjadi kelebihannya, ia tak mau terjebak posisi nyaman nan menjanjikan dari perusahaan, justru saat itulah ia harus segera membebaskan diri dengan mengekplorasi halhal baru selanjutnya. Tanpa harus mengikuti kursus, Sutikno setidaknya terampil melakukan percakapan sehari-hari dalam bahasa Rusia dan Inggris, berkat karier Marketing di sebuah perusahaan kontraktor. Atas kerja kerasnya mencapai target perusahaan, ia tak lagi sekedar mendapat bonus yang biasanya di bawah nominal gaji, bahkan sudah selevel pendapatan perbulan bahkan lebih. Dari sana ia merasa siap untuk memiliki bisnis sendiri dari sisi materi maupun relasi.
Door to Door
Sutikno mempromosikan usaha yang tengah ia rintis. Ia pun tak segan bertanya, produk atau konstruksi seperti apa yang dibutuhkan setiap perusahaan yang ia singgahi. Dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dijalani Sutikno, demi ambisinya mengubah nasibnya dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Berjalannya waktu, pengambilan keputusan jatuh pada segmen pasar maintenance properti, yang mana cenderung dihindari pemilik bisnis yang masih di rantai lingkup yang sama.
Seiring direkomendasikan dari relasi satu ke relasi lainnya, kepercayaan pun terus bertumbuh, mendorong Sutikno untuk merambah ke layanan jasa berikutnya yakni renovasi, interior, eksterior, furnitur hingga peluang memanfaatkan sisa-sisa kayu produksi menjadi produk kitchen set maupun custom wooden, yang dipaparkan olehnya hanya sebagai side job. Namun nyatanya, saat pandemi Covid-19, produk ini laris manis diekspor ke Jepang, Cina, Perancis dan Amerika.
Dalam konteks proses perancangan desain interior khususnya, Tanisha Interior jarang mendapatkan keluhan. Jujur saja diungkapkan alumnus SMAN 2 Genteng ini, ia tak memiliki skill dalam pengerjaannya, namun instingnya cukup tajam, dalam memfilter interior seperti apa yang akan dibidik pasar mancanegara. Ia cukup mengontrol dan mempercayakan penyelesaiannya oleh tenaga dan bakat profesional yang dibutuhkan, yang dominan berasal dari Jepara dan Banyuwangi.
Tak terasa enam tahun sudah Tanisha Interior yang berlokasi di Jl. Sunset Road No.5, Kerobokan Kelod, Kuta Utara ini beroperasi dan tetap ajeg. Mayoritas peminatnya yang datang dari tamu asing tak menampik, transparansi dan totalitas dalam menampilkan kualitas hasil karyanya patut dihargai. Seperti proyek yang tengah berjalan dan siap eksis yakni vila dan restoran.Begitu pula dalam jasa maintenance atau perawatan secara berkala, Tanisha Interior pun sudah memiliki pelanggan setianya tersendiri. Itu artinya kepercayaan sudah ada di tangannya dan tim, selebihnya menjadikannya sebagai pekerjaan rumah yang tak akan kunjung usai, untuk tetap rendah hati dan selalu ada evaluasi.