Pionir Layanan Klinik dan Rumah Sakit Jantung di Indonesia Memimpin Perluasan Layanan dan Menjadi Teladan di Industri Kesehatan

Profesi seorang dokter dielu-elukan sebagai pekerjaan yang mulia. Lalu, semulia apakah para dokter di Indonesia menjalani peran mereka? Apakah cukup puas hanya bekerja di rumah sakit dan membuka praktik pribadi? Kembali lagi pada pilihan hidup masing-masing, dan setiap individu memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya. Tak terkecuali perintis dokter spesialis jantung di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ini, yang memiliki pemikiran visioner dan all out dalam setiap tanggung jawabnya.

Melenggang ke fakultas kedokteran bukanlah prioritas utama bagi dokter Gugun setelah menamatkan SMAnya di SMAN 3 Bandung. Sesuai dengan tradisi di sekolah tersebut, para lulusan cenderung melanjutkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) dan ia sempat terpengaruh oleh lingkungan itu. Situasinya kemudian berubah setelah orang tuanya berharap agar dirinya menjadi dokter. Melihat perjuangan keras orang tua, khususnya sang ayah yang melepas atribut tentaranya dan beralih menjadi wirausahawan demi bisa menyekolahkan tujuh anak, dokter Gugun akhirnya manut dan melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran (UNPAD).

Dokter Gugun bukanlah mahasiswa kedokteran yang menonjol dalam akademis, karena sejak masih berseragam sekolah ia lebih berprestasi dalam Matematika, Fisika dan Kimia. Hafalan seperti Biologi, bukanlah keahliannya. Meski demikian, ia tidak rendah diri, ia memiliki prinsip setelah mengenakan jas putihnya nanti, ia harus totalitas. Setelah wisuda pada 21 November 1993, ia kemudian ditempatkan sebagai dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) Kabupaten Cirebon. Dalam masa pengabdian yang berlangsung tiga tahun, ia lebih suka berbaur yang membuatnya semakin akrab di kalangan masyarakat. Ia juga semakin mengenal kondisi kesehatan masyarakat Kota Udang tersebut dan memahami apa yang mereka butuhkan dalam fasilitas kesehatan.

Sebelum menentukan pendidikan spesialisnya, dokter Gugun bimbang mengenai spesialisasi yang akan diambil. Ia berkonsultasi dengan mertua yang merupakan dokter spesialis anak dan guru besar di UNPAD, serta paman dari istri yang merupakan dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn). Ia juga berdiskusi dengan orang tua yang akhirnya menyerahkan keputusan tersebut kepadanya. Setelah perenungan mendalam dan mempertimbangkan pengalamannya sebagai dokter di Kabupaten Cirebon, ia menyadari ketiadaan dokter spesialis jantung di kota tersebut. Serta yang tidak kalah mengharukan, saat ia berhasil menyelamatkan seorang anak berusia tujuh tahun yang tenggelam di kolam renang, yang mana ia melakukan pertolongan pertama berupa CPR dalam waktu 15 menit. Dokter Gugun merasa terdorong untuk memilih spesialisasi jantung. Ia terinspirasi oleh kemampuan spesialis jantung untuk menyelamatkan pasien yang berada di ambang kematian dan merasa ini adalah bidang yang ia bisa memberikan dampak terbesar.

Setahun penantian dokter yang juga pengurus pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ini, melanjutkan ke spesialis jantung karena banyaknya peminat. Ia kemudian masuk pada tahun 2001 dan lulus pada Maret 2006. Mendekati kelulusannya, ia sudah mendapat undangan bekerja di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK). Tetapi, ia tetap bertekad untuk kembali ke Cirebon yang telah menginspirasinya menyelami pendidikan spesialis jantung. Sesampai di Kabupaten Cirebon, dokter Gugun memediasi praktik spesialis jantung yang menangani pasien di provinsi Jawa Barat, yang terdiri atas 17 kabupaten, istimewanya berlokasi di Kabupaten Cirebon. Ia pun menjadi dokter spesialis jantung yang bertugas di sana. Saat mulai membuka praktiknya, tawaran kembali datang dari pemerintah Kabupaten Cirebon untuk menjadi PNS, demi memenuhi akreditasi suatu rumah sakit di Cirebon. Ia belum dapat memenuhi tawaran yang datang, dengan alasan yang lebih kuat yaitu keterbatasan fasilitas dan peralatan penunjang spesialis jantung di Kabupaten Cirebon. Kondisi ini mendorongnya untuk berdiri sendiri dengan membuka klinik dan tidak bergantung pada birokrasi atau pihak lain.

