Setelah 35 Tahun Berdiri, Lanjutkan Usaha Keluarga dengan Konsep Baru

Gemar memasak sejak kecil dan menyaksikan secara langsung jatuh bangun orang tua merintis usaha, menjadi bekal Ardi Setyadi bahkan menginspirasi dirinya untuk bisa kelak menjalankan serta meneruskan usaha keluarga. Warung bakmi yang telah berdiri selama 35 tahun oleh ibunya di Jakarta, kini telah berinovasi menjadi sebuah tempat kuliner pilihan di Bali. Dina Noodle & Coffee di bawah kepemimpinan Ardi menjadi salah satu warung bakmi yang memiliki menu variatif, serta menyajikan pelayanan serta menawarkan kenyamanan yang berbeda dari warung bakmi biasanya. Kecintaannya terhadap keindahan alam Bali juga menjadi alasan bagi Ardi membangun usaha ini, sehingga dapat menjadi alasan bagi Ardi untuk bisa datang kembali ke Bali di tengah kesibukannya yang cukup padat dari pekerjaannya di Google Jakarta.

Pria kelahiran Jakarta Barat ini merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Sebagai anak dari seorang ayah yang bekerja sebagai pegawai swasta, mulai mengenal dunia usaha dari ibunya yang selain sebagai ibu rumah tangga, juga memiliki beberapa jenis usaha seperti sopir antar jemput anak sekolah dan memiliki warung bakmi bernama Dina Noodle yang dirintis sejak tahun 1990 sampai sekarang. Ardi melewatkan masa kecilnya dalam sebuah keluarga sederhana dan kehidupannya tak jauh berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya. Hari-harinya diisi dengan rutinitas sekolah dan menikmati waktu yang penuh dengan suasana kebersamaan dengan keluarga terutama saat berada di dapur, di mana menjadi tempat Ardi sering membantu ibu menyiapkan hidangan sehari-hari untuk keluarga. Sosok ibu yang mahir memasak, memperkenalkan Ardi pada dunia kuliner sejak dini. Masakan yang dibuat pun beragam mulai dari membuat kue hingga aneka jenis masakan. Hal itu membuat Ardi menjadi lebih terlatih dalam mengolah makanan sendiri didorong oleh kecintaannya terhadap dunia kuliner dan makanan.

Ardi dibimbing dan diperlakukan setara dengan adik-adiknya baik dalam hal pendidikan karakter maupun secara akademis. Di usia 6 tahun, Ardi sudah bisa memasak nasi dan membuat telur sendiri. Orang tua memberikan kebebasan bagi Ardi untuk menentukan sikap dan tujuan hidup yang mana orang tuanya mempercayai bahwa setiap individu memiliki perjalanan hidupnya sendiri. Ia dibekali nilai moral seperti tata krama serta kedisiplinan namun tidak kaku. Kondisi ekonomi keluarga yang berkecukupan diakuinya tidak menjadi soal dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ardi bersekolah di salah satu sekolah ternama di Jakarta Barat, selain disibukkan dengan aktivitas sekolah, Ardi juga membantu ibunya menyiapkan bahan-bahan untuk jualan di warung bakmi. Hampir setiap hari ibunya bangun pukul 03.00 subuh dan sudah menjadi rutinitas yang berlangsung selama bertahun-tahun. Pada hari libur, Ardi juga membantu ibunya di warung bakmi mulai dari membantu mencuci piring bahkan menjadi kasir. Sehingga ia tahu bagaimana proses membangun usaha dari nol melalui ibunya. Pengalaman ini secara tidak langsung menumbuhkan kemandirian dalam diri Ardi. Ditanya soal cita-cita, Ardi mengakui masih belum tahu pada saat itu dan membiarkan hidupnya mengalir.

