Ketika Kerja Keras Mengungguli Bakat
Adrian Christian Worek mengidentifikasi dua tipe orang yang sukses: mereka yang berbakat dan mereka yang bekerja keras. Menurutnya, jika seseorang tidak memiliki bakat alami, mereka masih bisa mencapai kesuksesan melalui kerja keras. Sebaliknya, jika seseorang tidak bekerja keras, mereka harus memiliki bakat luar biasa untuk mencapai kesuksesan. Adrian sendiri adalah contoh orang yang sukses karena kerja kerasnya.
Adrian tumbuh dalam keluarga yang mengutamakan pendidikan dan memiliki pandangan yang kuat terhadap profesi yang stabil dan dihormati. Ayahnya, sebagai pegawai negeri sipil, dan ibunya sebagai seorang dokter, memberikan teladan yang jelas tentang dedikasi dan tanggung jawab dalam karier masing-masing. Wajar saja Adrian didorong untuk mengikuti jejak salah satu dari mereka, khususnya dalam bidang kedokteran yang dianggap memiliki masa depan cerah dan stabil. Namun, selama masa SMA-nya di SMAN 7 Denpasar, Adrian mulai menemukan minat yang berbeda. Kepala sekolahnya saat itu, Bapak Tantra adalah seorang yang berpikiran terbuka dan selalu mendorong siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Suatu hari, dalam sebuah perbincangan dengan kepala sekolah, Adrian diperkenalkan pada dunia arsitektur. Kepala sekolahnya menggambarkan arsitektur sebagai kombinasi antara seni dan sans, kreativitas dan teknik, yang seolah-oleh membangkitkan ketertarikan baru dalam diri Adrian. Selain itu, Adrian juga memiliki seorang teman dekat yang telah memutuskan untuk mengejar pendidikan di bidang arsitektur. Percakapan dan diskusi dengan temannya ini semakin membuka matanya terhadap peluang dan potensi yang ada dalam profesi tersebut.
Dengan langkah pasti, Adrian melanjutkan kuliah di Yogyakarta, tepatnya di Universitas Atmajaya. Kebetulan kakak pun melanjutkan kuliah di kampus yang sama. Selain reputasi universitas yang baik dalam bidang arsitektur, keberadaan kakaknya di sana juga menjadi faktor yang memberikan rasa aman dan nayaman baginya. Berbagi kos dengan kakaknya tidak hanya mengurangi biaya hidup, tetapi juga memberikan dukungan emosional dan moral selama masa-masa kuliah yang menantang. Selama masa kuliahnya, Adrian menunjukkan dedikasi dan ketekunan yang tinggi. Ia aktif dalam kegiatan akademik dan selalu berusaha untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang teori dan praktik arsitektur. Salah satu pengalaman yang sangat berharga baginya adalah kesempatan untuk ikut serta dalam proyek-proyek dosen. Melalui proyek-proyek ini, Adrian tidak hanya belajar tentang aspek teknis dan desain, tetapi juga tentang manajemen proyek dan kerja sama tim. Pengalaman ini memperkaya pemahamannya tentang dunia arsitektur yang sesungguhnya dan mempersiapkannya untuk karier profesional di masa depan. Meskipun perjalanan studinya tidak selalu mudah, Adrian berhasil menyelesaikan semua tantangan dan mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Setelah lima tahun yang penuh dengan belajar, kerja keras dan pengorbanan, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya pada tahun 2007. Kelulusannya merupakan puncak dari usaha dan dedikasinya, serta menjadi langkah awal yang penting dalam karier arsitekturnya.
