Bekerja Tulus dengan Mengutamakan Kejujuran dan Tanggung Jawab

Tak ada yang bisa menebak ke mana arah nasib seseorang. Awalnya dipercaya untuk mengelola sebuah bisnis namun karena sesuatu dan lain hal diberhentikan secara tiba-tiba, Wayan Suka mencoba untuk membuka bisnis sendiri demi memenuhi kebutuhan keluarga. Setelah Nu’Mesari Buah didirikan, perjalanan hidup pria yang biasa dipanggil Wayan ini berubah ke arah yang lebih baik. Nu’Mesari Buah kian hari semakin berkembang. Tetap mengutamakan kejujuran dan selalu membantu sesama menjadi prinsip utama Wayan dalam menggerakkan dan menjalankan bisnisnya.

Wayan Suka
Wayan Suka

Wayan merupakan seseorang yang memiliki tekad kuat dan semangat juang yang tinggi, kini telah memiliki usaha menjual buah segar. Tidak hanya membantu perekonomian keluarganya, usahanya ini juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Dengan menyediakan produk berkualitas dan harga yang terjangkau, ia membuka peluang bagi para reseller buah untuk mendapatkan pasokan yang stabil dan dapat diandalkan. Melalui usahanya, ia tidak hanya membangun bisnis yang sukses, tetapi juga ikut membangun perekonomian desa dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Wayan lahir dan dibesarkan di sebuah wilayah yang kering dan tandus yakni Kubu, Karangasem, yang mana daerah tersebut merupakan wilayah yang dikenal sulit mendapatkan sumber air. Untuk bisa bertahan hidup, pria yang merupakan seorang anak petani itu, di masa kecilnya terbiasa bangun jam 12 malam untuk pergi ke daerah dekat pantai untuk mencari sumber air tawar yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari di rumahnya. Wayan membawa air dari pantai menuju rumah melewati jalan setapak menghubungkan antar rumah yang terletak berjauhan. Anak pertama dari sepuluh bersaudara ini juga diberikan tugas dan tanggung jawab untuk memelihara kambing dan ayam untuk nantinya akan dijual oleh orang tua di kota.

Sepulang dari Kota Amlapura, orang tua Wayan selalu membawa sayuran dan buah yang nantinya akan diolah menjadi makanan sehari-hari bersama adikadiknya. Melihat kondisi daerah yang kering tersebut, untuk menanam sesuatu hanya bisa dilakukan pada musim penghujan. Namun, orang tua Wayan masih dapat menghidupi dirinya bersama adik-adiknya melalui penghasilan yang didapat saat menjual hasil perkebunan dan hewan. Kehidupannya yang sangat sederhana begitu lekat dengan permainan tradisional dalam keseharian Wayan di masa kecil. Tidak hanya itu, untuk makanan sehari-hari di tahun 70-an, penduduk desa masih mengonsumsi nasi sela, sayur kacang dan sayur labu. Semua anak mendapatkan masingmasing dibagi rata oleh ibunya. Makanan tersebut juga dilengkapi dengan ikan hasil tangkapan ayah di laut.

Melihat proses perjuangan orang tua dalam menghidupi keluarga, menjadi cerminan diri bagi Wayan untuk belajar tentang kehidupan. Selain ditanamkan nilainilai luhur kepada anak-anaknya, wejangan yang paling diingat Wayan pada saat itu adalah kehidupan yang sulit tidak boleh dijadikan alasan untuk berbuat jahat seperti mencuri barang. Saat itu, Wayan mengenang ketika ia berangkat ke sekolah sambil menjinjing sepatu dan pergi memakai sandal jepit melewati jalan setapak, sampai sekolah ia baru mengganti sandal tersebut dengan sepatu. Sepulang sekolah, Wayan melanjutkan tugasnya untuk menggembala kambing sambil ngarit untuk pakan sambil bermain bersama teman-temannya yang sebagian besar juga menggembala kambing seperti dirinya. Di sela kesibukannya menggembala, Wayan bermain aneka permainan tradisional seperti membuat mainan dari kayu pohon dadap yang disulap menjadi mobil-mobilan.

