Transformasi Cok In, Sukses Sebagai Womenpreneur dalam Segmentasi Pasar Bisnis yang Berbeda
Pasca keluarga yang memutuskan keluar dari puri, eksplorasi Cok Istri Indah Apsari dalam membantu perekonomian keluarga yang tidak mampu pun sudah dibiasakannya sejak kecil. Pasalnya, ayahnya hanya bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan media cetak yang cukup besar di zaman itu dan ibu sebagai pegawai honorer di pemerintahan. Sebagai anak pertama dari dua bersaudara, tanpa menunggu ‘klakson’, ia memiliki inisiatif sendiri untuk mulai bersentuhan dengan pekerjaan yang seharusnya belum ia jajaki.
Orang tua sebenarnya asli Singapadu, Kabupaten Gianyar, mereka keluar dari puri, kemudian merantau dan merintis karier di Denpasar. Ayahnya sempat bekerja sebagai loper koran, sambil menjual koran-koran bekas untuk menambah pemasukan. Ayahnya pun tak sendiri, ada Cok In yang saat itu masih kelas 2 SD dan adik laki-lakinya pun ikut dilibatkan. Ia menjual korankoran tersebut dari pasar ke pasar, seperti kepada penjual nasi, demi bisa melanjutkan sekolah. Dari upaya-upaya yang demikian kerasnya, ia pun semakin memahami besarnya perjuangan orang tua dan menghargai kerja keras tersebut dengan wajib mengukir prestasi di sekolah.
Berjalannya waktu, keikhlasan yang diringi dengan keuletan bekerja, usaha koran bekas ayahnya mengalami kemajuan, karena permintaan yang kian melonjak. Namun, sayang bisnis tersebut sempat mengalami penurunan saat kejadian bom Bali tahun 2002. Saat itu Cok In yang masih SMP pun membantu orang tua lebih ekstra dengan datang ke pelosok-pelosok, menangkap peluang rezeki baru kembali menawarkan korankoran tersebut. Belajar dari kondisi demikian, betapa bangga dirinya menyaksikan orang tua yang mampu bangkit lagi dari keterpurukan, lebih berinovasi hingga kesuksesan berbalik arah kepada ia dan keluarga.
Mendapat Privilege Berkat Prestasi
Di masa SMA, prestasi yang diukir Cok In tepatnya di SMAN 6 Denpasar aktif dalam mengikuti beragam lomba seperti seni vokal, paskibraka dan catur, apa saja ia coba demi mempertahankan prestasinya. Bahkan saking terampilnya mengikuti berbagai lomba, ia mendapat kepercayaan untuk mengikuti ajang pemilihan “Teruna Teruni Denpasar 2005” dan meraih peringkat runner up satu. Disaksikan oleh Walikota Denpasar saat itu, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga dan I Gusti Ayu Bintang Darmavati atau dikenal dengan Bintang Puspayoga. Menariknya, ia mendapat privilege untuk bekerja di Pemerintah Kota Denpasar dibagian Protokol, kemudian dipercaya sebagai Sekretaris Walikota selama empat tahun.
Terdaftar sebagai mahasiswi di Program Ekstensi S1 Sastra Inggris, Universitas Udayana, anak dari pasangan Cokorda Bagus Astawa dan Sang Ayu Putu Sudiwati ini, juga semakin aktif mengisi acara sebagai Master of Ceremony (MC) dan penyanyi. Saat semester 2, ia pun lolos dalam audisi pencarian bakat, untuk disaring kembali di Jakarta dan mendapatkan golden ticket. Namun, belum sampai di Jakarta, Cok In memutuskan mundur dan kembali ke Bali, mengingat biaya kuliah yang masih ditanggung beasiswa. Jika ia tidak fokus, sangat disayangkan beasiswa yang susah payah ia dapatkan demi tetap mengenyam pendidikan.
Setelah melahirkan anak kedua, Cok In memutuskan berhenti dari pekerjaannya di pemerintahan dan mulai merintis usaha. Semasa masih bekerja, ia sebenarnya sudah mulai melihat peluang dengan berjualan seragam endek di kantor tempatnya bekerja, usaha itu kemudian ia fokuskan dengan bekerja sama dengan garmen lain dan mempekerjakan empat orang karyawan. Ternyata tak semudah yang ia bayangkan, rangkaian proses naik turun usaha ia jalani dalam waktu delapan tahun dan di tahun 2022, Cok In baru bisa mengeluarkan pernyataan bisnisnya baru ada di posisi tetap.
Kini melalui usahanya yang bernama “CV Sedana Gemilang Utama”, Cok In telah memiliki garmennya sendiri. Jumlah karyawan pun bertambah menjadi 10 orang yang beroperasi di Jl. WR Supratman no. 9X 1, Kesiman, Denpasar Timur. Relasi yang awalnya hanya seputaran pemerintah, kian merambah ke kebutuhan seragam instansi pendidikan sejak tahun 2017. Demi bertahan di ‘arus pasang’ pandemi Covid-19, bisnisnya pun ikut memproduksi masker kain yang tengah digalakkan pemerintah saat itu. Bisnis selanjutnya di luar ekspetasi Cok In, berawal dari obrolan dengan para relasi salah satunya Kadek Sariasa, ia merintis “PT KIP Tours & Trans”, pada tahun 2019.
Harapannya saat pariwisata sudah dibuka, perusahaan sudah siap beroperasi, di mana perusahaan serupa lainnya tengah masih berbenah diri. April 2021, wisatawan mancanegara sudah mulai memasuki Bali, meski perusahaan yang berkaryawankan 60 orang tersebut masih belum mendapat perhatian, namun ia optimis perusahaannya akan berkembang seiring kondisi pariwisata yang terus membaik.
Tak berhenti sampai di sana, Cok In juga mendirikan bisnis yang berbeda segmentasi pasarnya, yakni event organizer (EO) dan yang masih dalam tahap pembahasan yaitu bisnis penyuplai makanan. Alasannya berani mengambil bisnis yang ada di luar lingkupnya, “Berhubung memiliki jaringan bisnis dan kepercayaan yang memadai, kenapa tidak membuka peluang bisnis yang berbeda”.
Sekali lagi hidup ini disajikan berbagai macam pilihan, apakah kita menyikapinya dengan positif atau bersikap abai. Namun Cok In berhasil mengabaikan pikiran-pikiran negatif, hanya karena dirinya yang berasal dari ekonomi rendah, ia terus mengaktualisasi diri, berkompetisi dan kini bertransformasi menjadi womenpreneur yang berdikari dan terus berkarya.