Padu Padankan Sendiri Seleramu di The Best Salad in Bali Sudah Pasti Sehat Enak dan Porsi Terkontrol

Dewasa ini, alasan seseorang terdorong untuk mulai belajar memasak, bukan sekedar hobi. Para olahragawan dan pemilih gaya hidup sehat pun merasa wajib untuk mengolah masakannya sendiri, agar lebih bisa mengontrol bahan-bahan sehat yang digunakan, begitu pula didukung cara pengolahannya. Seperti pemilik “Organicali Bali”, Adinda Puri, sebelumnya ia adalah pecinta ‘sembarang’ kuliner, yang tak pernah memikirkan kandungan apalagi khasiat makanan, yang penting enak di lidah, berdampak baik atau tidaknya untuk tubuh itu urutan kesekian. Alhasil, ia pun sempat memiliki bobot badan sampai di angka 110 kg, saat usianya 15 tahun.

Adinda Puri

Memiliki berat badan sekian, sasaran perundungan pun sempat diterima wanita kelahiran 1994 ini. Bersyukurnya, kondisi itu justru menjadi motivasi positif untuknya bertransformasi ke arah yang lebih baik. Ia mulai belajar memasak di usia 16 tahun, mengolah makanan favoritnya menjadi lebih sehat, tanpa mengurangi rasa dari makanan itu sendiri. Itulah yang mejadi konsep dari restoran Organicali Bali yang dirintisnya pada Maret 2020 dengan mengatasnamakan aset kesehatan di atas segalanya.

Sebuah pengakuan yang berani dari Dinda, bahwa ia sudah terlahir di keluarga yang berada. Ayahnya dahulu merupakan pejabat tinggi di Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), perusahaan BUMN dan PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) dan ibunya sebagai ibu rumah tangga yang juga berbisnis dan pemain sinetron. Namun dibalik keberlimpahan tersebut, justru ada kenangan masa kecil yang ingin ia hapus. Ia sempat di-bully tak hanya oleh teman-temannya, bahkan rekanrekan ibunya di dunia showbiz, mengolok-oloknya hanya karena skin tone-nya yang cenderung eksotis, turunan DNA kakek dan neneknya. Dinda belum menunjukan tanda-tanda kesedihannya ke keluarga karena di-bully di lingkungannya, saat itu, sang ibu pun belum menyadari bahwa Dinda sudah menjadi korban bully karena keterpurukan yang Dinda pendam pada dirinya sendiri.

Memang saat itu di usia belia, ia belum sadar akan dirinya menjadi korban bully, di usia semakin dewasa, barulah ia berkonsultasi dengan psikiater dan psikolog dan ternyata didiagnosis mengalami trauma yang mendalam dan serius yang menimpanya semenjak dia kecil. Ditambah secara internal, ia pun sempat mengalami pengalaman yang menyebabkan trauma mendalam saat usia lima tahun, dari asisten rumah tangga yang diangkat anak oleh keluarga. Karena ia dilecehkan secara seksual, Dinda diancam akan dihilangkan nyawanya oleh eks ART tersebut, agar tak melapor kepada siapapun. Namun akhirnya kebungkaman tersebut pecah juga saat usianya 22 tahun.

Memulai Lembaran Hidup Baru di Bali

Baru 2019 kemarin, Dinda akhirnya memutuskan meninggalkan gemerlapnya kehidupan Jakarta, dengan pribadi yang lebih baru dan ‘sembuh’ dari traumanya. Ia memilih hidup lebih mandiri di Bali dengan bisnis healthy food-nya, yang sudah ia jelajahi sebelumnya di Amerika, sembari melanjutkan sekolah. Restoran yang berlokasi di Jl. Raya Semat, Tibubeneng, Kuta Utara tersebut, bukanlah resto pertama bagi Dinda. Ia sebelumnya sudah merintis bisnis kulinernya di usia 19 tahun bersama ibu yang berawal dari menu-menu simple, seperti roti bakar, aneka mie dan lain-lain dengan olahannya sendiri. Kini resto tersebut termanifestasi menjadi menu buffet atau prasmanan untuk acara pernikahan.

Awalnya berlokasi di Kerobokan, Organicali Bali kemudian pindah ke lokasi Tibubeneng sejak 2021. Disebabkan wanita yang pernah ber-jetski total jarak sejauh 800 km ini, sebagai pendatang tak melakukan survei terlebih dahulu terkait wilayah yang cocok untuk memasarkan bisnisnya, yang mana di Kerobokan, sudah menjadi spot pemilik lapak makanan lokal. Cukup kontras dengan menu saladnya yang sensasional, ia pun pindah dan kian eksis di lokasi saat ini, dengan kreativitas resepnya sendiri.

Dinda mengklaim salad di Organicali Bali sebagai “The Best Salad in Bali”. Di mana pengunjung bisa memilih berbagai sayur bahkan daging yang tersedia, untuk mengisi bowl mereka atau dalam sajian salad wrap. “Jadi tidak ada istilah salad yang hambar, membosankan dan hanya di Organicali Bali yang menyediakan porsi terkontrol,” ucapnya penuh percaya diri. Dalam hal ini, ia pun menyatakan restorannya tak menganut paham “eating less” tapi “eating right”, di mana diet bukanlah tentang mengurangi asupan makanan, melainkan gaya hidup yang tetap makan tiga kali sehari, namun dengan pilihan menu yang tepat dan seimbang.

Dinda kini tak hanya mengisi waktu dengan berbisnis, ia yang kian menjadi pribadi yang lebih positif, pun turut menarik energi positif tersebut, seperti melukis yang menjadi bagian dari menemukan inner peace dan bergabung dalam “SAPMA PP (Satuan Pelajar-Pemuda Pancasila)”, sebagai Pengurus Pusat Lingkungan Hidup & ESDM dan diberi mandat sebagai “Duta Entrepreneur” di HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Provinsi Bali.

Bahkan yang tak kalah mencengangkan ia mengungkapkan ingin berkancah di panggung politik, hal ini diinisiasi mempermudahkan jalannya untuk melakukan kegiatan amal seperti dalam organisasi yang ia ikuti dan terinspirasi dari sang ibu, sebagai kepemilikan yayasan anak yatim piatu di Jakarta. Berdasarkan bukti empiris orang tua, Dinda pun meyakini dimulai dari menjaga keseimbangan tubuh kita dengan makanan yang sehat, berkarier dan relevansi dengan sesama dan alam, yang pastinya akan mendatangkan kesehatan fisik dan mental, yang memberikan kedamaian ke diri kita sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!