Generasi Kedua Buktikan Privilege-nya, Lebih Progresif Buka Toko Aki hingga 17 Cabang

Pengenalan Gentda Saputra pada bisnis, berakar dari neneknya yang mengusung pola didikan kepada 10 orang anak beliau, agar menggeluti dunia bisnis termasuk ayah dari Gentda. Tiada adu argumen yang terjadi saat itu, terlebih sang ayah yang memiliki hobi dalam bidang otomotif, sangat antusias saat ia diminta untuk berhenti bekerja dan mulai membuka toko yang sesuai dengan hobinya. Beralamat di Jl. Diponegoro, Denpasar, ayahnya pun resmi mempresentasikan toko onderdil pertama, sekaligus membuka ketertarikan Gentda pada bidang serupa.

Bapak Gentda

Menjalankan usaha di atas kaki sendiri, sudah menjadi rahasia umum, tak serta merta berjalan mulus dan sederhana. Gentda yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar pun bisa menyaksikan secara langsung, jatuh bangun ayahnya mempertahankan toko, karena sudah mulai dibiasakan untuk melihat aktivitas operasional toko. Hal yang paling malang menimpa usaha ayahnya, sempat mengalami peristiwa kebakaran, yang hampir tak menyisakan materi apapun. Setelah menyisir ulang lokasi, ternyata hanya ada sedikit aki yang masih berfungsi.

Bangkit lagi di komoditas yang sama, diam-diam Gentda membangun potensinya dan lebih terekspose lagi dalam bisnis orang tua. Dalam perjalanannya menimba pengalaman, orang tua memberikan amanat kepadanya, agar tak menyepelekan kesejahteraan seluruh karyawan. Sebagai aset terdepan, loyalitas karyawan sangatlah berarti bagi pertumbuhan usaha ke depannya. Sebagai hasilnya, toko aki itu pun memiliki usia yang panjang, berkat solidaritas para karyawan kepada perusahaan.

Seiring meningkatnya populasi pengguna dan tipe kendaraan yang kian sefrekuensi dengan kebutuhan masyarakat, Gentda semakin serius pada bidang ini, dengan melanjutkan S1 Ekonomi Logistik (ekspor impor) di University of International Business and Economics, Beijing. Kendati sempat terbata-bata karena kendala pada bahasa Mandarin, pria kelahiran Denpasar 23 Desember 1988 ini, berhasil menyelesaikan kuliahnya dan memutuskan mencari pengalaman untuk merasakan etos kerja tinggi di Negeri Tirai Bambu tersebut. Di antaranya yang signifikan ia dapatkan, kedisiplinan, menguasai bisnis dengan baik sejak dini dan pantang menyerah dalam berbisnis. Tidak mengherankan, mereka mampu mengembangkan bisnisnya, bahkan sampai tiga generasi.

Membentangkan Cabang ke Luar Bali

Setelah tujuh tahun di China, tahun 2013, Gentda kembali ke Bali dan langsung terjun ke bisnis, mengadaptasikan ilmu dan pengalamannya di bisnis orang tua yang saat itu masih terdiri atas tiga cabang, dua di Denpasar dan satu di Canggu. Di generasi kedua, yakni dialihkan ke Gentda dan kakaknya, usaha bernama “Aki Sudan” tersebut resmi menambah lagi 14 cabang. Pencapaian ini sekaligus sebagai pembuktian dan antisipasi asumsi orang-orang, bahwa ia tak hanya sekedar penerima privilege dari keluarga, melainkan mampu mengembangkan cabang hingga ke Lombok, pada waktu yang cukup singkat, yakni di akhir tahun 2013.

Setahun membuka cabang di Lombok, yang memperlihatkan aktivitas bisnis yang progresif, Gentda pun cukup percaya diri untuk running ke cabang kedua. Meski terkesan lancarlancar saja, bukan berarti ia mengolah bisnisnya lepas tanpa strategi, apalagi di wilayah yang dirinya bukan penduduk asli sana. Ia harus menilik tipologi wilayah setempat dan menyesuaikan diri dengan pelayanan seperti apa yang diharapkan dari warga Lombok sebagai fokus konsumennya. Masih dengan penanaman kepahaman yang sama, di tahun 2015, ia kembali menuai kesuksesan mengekspresikan bisnisnya di Makassar, Sulawesi Selatan. Lalu disusul di tahun 2017, cabang baru pun dikembangkan di Samarinda, Kalimantan Timur. Di awal tahun 2020, ia pun kembali berhasil membuka cabang baru di Manado, Sulawesi Utara.

Di tahun 2020, saat pandemi merundung Indonesia, hampir semua sektor pekerjaan mengalami getahnya karena pembatasan mobilitas manusia yang diberlakukan pemerintah, demi mencegah penyebaran virus Covid-19 lebih meluas. Namun yang lebih mengherankan Gentda, usahanya menyediakan kebutuhan aki yang bersifat esensial pada kendaraan dan wajib untuk diganti tepat waktu, justru diharuskan untuk tutup. Ia yang notabenenya sebagai pengusaha, bukan pemilik hak untuk merancang peraturan pun tak bisa berbuat banyak, selain mengikuti peraturan tersebut. Akhirnya dalam realitasnya sebagai contoh, ia dan karyawannya khususnya di outlet Aki Sudan Buleleng, tak bisa sesederhana itu untuk tutup secara total. Ia tetap mendapat panggilan dari customer, meski melayani dengan cara home delivery.

Kesuksesan Aki Sudan membuka cabang-cabang di kota-kota besar Indonesia, tak lepas dari nilai kejujuran, komitmen dan loyalitas, semua karyawan yang diserap dari masyarakat lokal. Hal ini sebagai bentuk menghargai dan kontribusi pada wilayah setempat, atas penerimaan Aki Sudan hadir menjadi bagian dari kebutuhan esensial kendaraan untuk mobilitas mereka. Atas sambutan positif ini, tak muluk-muluk sebagai seorang pengusaha, Gentda berharap Aki Sudan bisa menjangkau pelayanan ke kota-kota lain di Indonesia. Dan yang tak kalah krusial, ia termotivasi untuk membangun talenta-talenta baru dari bisnisnya, agar nantinya bisa ikut membangun dan membesarkan Aki Sudan di masingmasing kota asal mereka. Asalkan kita mencintai apa yang kita kerjakan, proses bisnis seharusnya bisa kita nikmati alurnya, yang sejatinya kesuksesan tersebut adalah kualitas pembelajaran dan evaluasi dari setiap tantangan, bukan selalu berpatokan dari kuantitas hasilnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!