Memberikan Kualitas Terbaik dari Hati demi Menyentuh Hati Penikmatnya

Amanda Trotman, owner dari Brunch Club Bali, kafe yang dikenal dengan menu pancake-nya yang unik tersebut, merupakan keturunan berdarah Australia-Indonesia. Ia kemudian diajak pindah ke Bali pada tahun 1992, di usianya yang baru menginjak bangku SD. Amanda pun harus beradaptasi dengan kurikulum pendidikan di Bali, begitu pula dengan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Keterbatasan ini pun sempat membuat ayahnya khawatir dengan masa depan pendidikannya, sehingga pun ditetapkan aturan, pada pagi hari ia bersekolah tatap muka di Bali dan malam harinya, sekolah virtual dari Australia.

Setelah menghabiskan masa pendidikan yang sebagian besar dilakukan secara virtual, Amanda sempat berkeinginan menjadi psikolog. Namun seiring dengan pola pikir yang berkembang sekaligus darah usaha dari ibu mengalir dalam raganya, ia memilih pindah haluan dengan mendirikan bisnis kuliner “Brunch Club Bali”.

Memilih untuk berkarier sebagai pebisnis kuliner, Amanda berangkat dari ibu yang sudah berkecimpung lebih dulu dengan kepemilikan sebuah restoran di tahun 2001 di daerah Seminyak. Menyaksikan bagaimana ibunya terus berupaya mempertahankan usaha, dimulai dari peristiwa Bom Bali, penyakit SARS, meletusnya Gunung Agung, wanita kelahiran tahun 1985 ini memperoleh banyak pembelajaran, salah satunya jangan mudah menyerah dalam kondisi apapun untuk menemukan passion dalam diri, dengan berani mencoba berbagai peluang usaha, tanpa memikirkan apakah akan membawa kesuksesan ke depannya atau tidak.

Dalam memilih konsep Brunch Club Bali, Amanda banyak terinspirasi dari kafe-kafe yang ada di Melbourne, Australia. Ditambah dengan menambah ide dengan berinteraksi dengan pengunjung di kafe-kafe di beberapa negara di Australia, terutama yang berhubungan dengan gedung yang menarik dan menu internasional yang akan ditawarkan di kuliner yang telah memiliki cabang Legian, Canggu, Jakarta dan Pererenan yang tengah dalam proses pembangunan sudah rampung 80% ini.

Tak terhitung jumlah kafe yang ada di Bali, Amanda sebagai salah satu calon pemilik bisnis ini di Bali, total memikirkan bagaimana agar kafe-nya terlihat berbeda dengan kafe lainnya. Tantangan tersebutlah dirasakan, saat ia mulai menata konsep bangunan, seperti yang pernah dialaminya, saat menemukan kontraktor yang kurang pas di hati saat pelaksanaan pembangunan di lapangan, padahal loyalitasnya soal modal sudah sampai pada titik penghabisan saat itu. Namun ia tetap berpendirian teguh dengan komitmennya sejak awal, membangun bisnis tak hanya sekedar mengejar kesuksesan, tapi benar-benar memiliki kualitas terbaik di bidangnya.

Sebagai tempat kuliner yang konsep awalnya mengandalkan 100% pengunjung berasal dari turis tentu, Amanda sempat kelimpungan menghadapi kondisi pandemi yang harus membatasi aktivitas terutama pariwisata internasional. Terlebih menu breakfast yang disajikan kebanyakan tidak memungkinkan untuk di take away atau pengiriman lewat aplikasi, seperti pancakes, smoothie dan freshlybaked bread and eggs, yang bisa saja akan menurunkan kualitas makanan sesampai di alamat tujuan, sekaligus citra Brunch Club Bali pun bisa ikut terkena dampaknya. Dalam kondisi ini, ia terus menerus berupaya mencari jalan terbaik agar mampu terus mempertahankan bisnisnya dan para karyawan tetap produktif, salah satunya dengan menarik pasar lokal melalui media sosial.

Meski Brunch Club Bali tak berjalan secara normal, Amanda tetap menerapkan kerja yang profesional dalam melayani pengunjung dan selalu menantikan ulasan dari mereka, demi kemajuan Brunch Club Bali agar lebih baik lagi ke depannya. Komitmen ini dilakukan atas dasar kerja dari hati, agar sampai menyentuh hati penikmatnya. Konsep ini pun berlaku bagaimana ia sebagai owner yang mendirikan usaha di Bali, mewujudkan sikap menghargai dan menghormati sebagai bagian dari warga dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Ia berharap dengan kerap sembari melakukan langkah positif mengatasnamakan Brunch Club Bali, usahanya pun memperoleh karma yang baik, terlebih dalam kondisi pandemi ini agar mampu terus bertahan dan mempekerjakan para karyawannya agar setidaknya ada pemasukan. Untuk Bali sendiri, ia mengungkapkan sangat bangga melihat warga Bali, yang meski dalam kondisi seperti ini masih bisa tersenyum, semoga ini bisa menjadi doa dan semangat terbarukan, Bali akan bangkit dari pandemi, bahkan memiliki energi dan rezeki yang berlipat-lipat di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!