“Bagi saya ini bukan sekedar bisnis, melainkan kontribusi dari profesi saya di daerah yang masih tertinggal dalam bidang yang saya tekuni,” ujarnya. Dokter Gugun kemudian bekerja keras untuk mengumpulkan modal. Meski tidak rutin, kerja kerasnya luar biasa. Ia bekerja dari jam 06:00 pagi sampai jam 03:00 subuh di lima tempat yang berbeda yakni 2 RSUD di Cirebon Barat dan Cirebon Timur, 2 RS Swasta, serta praktik pribadi. Bahkan sewaktu-waktu, ia juga mendapat panggilan dari RS Paru di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Tahun 2009, cita-cita dokter Gugun terkabul. Ia membuka klinik rawat jalan yang terdiri atas dokter spesialis lainnya seperti dokter THT, Obygn, bedah dan lain-lain. Untuk terus membawa kliniknya bertumbuh, ia berkolaborasi secara modal dan petunjuk dari mendiang Bapak Dadang, manajer perusahaan farmasi dan koleganya dr. Chaerul, dokter spesialis jantung berstatus PNS. Setelah mendapatkan dukungan, ia mulai eksekusi dengan membeli tanah secara bertahap dan mendirikan bangunan. Petumbuhan klinik pun berjalan sesuai harapan. Awalnya hanya menyediakan layanan rawat jalan, kemudian berkembang menjadi rawat inap dengan peralatan yang terus di-upgrade, termasuk dari mobile cathlab menjadi fixed cathlab. Peningkatan peralatan ini ditujukan untuk perawatan optimal bagi pasien yang memerlukan tindakan lanjut seperti pemasangan ring dan pacu jantung, sehingga tidak perlu dirujuk ke RS Jantung di Jakarta maupun rumah sakit di luar Kota Bandung. Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba, pada 5 Januari 2013 diresmikanlah rumah sakit swasta khusus jantung kedua di Indonesia,

“Rumah Sakit Jantung Hasna Medika Cirebon”. Dalam acara peresmian yang turut mengundang para senior dokter-dokter jantung, mendapat riuh decak kagum dari para koleganya serta para profesor senior dalam keberhasilannya selama tujuh tahun membangun rumah sakit di Cirebon.

Dokter Berbicara Entrepreneurship

Entrepreneur, bagi dokter kelahiran 4 September 1968 ini, bukan hanya tentang memiliki ilmu, melainkan memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri serta melihat potensi yang ada di sekitar. Kelebihan dokter Gugun ialah keberaniannya dalam mengeksekusi apa yang menjadi keyakinannya, bersama orang-orang yang memiliki potensi dan menjadi kekuatan kolaborasi. Juga karena dukungan dari istri tercinta, dr. Risthi Grantia beserta anak-anaknya: M. Luthfi Fauzan, BBA., MBA., dr. Sahda Vania Salsabiila dan Hasna Fadhilah R.

Prinsip ini pun tercurahkan kembali ke pembangunan cabang kedua “Hasna Medika Group” di Indramayu pada 22 Oktober 2016, dengan nama “Klinik Jantung Hasna Medika Indramayu”. Dua tahun kemudian, ia mendirikan cabang ketiga di Kuningan, yang diungkapkan dokter Gugun membuatnya berdarahdarah. Akar musababnya, ia secara langsung membangun rumah sakit tanpa melalui tahap klinik terlebih dahulu. Saat pembangunan fisik bangunan sudah rampung, terjadi perubahan regulasi karena pada tahun 2018 JKN-BPJS Kesehatan mengalami defisit akibat tindakan berbiaya tinggi, ditambah adanya moratorium. Belum lagi pandemi Covid-19 turut mengguncang keadaan. Beruntung, ketahanan “RS Jantung Hasna Medika Kuningan” bisa terjaga berkat dukungan dari RS Jantung Hasna Medika Cirebon. Dari pengalaman ini, dokter Gugun memetik pelajaran penting “Jangan pernah mengubah pola yang sudah biasa dilakukan, kalau kita belum yakin. Daripada nanti akan mendapatkan kegagalan”.

Hasna Medika Group kini telah menjadi contoh teladan dalam industri kesehatan di Indonesia, terutama di era JKN-BPJS Kesehatan dengan meng-cover pasien lewat layanan asuransi kesehatan pemerintah, karena 97% masyarakat Indonesia sudah menjadi peserta JKN-BPJS Kesehatan. Era dokter jantung sebagai single fighter sudah terakhir, sekarang saatnya berkolaborasi berbagi kompetensi dan bersinergi. Dalam semangat ini, Hasna Medika terus berupaya menjawab ketertinggalan daerah-daerah yang belum tersentuh layanan spesialis jantung. Hasna Medika Group pun telah menghadirkan 13 cabang yakni di Cirebon, Indramayu, Kuningan, Kedawung (Cirebon), Majalengka, Malang, Subang, Cianjur, Bandung, Garut, Karangasem (Bali), Serang, Pakisaji. Cabang ke-11 Hasna Medika di Pulau Dewata, tepatnya di Karangasem. Sesuai dengan edukasi Sahabat Hasna yang hadir di setiap pendirian Hasna Group, ”Klinik Jantung Hasna Medika Karangasem” didirikan atas dasar menjadi bagian solusi dari masalah kesehatan, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya di bidang kesehatan jantung dan memastikan penyebaran dokter jantung yang merata.

Karena berdasarkan data Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) per 31 Desember 2022, ada 60 dokter spesialis jantung di Denpasar, dan 40 dokter memilih berpraktik di Denpasar. Dalam hal ini Klinik Jantung Hasna Medika Karangasem yang telah grand opening pada 2 Maret 2024, diharapkan mampu menjawab kebutuhan tersebut. Tidak kalah penting, Hasna Medika Group yang telah mempekerjakan 1.200 karyawan ini, diharapkan akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Seperti ungkapan, “Sebaikbaiknya seseorang, akan lebih baik untuk berbuat dan bermanfaat bagi orang lain”. Terlebih dalam konteks profesi yang penuh dengan tanggung jawab dan kemuliaan seperti dokter. Integritas dan dedikasi untuk melayani masyarakat bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi sebuah panggilan untuk memberikan sikap empati, perhatian serta manfaat yang lebih besar dan berkelanjutan kepada warga negara Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!