Pelajaran Didikan Keras Ke Puncak Karier Tri Profesi
Menjalani tiga profesi sekaligus, sebagai pelaku bisnis pariwisata, wakil bendesa adat dan pengacara adalah sebuah kombinasi karier yang luar biasa bagi I Wayan Sudana. Sebelum mencapai keberhasilan ini, ia adalah seorang driver di sebuah kantor hukum ternama. Di lingkungan kerja yang positif dan inspiratif di kantor tersebut memberikan motivasi dan dorongan bagi dirinya untuk terus belajar dan berkembang. Dengan ketekunan dan kerja keras, ia berhasil mentransformasikan diri menjadi sosok yang sukses dan dihormati dalam tiga bidang yang berbeda.
Mendengar kisah orang tua yang pekerja keras dari orangorang sukses, selalu mengharukan. Selain pekerja keras, mereka identik dengan kefanatikan akan pendidikan yang wajib dienyam oleh generasi mereka selanjutnya, agar tak memiliki nasib seperti mereka kelak. Namun berbeda dengan kisah dari Sudana, orang tuanya yang merupakan petani dan nelayan, sangat pekerja keras. Karena sulitnya mencari penghasilan, mendiang ayahnya bersikap apatis terhadap pendidikan tinggi dan lebih menyarankan agar Sudana langsung bekerja. Sudana sebagai anak laki-laki satu-satunya tidak setuju dengan pendapat tersebut. Dengan biaya sendiri, ia teguh melanjutkan kuliah diploma meski tanpa mendapatkan persetujuan.
Sudana yang terbiasa mandiri sejak remaja, memenuhi biaya pendidikan dengan hasil keringatnya sendiri, dengan mengambil beberapa pekerjaan di sekitarnya seperti memotong padi, mencari lobster dan menjadi kuli. Meninggalkan usia anak-anak, Sudana lantas melanjutkan kuliah tata boga di Akademi Pariwisata (Akpar) Triatmajaya Dalung, harap-harap bisa bekerja di kapal pesiar suatu saat nanti. Setelah merampungkan sekolahnya, ayah tiga anak ini mengajukan lamaran di sebuah restoran Bali berlokasi di Jl. Teuku Umar. Belum juga menapaki kakinya di restoran tersebut, ia sudah menemukan hal yang kurang sreg di hati, mengenai nominal gaji yang akan diperoleh ternyata dibawah dari penghasilannya dari mencari lobster. Ia putuskan untuk membatalkannya, sembari mencari peluang kerja lain, Sudana mengisi dompetnya dengan kembali mencari lobster. Ia juga mencoba hal baru sebagai driver freelance, yang semakin mengasah kemampuan komunikasi bahasa Inggris. Pada tahun 2004, barulah ia kembali bekerja sebagai koki di sebuah vila dalam waktu beberapa tahun.
Tanpa merasa gengsi mengambil pekerjaan apapun, Sudana kemudian melaju sebagai driver di Austrindo Law Office. Tidak hanya berhenti di posisi itu saja, ia pindah ke divisi perizinan, yang mulai menumbuhkan ketertarikannya pada lingkup pekerjaan di kantor hukum yang berlokasi di Jl. Raya Kuta No. 58 D-E Kuta tersebut. Yang mana dalam kesempatan itu, ia menjumpai banyak relasi yang profesional dan para pengacara yang berhadapan dengan klien dalam layanan hukum. Ditambah, di Austrindo terdapat bermacam-macam divisi seperti visa, konsultan bisnis, hukum korporasi dan bisnis, imigrasi dan civil law. Sontak muncul ketertarikannya dan mendorong Sudana untuk melanjutkan kuliah program esktensi di bidang Hukum. Dengan biaya sendiri, ia tekun mengikuti mata kuliah dan tak pernah sekalipun bolos, meski sembari bekerja. Namun di tengah ketekunannya, ia harus menghadapi kesedihan yang mendalam, saat sang ayah meninggal dunia pada tahun 2011.
