Merawat Kesehatan Masyarakat dari Perspektif Ilmu Anti Aging

Suatu pengalaman terkait kesehatan keluarga menjadi titik balik bagi dr. Chandrawati, M.Biomed (AAM) sehingga mengarahkannya untuk menyongsong cita-cita sebagai dokter. Mempunyai rasa keterpanggilan untuk menjaga kesehatan masyarakat, sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan pengalaman Dokter Chandrawati memfokuskan diri pada bidang anti-aging medicine.

Dokter Chandrawati, salah seorang dokter anti-aging di Bali yang telah memiliki jam terbang tinggi dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Terkhusus pada bidang anti penuaan dini atau anti aging medicine. Isu ini menjadi momok bagi masyarakat padahal penuaan merupakan fenomena yang lumrah terjadi. Namun seperti penyakit lainnya, proses penuaan tersebut seyogyanya dapat dicegah, diobati bahkan dapat dikembalikan pada kondisi sebelum terjadinya penuaan.

Selama ini di kalangan masyarakat awam masih menganggap bahwa anti aging merupakan penanganan masalah kesehatan terbatas pada kulit wajah saja. Anti Aging Medicine memiliki cakupan yang lebih luas karena yang ditangani bukan hanya proses penuaan pada kulit saja tapi seluruh tubuh bahkan mulai dari tingkat sel.

Anti Aging Medicine itu bukanlah ilmu kedokteran kecantikan atau estetik, tapi estetik bisa disebut bagian dari upaya terapi anti aging dari luar tubuh.

Mencoba meluruskan anggapan ini, Dokter Chandrawati aktif memberikan edukasi. Ia juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih peduli soal isu penuaan dini. Di sela kesibukan sebagai dokter praktik di salah satu klinik di Badung, Bali, ia kerap menginspirasi dan mengedukasi masyarakat melalui media sosial. Hal paling sederhana yaitu manfaat pola hidup sehat untuk mencegah proses penuaan sedari dini.

Dokter Chandrawati saat masih kanak-kanak ternyata sudah melirik karier dokter. Terlebih pada saat kelas 2 SMP, sering berurusan dengan dokter karena sang ayah menderita suatu penyakit yang membuat tidak dapat bekerja. Momen itulah yang membuatnya mantap menyongsong cita-cita menjadi dokter. Menurutnya dengan menjalani profesi dokter, nantinya ia dapat memberikan pertolongan pada keluarganya yang sakit. Dari keinginan tersebut mendasari semangat belajar perempuan kelahiran Solo 2 Februari 1978 ini untuk menembus persaingan masuk fakultas kedokteran.

Lantaran ketekunannya dalam melalui proses belajar, setamat dari SMA Negeri 3 Surakarta, ia berhasil lolos ke Kedokteran Umum Universitas Sebelas Maret Surakarta melalui jalur PMDK. Kemudian setelah lulus, di tahun 2002 bekerja di RS Baptis Kediri sebelum akhirnya 2006 di bidang estetik. Karena rasa ingin tahu bahwa penuaan itu bisa dicegah atau diperlambat, maka pada tahun 2011 ia tertarik mengambil program S2 di bidang Biomedik Anti Aging Medicine di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali.

“Hal yang ditangani oleh Anti Aging medicine sangat komprehensif mulai dari pola makan atau nutrisi, hormonal, olahraga, manajemen stress, pola istirahat, dan termasuk terapi estetik dari luar,” ungkapnya.

Tidak hanya masyarakat lokal, pasien yang ditangani Dokter Chandrawati juga banyak yang berasal dari kalangan warga negara asing. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat karakteristik latar budaya WNA dan warga lokal tentunya berbeda. Begitu pun dalam hal komunikasi ia melakukan pendekatan berbeda, namun soal kualitas pelayanan dan fasilitas yang diberikan tentunya tidak ada perbedaan yang berarti.

Tantangan lainnya dihadapi pada saat pandemi, di mana ia harus tetap membuka pelayanan dengan protokol kesehatan yang ketat. Risiko penularan penyakit pun dapat dicegah sehingga para pasiennya tetap menikmati layanan anti aging dengan rasa akan dan nyaman. Dokter Chandrawati pun optimis jika layanan anti aging akan tetap dibutuhkan dalam situasi apa pun sebab makin lama masyarakat makin sadar merawat penampilan diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!