Karakter yang Tumbuh di Setiap Karya

Di tengah hiruk-pikuk perubahan zaman, ada kisah tentang keberanian memulai dari nol, jatuh, lalu bangkit dengan lebih kuat. Dari dapur di Politeknik Pariwisata NHI Bandung hingga dunia pramugari yang menuntut ketepatan dan kesigapan hidup membawanya pada perjalanan panjang, dari langit Timika, ruang penjualan Accor Vacation Club, hingga dunia konstruksi dan desain interior di Bali. Kemundian munculnya pandemi yang memaksa orang kembali ke titik awal, justru menjadi awal lahirnya babak baru dalam hidup Indah Suzanne yakni Karyanusa Asia.

Lahir di Belanda dengan ayah bekerja di bank, Indah Suzanne kecil merasakan dua dunia, modernitas Eropa dan kehangatan Ambon, kota kelahiran sang ayah. Saat kelas 3 SD, keluarganya pindah ke Jakarta, di mana sang ayah kemudian beralih ke bisnis ekspor-impor. Kehidupan urban Jakarta menjadi saksi awal dari semangat mandiri yang sudah tumbuh dalam dirinya.

Suzanne menapaki jalan hidupnya yang tanpa rencana yang kaku, hanya mengikuti aliran pengalaman dengan fokus yang datang. Ia menempuh pendidikan di Politeknik Pariwisata NHI Bandung dengan fokus pada kitchen, bukan karena ambisi besar di bidang kuliner, melainkan karena ingin belajar sesuatu yang nyata dan membekali dirinya dengan keterampilan hidup. Namun, hatinya selalu gelisah untuk mencoba hal-hal baru. Ia pun melanjutkan studi komunikasi di Universitas Padjadjaran, sambil berjualan makanan Jepang dengan gerobak di sela-sela kesibukan kuliah.

Tak disangka, pertemuan sederhana dengan seorang teman lama yang bekerja sebagai pramugari menjadi titik balik dalam hidupnya. Teman itu menceritakan dunia penerbangan dengan mata berbinar, seolah menggambarkan kehidupan penuh peluang di luar sana. Ada rasa ragu di hati Suzanne, tapi juga ada keberanian yang muncul. Ia pun melamar dan mengikuti berbagai seleksi di Jakarta. Ia kemudian diterima di maskapai Airfast Indonesia, maskapai yang khusus melayani penerbangan karyawan Freeport. Meski bukan maskapai komersial seperti yang ia bayangkan, Suzanne menerima kabar itu sebagai pintu dunia baru terbuka untuknya, hanya dengan jalur yang berbeda.

Suzanne menjalani ritme penerbangan Jakarta-Timika setiap minggu, hingga akhirnya berpindah ke suatu maskapai komersial yang berkembang pesat kala itu. Namun, perjalanan itu terhenti saat maskapai ini berhenti beroperasi akibat dampak Bom Bali kedua pada tahun 2005. Peristiwa itu menjadi titik balik yang mendorong Suzanne mencari jalur baru. Ia kemudian beralih ke dunia penjualan Accor Vacation Club. Kemampuan komunikasinya terbukti luar biasa. Ia bukan hanya menjual, tetapi mampu membaca hati orang, memahami kebutuhan, dan menghadirkan solusi dengan tulus. Setiap pencapaian target bukan sekedar angka di atas kertas, melainkan hasil dari perjuangan, kerja keras, dan keyakinan pada diri sendiri.

Ketekunan itu mengantarkannya meraih prestasi demi prestasi di Accor Vacation Club. Hingga suatu hari, pintu kesempatan yang lebih besar terbuka, ia ditarik oleh perusahaan Astana. Menjadi bagian dari Astana bukan hal mudah. Di sana, kemampuannya diuji habis-habisan, tidak hanya soal target penjualan, tetapi juga soal kepemimpinan dan kepercayaan diri. Dan ketika akhirnya dipercaya memimpin lebih dari 70 orang sebagai direktur, ia merasakan campuran rasa bangga, takut, dan tanggung jawab yang luar biasa.

Pandemi membawa gelombang perubahan besar, di tengah masa sulit itulah, seorang partner lama Gracia Renata kembali mengajaknya berkolaborasi. Tahun 2019 terbentuklah Karyanusa Asia, sebuah mimpi yang diwujudkan menjadi nyata. Perusahaan konstruksi, interior dan desain ini lahir dari keberanian untuk memulai lagi dari awal, berbekal pengalaman panjang kolaborasi Suzanne dengan Gracia sebagai konseptor dan konsultan. Tidak ada jalan mulus di awal. Mereka harus benar-benar mengetuk pintu satu per satu, menawarkan jasa renovasi rumah dengan penuh keyakinan, meskipun sering kali berhadapan dengan penolakan. Perjuangan tanpa lelah itu berbuah manis. Dari proyek kecil, Karyanusa Asia merambah Lombok dan Sumba, walau untuk konstruksi penuh Suzanne masih melangkah dengan hati-hati. Ia paham setiap langkah harus dijalani dengan strategi matang agar kualitas tetap terjaga. Sebagai direktur, Suzanne tidak hanya memegang kendali penuh, tetapi juga membawa visi besar untuk setiap detail proyek. Dengan Gracia sebagai komisaris, keduanya menjaga api semangat agar terus menyala tanpa henti.

Suzanne percaya bahwa bisnis sejati bukan hanya soal memghitung untung dan rugi, melainkan tentang membentuk karakter yang kuat dan tahan uji. Setiap tantangan, setiap kegagalan, dan setiap keberhasilan adalah guru yang menempanya menjadi pribadi yang lebih tangguh. Ia belajar bahwa sistem yang jelas, usaha akan berjalan sesuai arah. Karena itu, ia selalu menekankan pentingnya membangun fondasi yang kokoh, baik dalam manajemen, keuangan, maupun hubungan dengan tim. Ketegasan baginya bukan berarti keras, melainkan berani mengambil keputusan sulit dengan hati yang tulus dan kepala yang jernih. Pengalaman pernah ditipu di dunia bisnis sempat mengguncang keyakinannya. Namun, ia tidak tenggelam dalam rasa marah. Justru di situlah ia belajar dari kewaspadaan, bahwa kejujuran adalah mata uang yang paling berharga yang tak pernah boleh ditukar dengan keuntungan besar.

Suzanne menutup perjalanan harinya dengan keyakinan sederhana. Hidup bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi tentang proses panjang yang membentuk jiwa. Setiap jatuh bangun yang pernah ia alami, dari gerobak makanan sederhana dunia penerbangan, hingga memimpin puluhan orang di perusahaan besar, semuanya menjadi kepingan mozaik yang membentuk dirinya hari ini. Ia belajar bahwa keberanian untuk melangkah, sekalipun dalam ketidakpastian, jauh lebih berharga daripada menunggu kesempatan datang. Dan saat ia menatap masa depan, Suzanne tersenyum dengan keteguhan yang sama seperti ketika ia pertama kali memulai segalanya. Tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari, namun kaki ini akan terus melangkah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!