Filosofi Mengalir dalam Ambisi, Menyelami Karier Suarya di Industri Perhotelan
I Wayan Suarya adalah seseorang yang menjalani hidup dengan tenang, membiarkan segalanya mengalir sebagaimana mestinya tanpa terlalu banyak tekanan atau kekhawatiran. Akan tetapi, di balik sikapnya yang santai, ia menyimpan ambisi yang kuat. Setiap kali peluang baru muncul, ia melihatnya sebagai tantangan dan kesempatan untuk berkembang
Menemukan minat pada bidang tertentu bukan perkara mudah bagi Suarya. Selama masa SMP, ia giat meningkatkan keterampilan bahasa Inggrisnya, namun belum tahu karier seperti apa yang akan ia tuju dengan keterampilannya tersebut. Tamat SMP, ia kemudian melanjutkan ke SNAKMA (SMK Peternakan) di Lombok, atas ajakan kakaknya yang juga melanjutkan di SMK tersebut sebelumnya. Harapannya, setelah tamat nanti, ia akan mengikuti jejak karier sukses kakaknya yang bekerja sebagai PNS di SMAK Pertanian, yang merupakan institusi pembina dari SNAKMA.
Perubahan strategi kemudian dilakukan oleh Suarya saat menyaksikan salah satu kakaknya yang sukses berkarier di Hotel Sheraton Timika, Papua. Atas saran kakak, ia kemudian memutuskan melanjutkan kuliah D1 F&B di P4B (Pusat Pendidikan Perhotelan dan Pariwisata Bali), karena dijanjikan oleh kakaknya untuk bekerja di Papua. Akhir tahun 1996, janji tersebut kemudian dipenuhi. Namun keberadaanya di Papua tak berlangsung lama. Setelah mendapatkan pekerjaan dan sempat juga menjalankan restoran bersama orang asal Bali, restoran tersebut tutup karena dampak krisis moneter tahun 1998. Karena ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan pengganti, ia akhirnya kembali ke Bali dan memilih melanjutkan pendidikan.
Anak terakhir dari sembilan bersaudara ini kemudian melanjutkan kuliah Ekonomi Akuntansi di STIMI Handayani, atas saran dari sosok mentor, I Gusti Putu Redita. Beliau merupakan seniornya saat ia masih berkarier di Papua, yang merupakan Financial Controller, dan saat ini menjadi konsultan. Tapi yang terjadi adalah Suarya hanya kuliah sampai semester VI, setelah itu ia di-dropout. Ia berdalih dengan pekerjaannya yang sudah menghasilkan, tak perlu lagi untuk melanjutkan kuliah. Seiring posisinya dalam pekerjaan tersebut berkembang hingga level manajer, barulah ia tersadar pentingnya membekali diri dengan ijazah sarjana ekonomi. Ia pun sempat dicerca oleh Bapak Gusti yang memberikannya kesempatan pekerjaan, tapi bukan untuk meninggalkan kuliahnya, melainkan menambah ilmunya. Sembari terus membimbing Suarya dengan sikap humanis beliau. Suarya akhirnya melanjutkan kuliah S1 di Universitas Mahasaraswati Denpasar (Unmas), bahkan S2 di Universitas Triatma Mulya (Untrim). Setelah melalui proses perkuliahan sungguh-sungguh, ia mengaku baru benar-benar menikmatinya. Tidak hanya soal ilmu, tetapi juga bertemu dengan relasi dari latar belakang yang beragam, yang memperkaya pengalaman dan wawasannya.
Dinamis Peralihan Karier
Pertama kali bekerja saat masih kuliah di STIMI, Suarya bekerja sebagai Night Auditor di suatu perusahaan di Legian selama setahun. Setelah itu mencoba melamar di Hotel Bali Aga Nusa Dua pada posisi yang sama selama dua tahun. Memperhatikan mantan karyawannya, Bapak Gusti mengarahkannya minimal ia bekerja di suatu perusahaan adalah dua tahun. Ia pun setuju akan saran beliau, tujuannya agar posisinya tidak stagnan, lalu mengajaknya untuk bergabung dengan manajemen properti miliknya. Tanpa penolakan, karena merasa banyak dibantu oleh beliau, Suarya akhirnya bekerja Villa Surga yang di kelola oleh perusahaan Bapak Gusti. Dengan segenap kemampuan dan semangat darah mudanya, ia menjalani dua pekerjaan sekaligus selama hampir enam bulan. Dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore, kadang sampai lembur, ia bekerja sebagai pembuat laporan akuntan di Villa Surga. Kemudian dari jam 11 malam sampai 7 pagi, ia bekerja di Bali Aga. Karena peran gandanya, ia hanya bisa tidur 1-2 jam sehari. Ditambah dengan gemblengan dari mentornya, yang membuat Suarya mengingat ungkapan bahwa, “Untuk menjadikan suatu patung itu bagus, tidak mainmain pahatan tajam yang digunakan”. Meski demikian, ia meyakini bahwa ia tak salah dalam memilih beliau sebagai mentor, yang akan menjadikannya “seseorang” di masa depan.
