Adaptasi Kilat Ole Setiawan di Masa Pandemi sebagai Wirausahawan Mandiri
Pandemi Covid-19 telah mendorong perubahan signifikan dalam kebiasaan individu sehari-hari. Khususnya dalam bidang bisnis, perusahaan harus menemukan peluang inovasi baru, menciptakan produk dan layanan yang relevan selama pandemi. Bahkan bagi mereka yang sebelumnya memegang peran sebagai karyawan dengan tanggung jawab tertentu, situasi pandemi telah memaksa mereka untuk terlibat lebih jauh dalam dunia bisnis. Seperti I Kadek Ole Setiawan, pergeseran ini terjadi, namun juga membuka peluang bagi perkembangan pribadi dan profesional yang lebih luas.
Saat pandemi, Ole dan istri yang berlatar belakang di bidang pariwisata dan bekerja di hotel, diberhentikan sementara karena pandemi. Beberapa usaha yang sempat terlintas dipikirannya ialah membuat angkringan, namun yang terealisasi akhirnya menjadi tukang kolam ikan setelah mendapat inspirasi lewat YouTube. Setelah dipikir-pikir pekerjaan ini hanya eksis saat trennya saja, akhirnya Ole berpikir untuk mengambil usaha selanjutnya. Sementara istri sudah mulai mendapatkan penghasilan dari berjualan donat.
Suatu hari ada teman yang akan membuat usaha angkringan, Ole memiliki ide dengan menawarkan diri untuk membuatkan meja dengan modal dua juta dari temannya tersebut. Dengan modal itu ia membeli alat yang masih manual. Meski sempat diragukan oleh temannya, ia akhirnya diberikan kesempatan untuk membuat meja pertama yang ia komersilkan menyerupai gerobak. Meja pertama yang dibuat, diakui masih kasar. Namun berjalannya waktu, ia semakin memoles skill-nya dan berhasil mengundang para pelanggan.
Dari meja angkringan, perlahan tapi pasti, Ole mulai menerima pesanan untuk pembuatan kitchen set. Meskipun tidak memiliki latar belakang formal dalam pembuatan kitchen set, Ole secara otodidak memperlajari keterampilan yang dibutuhkan. Berjalannya waktu, keterampilan dan reputasi bisnisnya tumbuh, dan ia pun mulai mendapatkan bantuan tenaga dari ayahnya. Ole juga merangkul anggota keluarganya yang menghadapi kesulitan serupa akibat penurunan industri pariwisata. Dalam setahun berjalan, paman Ole yang memiliki pengalaman dalam sistem borongan ikut membantu mengembangkan usaha tersebut.
Demi mengatasi keluhan dari tetangga sekitar yang merasa terganggu oleh suara bising dari bisnisnya. Ole mulai mengambil langkah dengan mengontrak lokasi di dekat pasar untuk menempatkan perlengkapan usahanya. Keputusan ini tidak hanya membantu mengurangi dampak kebisingan, tetapi juga membuka peluang baru. Usahanya yang bernama Pay Bali Wood mulai menerima pesanan dari pasar, yang sayangnya juga membawa tantangan baru karena keterbatasan tenaga kerja. Dalam menyiasatinya, ia harus mencari meja dari Jepara, yang kemudian dirakit dan di-finishing di lokasi usahanya, Desa Batuan, Sukawati, Gianyar.
Pay Bali Wood selain memproduksi menggunakan bahan baku kayu lokal, khususnya yang ditujukan untuk pasar ekonomi menengah ke bawah, juga menyasar penggunaan bahan baku kayu jati, untuk keperluan kafe dan restoran. Bahkan tidak hanya berfokus di Bali, Pay Bali Wood telah menerima pesanan dan memasok produk ke berbagai daerah seperti Nusa Penida, Nusa Lembongan, Sumbawa dan Labuan Bajo. Seiring dengan pertumbuhan bisnisnya, Ole mulai memperluas jangkauan dengan dengan menambah lokasi produksi pada tahun 2020. Tenaga kerja juga diperbanyak menjadi delapan orang.
Dengan komitmen pada harga yang terjangkau, kualitas yang tetap dijaga, dan upaya pelestarian sumber daya lokal melalui penanaman lanjutan. Pay Bali Wood tidak hanya menjadi contoh bisnis yang sukses, tetapi juga mewakili semangat berkelanjutan di tengah tantangan. Melalui dedikasi terhadap inovasi dan pemahaman mendalam terhadap pasar lokal, Pay Bali Wood diharapkan Ole terus memberikan kontribusi positif bagi ekonomi dan lingkungan sekitar.