Ketika musim panen buah tiba, Wayan dan temantemannya mencari buah juwet, bekul dan mangga. Rata-rata buah yang tumbuh di daerah kering rasanya manis. Jika belum sarapan pagi, Wayan menyempatkan waktu untuk berkeliling memetik buah untuk dijadikan sarapan. Ketika malam tiba, dengan penerangan lampu sentir, Wayan pergi menonton tv di banjar, terkadang menonton drama gong dan mendengarkan radio menggunakan baterai yang dikukus kalau habis, dimana semua itu menjadi hiburan di masanya. Jika menginginkan sesuatu, Wayan harus menjual kambing dan ayam seperti untuk membeli baju. Baju yang bagus biasanya simpan setelah disetrika menggunakan piring besi yang diatasnya diletakkan arang dan api dilapisi kain lap, kemudian disimpan di lemari. Pada akhir Minggu, Wayan menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.

Melihat kondisi ekonomi keluarga, Wayan hanya mampu menempuh pendidikan hingga jenjang SMP saja, namun Wayan tetap mensyukuri keadaan pada masa itu. Lalu setelah lulus, Wayan ikut pamannya bekerja ke Denpasar hanya berbekal dua baju dan celana. Di Denpasar, Wayan bekerja di sebuah toko yang menyuplai buah untuk dikirim ke hotel-hotel. Di sana, Wayan bertugas untuk mengirim buah dan belajar banyak hal baru. Setelah sekian lama bekerja, tercetus pemikiran bahwa dirinya tidak bisa bekerja terus seperti itu melihat tidak adanya peningkatan dalam hidup. Wayan merasa jengah dan mulai belajar menyetir mobil. Dengan usahanya tersebut, bos tempatnya bekerja akhirnya mempercayakan Wayan untuk menangani pengiriman ke seluruh hotel. Semua itu berkat didikan orang tua yang senantiasa menanamkan kejujuran sejak kecil, sehingga Wayan dapat dipercaya untuk melakukan tugas oleh atasannya.

Selama bekerja, melihat kondisi hotel tempat pengiriman buah mengalami beberapa kendala, Wayan dipindahkan ke pasar untuk menangani barang-barang di sana. Di tempat itu Wayan banyak berkenalan dengan pengusaha Cina dan para importir sehingga jalinan relasi semakin luas. Wayan menikah pada tahun 1991 dengan istrinya yang dulunya bertemu di tempat kerja. Melihat kondisi tempat kerja yang semakin hari semakin kompetitif, Wayan tiba-tiba saja diberhentikan oleh tempat kerjanya dalam keadaan masih memiliki tanggungan dan kewajiban menghidupi anak dan istri. Dengan banyaknya pelanggan buah dan sudah mengetahui seluk beluk dunia bisnis, pada tahun 2000 Wayan mencoba membuka sebuah usaha sendiri dengan melihat adanya peluang dan relasi tempat dia bisa mencari produk buah yang bisa dijual. Wayan memberanikan diri untuk membeli mobil pickup yang nantinya digunakan untuk menjual buah di pasar.

Dalam menggerakan usahanya, Wayan membutuhkan karyawan yang turut serta membantu mengelola. Untuk itu ia mengajak anak-anak di kampung untuk bekerja di Nu’Mesari Buah. Semua yang dilakukan Wayan telah melewati proses panjang penuh perjuangan dan telah memberikannya banyak pengalaman berharga. Tidak hanya itu, semua yang dilakukan selama ini merupakan hasil tempaan dan didikan sejak dini yang senantiasa mengutamakan kejujuran dalam bekerja. Tantangan demi tantangan mampu ia lewati hingga kini. Semua yang diperjuangkan diharapkan mampu membawa kemajuan bagi Nu’Mesari Buah di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!