Setelah undur diri dari perusahaan mentornya, Suarya beberapa kali melakukan peralihan perusahaan. “Karena masih muda dan belum ada tuntutan tanggung jawab finansial tertentu, sangat enteng langkah saya untuk pindah ke perusahaan satu perusahaan berikutnya,” ucapnya. Selain industri hospitality, ia sempat bekerja di industri kuliner, namun ia merasa tidak sebanyak bersemangat seperti ketika bekerja sebagai akuntan di industri perhotelan, yang membuatnya terus mencari peluang baru di berbagai perusahaan. Akhirnya, ia tiba di Villa Air Boutique Resort & Spa, yang tidak disangka akan menjadi pelabuhan terakhirnya sebagai pekerja korporasi. Singkat cerita pada tahun 2007, setelah menempati posisi accounting manager, Suarya menerima tawaran sebagai chief accounting. Dengan penuh rasa percaya diri dan tanggung jawab, ia menyanggupi posisi tersebut.
Lewat tanggung jawab sebagai chief accounting, Suarya memiliki pengalaman yang semakin luas, seperti menganalisis laporan keuangan, mengelola tim akuntansi, dan terutama berkomunikasi dengan klien. Pada akhirnya, Suarya dianggap sudah mengenal seluk-beluk perusahaan, sehingga kariernya meningkat dengan dipercaya sebagai Direktur Villa Air Bali Boutique Resort & Spa. Secara pribadi ia juga merasa nyaman di lingkungan kerja perusahaan tersebut. Meski telah terjadi perombakan struktur organisasi perusahaan, ia selalu bertemu sosok-sosok profesional di perusahaan tersebut yang membantunya terus bertumbuh. Dalam komunikasi, baik dengan owner, maupun dengan general manager dan staf-staf, Suarya pun tidak mengalami kendala berarti dan sangat terbantu oleh kolaborasi yang efektif. Dengan demikian ia siap menerima inputan khususnya dari para staf yang menjadi garda terdepan dalam perusahaan untuk membawa Villa Air Bali Boutique Resort & Spa siap menghadapi era digital ini.
Suarya telah berkarier selama 18 tahun di Villa Air Bali Boutique Resort & Spa, sebuah waktu yang tidak singkat, terutama mengingat latar belakangnya yang sebelumnya sering berpindah-pindah pekerjaan. Akan tiba saatnya bagi sosok-sosok baru untuk menggantikan yang lama demi memastikan keberlangsungan dan eksistensi perusahaan. Dan perubahan ini adalah siklus alami Seraya Cove Estate, sebagai wujud komitmen untuk terus berusaha berkontibusi mendukung daerah kelahiran supaya berkembang dan berdaya saing. Kerja sama ini memungkinkan Suarya untuk mengelola properti dengan kapasitas lebih besar, memanfaatkan pengalaman dan jaringan yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun dalam industri hospitality. “Semua ini tidak akan terwujud tanpa dukungan istri dan keluarga tercinta, yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam setiap langkah pencapaian saya,” ucapnya penuh syukur.
Suarya yang sejak awal perjalanan kariernya telah mengadopsi “mengalir seperti air” dalam setiap langkah yang diambil, telah bertransformasi menjadi pribadi yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan. Tentunya tetap berambisi dan fokus pada tujuan. Kini dengan beberapa proyek yang telah dirintis dan rencana pensiun di depan mata, ia tetap memegang teguh prinsip ini. Ia terus mengalir dengan dinamika industri pariwisata dan perhotelan, sambil berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang berkelanjutan. Melalui kombinasi antara fleksibilitas dan ambisi, Suarya mengukir jejak yang menginspirasi dan membangun legacy yang akan terus memberikan dampak nyata bagi industri yang ia cintai. Dengan komitmen dan dedikasinya selama bertahun-tahun, ia telah membangun pondasi yang kuat untuk masa depan perusahaan dan mempersiapkan generasi penerus Villa Air Bali Boutique Resort & Spa. Melalui transfer pengetahuan dan pengalaman seperti yang ia terima dari Bapak Gusti, serta pemantapan struktur organisasi, Suarya berharap perusahaan akan terus berkembang dan berinovasi, siap menghadapi tantangan baru di masa depan.
Sebagai orang Bali yang mengikuti prinsip Catur Asrama (konsep dalam tradisi Hindu yang menggambarkan empat tahap kehidupan manusia), ia merencanakan masa pensiunya yang targetnya akan terjadi tiga tahun lagi, dengan cermat dan mempersiapkan diri untuk fase kehidupan yang lebih tenang dan fokus pada tahap kehidupan yang lebih matang. Sejak tahun 2018, Suarya telah mulai membangun bisnis properti sebagi bagian dari persiapan pensiun. Ia memulai dengan mengembangkan sebuah vila di Ubud, yang terdiri dari empat unit satu kamar. Selain itu, Suarya juga ber-partner dalam menjalankan beberapa properti dan saat ini melalui proyek properti baru di desa kelahiran dengan brand.