Kembangkan Ilmu dan Pengalaman Secara Otodidak hingga Sukses Miliki Bengkel Pribadi

Orangtua I Gede Wisnata, yang khususnya ibu tak mengenyam pendidikan sama sekali, merupakan seorang petani penggarap lahan milik orang, setelah merantau ke Batumadeg, Klungkung. Kerja keras tersebut mereka lakukan, tak lain bertujuan menghidupi kebutuhan keluarga, terutama pendidikan sembilan orang anak. Selain itu I Gede Wisnata dan kakak-kakaknya pun dibekali dengan pengalaman beternak sapi, demi menunjang biaya pendidikan yang terus meningkat.

Meski anak paling bungsu, Gede Wisnata sudah terbiasa bekerja seperti mengambil air yang letaknya jauh dari tempat tinggal. Jadi, ia harus sudah bangun jam 5 pagi untuk mencari air dan membawanya empat hingga lima kali bolak balik, dengan mata masih mengantuk. Seusai pekerjaan tersebut, dilanjutkan dengan pekerjaan memberi makan ternak.Untuk bermain, Gede Wisnata tak menampik ingin sebebas teman-teman sebayanya. Namun nyatanya, ia harus meminjam layangan dulu kepada tetangga, karena layangan yang ia miliki sengaja dirusak oleh ayahnya, karena khawatir ia akan lupa waktu bila bermain saat sepulang sekolah dan melalaikan kewajibannya.

Tamat SMP, kakak-kakaknya yang sudah sebagian berumah tangga dan orang tua lebih banyak menghabiskan waktu bekerja di luar. Gede Wisnata dan dua orang kakaknya semakin dituntut untuk mengurus rumah tangga, bahkan di hari raya Galungan sekalipun. Layaknya ibu rumah tangga, ia membuat jajan, banten dan membawa untuk dihaturkan ke pura. Kerja keras Gede Wisnata pun membuahkan hasil, ia kemudian berangkat ke Denpasar untuk melanjutkan sekolah di SMK Rekayasa Denpasar pada bidang otomotif. Tinggal di kos-kosan dan jauh dari orang tua, sudah menjadi konsekuensi yang harus diambilnya, demi keluar dari zona nyaman keluarga, menantang diri menjadi pribadi yang lebih terbuka demi membuka jalan ke arah masa depan yang lebih cerah.

Merantau hingga Mendirikan Bengkel Sendiri

Kebiasaan hidup di desa yang padat dengan jadwal pekerjaan memberi pakan ternak dan urusan rumah tangga, membuat Gede Wistana rindu akan kampung halamannya. Ia pun mengungkapkan, ia pernah hingga meneteskan air mata saking ingin pulangnya bertemu orang tua dan kepikiran siapa yang memasak untuk mereka, saat ia dan kakakkakaknya sudah bersekolah di Denpasar. Setelah tamat sekolah, karena sekolah belum mengeluarkan ijazah, ia mengandalkan fotokopi ijazahnya untuk melamar pekerjaan. Dengan mengayuh sepeda, ia menyusuri Jl. Ahmad Yani Utara, berharap segera menemukan pekerjaan. Akhirnya di bengkel “Generasi Motor” yang tengah mencari tenaga sebanyak-banyaknya saat itu, ia diterima sebagai pekerja di bagian understeel/onderstel, bukan tenaga mekanik seperti yang diharapkan.

Dari selama tiga tahun, pekerjaan tersebut digeluti Gede Wistana, ia sudah mulai mampu mencicil sepeda motor. Namun ia tidak bisa membohongi hatinya yang ingin bekerja sesuai dengan ilmu yang telah ia pelajari di sekolah. Ia pun pindah bekerja, setelah ada tawaran dari customer-nya untuk bekerja di bengkelnya. Satu tahun ia bekerja, para mekanik di bengkel tersebut mulai meninggalkan sang pemilik, karena tidak fokus menangani usahanya, Melihat kondisi ini, Gede Wistana pun mulai bingung, ke mana ia harus mencari pekerjaan selanjutnya. Akhirnya ia diyakini kembali oleh pemilik agar tetap bekerja di bengkel tersebut dan diperbantu oleh satu tenaga dari luar, bila ia mengalami kendala.

Secara tidak langsung dengan minimnya karyawan, Gede Wistana lebih memiliki kesempatan untuk mempelajari ilmu di otomotif lainnya dengan belajar secara otodidak. Sembari pelajaran yang ia terima, ia pun dimotivasi agar terus tak perlu takut untuk mencoba. Melakukan kesalahan itu biasa, yang terpenting ia senantiasa terbuka dengan memperbanyak ilmu dan pengalaman dari sesama rekan mekanik. Posisi sebagai Kepala Mekanik setelah 8 tahun bekerja, tak dipungkiri banyak pengalaman yang telah ia dapatkan. Bahkan membawa perkembangan yang signifikan dengan penambahan alat yang sebelumnya tak dimiliki bengkel tersebut. Sayangnya manajemen mengalami perubahan, yang sebelumnya sistem berbagi hasil kepada Gede Wistana sebagai orang kepercayaan, atas keputusan dari salah satu pihak keluarga, bengkel tersebut tak lagi bekerja sama dengannya dan di-handle langsung oleh pemilik. Gede Wistana pun mundur dan membuka bengkelnya sendiri.

Dari mencari lokasi hingga memindahkan peralatan, Gede Wistana banyak mendapat bantuan dari pelanggan setianya. Hingga sukses mendirikan “Bengkel Mobil Nos Motor” yang beralamat di Jl. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Gianyar. Bengkel ini pun terus berupaya menjaga performa terbaiknya di tengah krisis pandemi saat ini, meski mengalami penurunan kunjungan. Tak hanya menghabiskan waktu untuk bekerja, kesempatan ini pun ia manfaatkan sebagai momentum untuk introspeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya dan semakin dekat dengan Sang Pencipta agar senantiasa diberi kesehatan dan rezeki untuk keluarga maupun para karyawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!