Di masa remaja, Ardi yang sejak semula dilatih untuk menjadi anak yang mandiri, telah menemukan jati diri dan tujuan hidup ke depan, sehingga saat lulus SMA, Ardi melanjutkan pendidikannya di bidang IT. Ia sempat menjelajahi Bandung dalam upaya mencari universitas. Namun, Ardi memilih untuk kembali ke Jakarta dan meneruskan pendidikannya di Binus Jakarta mengambil kuliah malam jurusan IT. Sejak awal masa perkuliahan, Ardi sudah mulai memasuki dunia kerja dan bekerja di Pialang Saham. Di tempat itulah ia mulai menerapkan ilmunya di bidang IT. Ardi juga bekerja di konsultan bisnis di bawah naungan American Chamber yang bertugas mengumpulkan berita dan informasi terkait kebijakan pemerintah, kemudian merangkum dan menyampaikannya terutama kepada klien asing yang berinvestasi di Indonesia. Setelah lulus kuliah, Ardi mulai meniti karier dan bergabung dengan perusahaan besar seperti HP, Microsoft, dan Google. Ardi memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya, memanfaatkan setiap peluang untuk bekerja sebaik mungkin, memperluas jaringan, serta menyerap pengalaman berharga, bahkan mendapat kesempatan bepergian ke luar negeri yang semuanya menjadi bagian dari pengalaman Ardi selama bekerja.

Ketika masa pandemi tiba, hal ini berimbas pada produktivitas Ardi di kantor sehingga mengharuskannya untuk bisa bekerja di mana saja. Bali dengan segala bentuk keindahan serta kenyamanannya menjadi pilihan Ardi untuk melewatkan masa pandemi sambil melanjutkan pekerjaannya. Terbesit keinginan untuk membangun sebuah usaha di Bali yang mana nantinya usaha ini merupakan salah satu wujud nyata atas keinginannya yang sejak lama ingin meneruskan warung bakmi milik ibunya di Jakarta. Melihat peluang dan potensi usaha warung bakmi di Bali yang cukup menjanjikan, Ardi memegang prinsip bahwa apa yang diusahakan dengan sepenuh hati akan membuahkan hasil jika dijalani dengan tekun. Ia pun berupaya mencari tempat tinggal melalui agen properti untuk keperluan tiga bulan, namun tak kunjung menemukan lokasi yang sesuai. Akhirnya, tanpa persiapan matang, ia memutuskan untuk pergi ke Bali dan mencari tempat sendiri. Berkat bantuan seorang teman yang menyarankan sebuah lokasi di Jl. Gunung Salak, Ardi segera menerima tawaran tersebut tanpa ragu.

Pada November 2022, Ardi mendirikan Dina Noodle & Coffee di tempat yang berlokasi dekat dekat dengan area persawahan. Dalam prosesnya, Ardi dipertemukan dengan seorang kontraktor untuk pembangunan, dan merancang desain interior serta menu sendiri, termasuk bakmi ayam dan bakmi kangkung yang terinspirasi dari makanan favorit, serta kreasi bakmi lainnya. Karena ini adalah usaha pertamanya, Ardi memulai usaha ini dari skala kecil, belajar mengelola stok, strategi pemasaran, dan operasional secara mandiri tanpa bantuan konsultan F&B. Dengan sederet tantangan yang dihadapi, ia percaya bahwa ketika jalan telah terbuka, tujuan besar akan tercapai, sehingga ia terus melangkah tanpa rasa khawatir. Ardi mempelajari banyak hal dari ibunya termasuk membangun bisnis kuliner membutuhkan kesabaran dan komitmen jangka panjang. Usaha yang hanya mengandalkan popularitas sesaat seringkali redup dalam hitungan bulan, maka interaksi dengan pelanggan menjadi kunci. Hal ini memungkinkan Ardi untuk belajar bahwa memahami selera yang beragam dari para pelanggan, menjadi sebuah pelajaran berharga yang kini menjadi fondasi Dina Noodle & Coffee untuk terus berkembang dengan pendekatan yang tulus dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!