Transformasi dari Kerajinan Bambu, Kini Merambah ke Kuliner Khas Bali

Kreativitas yang diiringi semangat berinovasi menjadi kunci untuk tetap relevan di tengah perkembangan zaman. Hal ini tercermin dari langkah inspiratif I Nyoman Purwita seorang pemilik toko kerajinan keben lukis di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali. Kiprahnya sebagai pengusaha selain berfokus pada kerajinan tradisional, ia pun berinovasi dengan mendirikan Warung Makan Penglipuran sebuah bisnis kuliner yang mengusung konsep bangunan bambu menyatu dengan alam menyajikan hidangan khas Nasi Campur Penglipuran yang memanjakan lidah wisatawan. Langkah ini menunjukkan kepekaannya terhadap peluang baru serta berkomitmen untuk melestarikan budaya lokal sambil memenuhi kebutuhan pasar modern. Hal ini selaras dengan nilai-nilai Desa Adat Penglipuran yang dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia telah menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.

Desa Adat Penglipuran adalah salah satu desa yang terletak di Kabupaten Bangli, dikenal sebagai desa wisata yang kaya akan budaya dan sarat akan nilai sejarah. Di desa inilah tempat Nyoman lahir dan dibesarkan. Nyoman adalah anak terakhir dari sembilan bersaudara merupakan putra seorang angkatan darat yang telah memperlihatkan bakatnya di bidang seni lukis. Di saat ayahnya dipindah tugaskan ke Sumbawa, secara otomatis tugas mendidik Nyoman berpindah ke tangan kakak-kakaknya. Nyoman dan saudara- saudaranya tinggal di sebuah rumah yang hanya memiliki 3 kamar yaitu terdiri dari kamar tidur, dapur, dan bale. Sebelum air masuk desa, Nyoman kerap pergi mandi ke sungai bersama kakak-kakaknya sebelum memulai aktivitas. Sepulang sekolah, Nyoman ditugaskan untuk pergi ke tegalan mencari rumput untuk pakan ternak. Begitulah keseharian Nyoman di masa kecilnya kala itu. Bakatnya di bidang seni lukis sangat diapresiasi oleh sekolahnya dan Nyoman sering mengikuti berbagai ajang perlombaan bahkan mewakili sekolahnya di Pesta Kesenian Bali sebagai Duta Kabupaten Bangli di bidang seni lukis. Untuk mengisi waktu luang, Nyoman yang pada saat itu sudah masuk SMP ikut bekerja membantu kakaknya yang memiliki usaha sablon dan mulai belajar menjahit baju. Pada momen itulah jiwa wirausahanya mulai bangkit.

Selama bekerja dengan di tempat sablon, Nyoman menerima berbagai macam jenis pesanan mulai dari pembuatan baju penari, bahkan berkesempatan untuk menuangkan hobi melukisnya dengan membuat desain udeng. Karakteristik lukisannya lebih condong pada ornamen Bali yang dimodifikasi sedemikian rupa. Hal ini menjadi ciri dan keunikan dalam setiap karyanya. Sebelum menapaki langkah menuju pendidikan yang lebih tinggi, Nyoman sempat berkeinginan untuk kuliah di jurusan Desain Interior. Nyoman kemudian melanjutkan pendidikan di Jurusan Peternakan di Denpasar. Sambil menjalani proses perkuliahan, Nyoman mulai bekerja di tempat sablon seperti pengalaman sebelumnya dan ia berhasil lulus setelah menempuh perkuliahan selama 4,5 tahun. Setelah lulus kuliah, Nyoman kemudian ingin memulai langkahnya membuka usaha sablon. Melihat perkembangan teknologi saat itu, membuat Nyoman mengurungkan niatnya membuka usaha sablon, dan ia memilih untuk memulai usaha di bidang kerajinan kayu dengan mengajak beberapa pengrajin untuk ikut bekerja bersamanya. Kerajinan yang ditawarkan pun beragam, di mana salah satu kerajinan kayu yang paling dikenal ialah kerajinan keben Bali. Melihat desainnya yang polos, Nyoman berinisiatif untuk menuangkan karya lukisnya dalam setiap keben sehingga menciptakan sebuah model keben terbaru dan perlahan mulai dikenal masyarakat luas. Seiring perkembangan pariwisata di desa pesanan keben pun mulai berdatangan, selain masyarakat lokal dan wisatawan, Nyoman juga menerima pesanan dari sesama pengrajin untuk memintanya melukis di keben buatan mereka dengan desain karya ciptaannya. Sebanyak 70 pengrajin yang rata-rata ibu rumah tangga bekerja dibawah kepemimpinan Nyoman pada saat itu dan masih belum banyak ada kompetitor.

Akibat adanya persaingan harga, Nyoman mengubah strategi dengan melakukan ekspor ke luar negeri. Ia juga sering mengikuti pelatihan di Jakarta dan mengikuti berbagai pameran demi memperluas target pasar sekaligus memperkenalkan keben lukis kepada masyarakat luas. Nyoman mengakui bahwa kendala besar dalam memulai usaha kerajinan ini terletak kurangnya sumber daya manusia, di mana zaman sekarang tidak banyak anak muda yang ingin menjadi seorang pengrajin sehingga tidak ada regenerasi. Untuk menyiasati hal tersebut, Nyoman melakukan inovasi baru demi menghadapi ketatnya persaingan. Bergerak di bidang kerajinan harus gencar melakukan inovasi dan berkreasi serta mengikuti perkembangan yang ada. Nyoman sering mengikuti berbagai lomba mewakili Kabupaten Bangli dan mendapat juara satu tingkat nasional di Kalimantan di bidang produk kerajinan, bahkan toko kerajinannya sempat dikunjungi oleh Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam situasi pandemi yang tengah melanda kala itu membuat usaha kerajinan mulai mengalami penurunan pendapatan. Dengan lahan yang dimiliki Nyoman memutuskan untuk beralih usaha dengan membuka bisnis kuliner. Warung Makan Penglipuran yang berlokasi di depan Parkir 2 (parkir bawah) Desa Wisata Penglipuran, menjadikan warung ini cukup strategis. Berpengalaman sebagai pihak pengelola desa wisata sebelumnya, Nyoman memberanikan diri terjun di bidang usaha kuliner dan digarap secara profesional. Pembangunan warung sudah dimulai pada saat pandemi dan dibuka secara resmi ketika pandemi mulai mereda.

Kunjungan wisatawan mulai ramai kembali ketika objek wisata seiring pariwisata kembali menggeliat di Penglipuran. Menu yang disajikan dibuat sedemikian rupa sehingga masuk ke berbagai kalangan. Nyoman pun saat ini tengah memproses sertifikat halal mengingat banyak pengunjung yang datang dari luar Bali beragama muslim agar bisa menikmati keunikan rasa yang tersedia di Warung Makan Penglipuran. Ciri khas menu di sini terletak pada nasi campur khas penglipuran yang disajikan dalam bentuk prasmanan. Tidak hanya masakan khas Bali, Nyoman juga menyediakan rice box dan coffee break sebagai menu pelengkap. Dengan rasa makanan yang autentik ditambah dengan dekorasi bangunan berbahan dasar bambu memperkuat kesan tradisional yang menjadi karakteristik Desa Penglipuran itu sendiri. Dengan ketatnya persaingan yang ada, Nyoman berharap bisnis ini dapat terus berkembang dan mampu menawarkan pengalaman baru tak terlupakan kepada para wisatawan melalui cita rasa kuliner khas Desa Adat Penglipuran.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!