Banyak kenangan yang telah beliau tinggalkan, terutama yang paling berjasa bagi perkembangan karakter Sudana yaitu kemandirian dan kerja keras. Momen-momen tersebut kini tak lepas menjadi kode atik dalam setiap langkahnya untuk menggapai karir yang sukses. Berjalan dua tahun, setelah kepergian sang ayah, Sudana lulus kuliah. Tahun 2014, ia mengambil keputusan besar, untuk mundur dari Austrindo Law Office yang telah membuka cakrawalanya pada bidang hukum demi mengikuti pelatihan Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) yang diselenggarakan Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI). Sembari itu, ia membuka warung western food. Warung tersebut cukup berjaya dengan kemahiran I Wayan Sudana dalam memasak, hanya saja karena pandemi di tahun 2020, ia tak mampu memperpanjang kejayaan tersebut.
Mundur ke tahun 2016, Sudana resmi dengan karier barunya sebagai pengacara. Sebelum fokus di sana, ia menata aset peninggalan ayahnya berupa satu kamar pribadinya yang kini telah disewakan. Ekplorasi I Wayan Sudana dalam bisnis pariwisata tidak sampai disitu saja. Di tengah krisis pandemi Covid-19, dengan gagah berani ia membangun dua unit vila lagi. Kembali ke profesinya dalam pelayanan hukum di masyarakat, Sudana semakin indpenden dengan mendirikan Kurnia Sedana (KS) Law Office bersama Made Kurnia, yang sebelumnya merupakan pengacara di Austrindo Law Office. Dalam kolaborasi awal mereka, mereka mengajak para pengacara dengan berbagai latar belakang divisi yang berbeda, untuk memvariasikan layanan kantor hukum mereka. Salah satu rekan Made Kurnia pun bergabung dan kantor tersebut tersebut terus berkembang khususnya spesialisasi dalam layanan hukum konsultan bisnis. Dalam semangat baru ini, I Wayan Sudana dan Made Kurnia sepakat untuk mengubah nama kantor mereka menjadi Aksa Legal Sevices. Aksa Legal Sevices pun kini telah menjadi layanan hukum terpercaya bagi para klien.
Menanjaknya karier I Wayan Sudana, membangun kepercayaan di lingkungan tempat tinggalnya dengan memilihnya sebagai Wakil Bendesa Adat (Petajuh) di Desa Adat Sogsogan. Selain mengelola desa, dalam profesinya saat ada masalah di desa, ia berupaya memberikan saran yang membangun dan mengedukasi masyarakat yang masih awam tentang hukum. Dalam kombinasi karier sebagai pengacara dan pelaku bisnis pariwisata, tidak kalah menjadi spirit baru bagi Sudana. Sebagai spesialisasi konsultan bisnis, ia mengedukasi masyarakat untuk aktif berperan dalam pengembangan pariwisata lokal, dengan tujuan agar tidak hanya menjadi penonton, setelah terpancing bujuk rayu dari para investor untuk untuk menjual aset mereka demi secara instan mendapat kehidupan yang nyaman.
Fenomena ini tidak hanya berlaku di industri pariwisata saja, di lingkup firma hukum, Sudana dan tim pun rutin melakukan evaluasi dan beriovasi untuk terus meningkatkan kinerja mereka dalam memberikan layanan hukum yang berkualitas dan bersaing di ranah global. Tak cukup hanya upaya dari mereka, pemerintah juga diharapkan mengambil sikap tegas dalam bentuk regulasi dalam mengatur hal ini. Ini penting demi untuk menjaga keberlanjutan dan keberlangsungan ekonomi lokal, serta memastikan pertumbuhan ekonomi di Bali didukung oleh investasi yang berkelanjutan. Serta menjaga harmonisasi kelestarian budaya dan lingkungan yang merupakan esensi dari keberlanjutan tersebut.