Setelah lulus sebagai mahasiswa arsitektur, Adrian memulai kariernya di Arte Architect & Associates yang berlokasi di Sanur, milik Bapak Ketut Artana. Tahun pertama dan kedua, ia belum bisa idealis dengan profesinya. Masih menyesuaikan diri dengan ritme kerja. Setelah 1,5 tahun, Adrian pindah ke Popo Danes yang berlokasi di Hayam Wuruk, Denpasar, dan bekerja di sana selama hampir 7,5 tahun. Didikan keras yang diterimanya di Popo Danes membuatnya tumbuh menjadi arsitek yang tangguh, meskipun ia cukup lama belum mendapat kesempatan memegang proyek sendiri. Menyadari bahwa tidak semua orang bisa terseleksi masuk dan bertahan di perusahaan tersebut, Adrian berupaya menahan diri untuk tidak resign sebelum mendapatkan ilmu dan pengalaman yang berguna. Selain itu, setelah menikah pada tahun 2009, ia memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berjalannya waktu, Adrian akhirnya mendapatkan kepercayaan dari Bapak Popo untuk mendampingi arsitek utama dalam proyek pembangunan hotel di Jl. Dewi Sri, Kuta. Namun, pengalaman kurang menyenangkan sempat terjadi ketika klien merasa dirinya kurang pengalaman, karena sejatinya itu memang kali pertama ia memegang proyek besar. Tak menyerah, Adrian mengikuti proses proyek tersebut hingga selesai. Akhirnya, hotel tersebut dihadiri oleh Bapak Popo pada saat peresmiannya, yang mengartikan bahwa proyek tersebut diakui memiliki kinerja yang baik. Pengalaman ini mengukuhkan kepercayaan diri Adrian dan mengukir langkah penting dalam karier arsitekturnya.
Dibalik tekanan kerja, Adrian mendapatkan banyak pembelajaran berharga dari segi ilmu arsitektur, seperti efektivitas penggunaan ruangan dan alur suatu bangunan. Ilmu ini diresap dan diterapkannya hingga saat ini. Selain itu, berinteraksi dengan klien menjadi kesempatan emas baginya untuk melatih kemampuan komunikasi. Adrian juga belajar tentang koordinasi dengan tim dari berbagai bidang serta membangun relasi yang kuat. Semua pengalaman ini memberinya keberanian untuk mendirikan perusahaannya sendiri pada tahun 2017. Sebelumnya, Adrian bersama dua rekannya di Popo Danes, Angga dan Roby, mencari kesempatan untuk mengerjakan proyek di luar jam kerja kantor. Mereka berhasil mendapatkan klien pertama yaitu bisnis kuliner ternama di Bali yang saat itu masih merintis, “Gosha Kitchen & Patisserie”. Awalnya konsep Gosha Kitchen yang berlokasi di Jl. Tukad Gangga, Denpasar, masih hijau dengan pohon kelapa. Bersamasama, mereka menata ulang agar lebih menarik, tidak hanya dari segi menu yang enak. Angga yang handal dalam branding, bertanggung jawab untuk membuat menu, seragam dan logo. Roby mengurus interior dan mural di tembok dan ia sendiri fokus pada aspek bangunan. Kolaborasi mereka bertiga sangat apik, dan berhasil mencipatakan kesan yang mendalam bagi klien. Mereka diberikan kebebasan untuk berekspresi yang menjadikan proyek tersebut sangat berkesan dan berhasil.
Dari meeting di kafe ke kafe yang berlangsung selama tiga tahun, Adrian akhirnya resmi keluar dari perusahaan. Titik baliknya, ketika mengikuti pameran di Villa Umah Seminyak. Dukungan Pak Popo, memberikan mereka kepercayaan diri untuk melangkah maju dan membangun brand-nya sendiri, dan lahirlah nama “Casa Studio Bali”. Proyek pertamanya adalah rumah tinggal dan beberapa vila di Kampial. Adrian mengerjakan proyek tersebut bersama Angga yang ahli dalam grafis. Setelah tiga proyek berjalan, Roby kemudian bergabung dan logo perusahaan kemudian diganti, untuk menandai kehadiran Roby. Proses transisi dari karyawan menjadi pemilik bisnis tidaklah mudah, Adrian, Angga dan Roby harus belajar dan kerja keras dalam banyak hal baru yang tidak mereka pelajari di bangku kuliah. Mereka harus mengembangkan keterampilan dalam manajemen bisnis, pemasaran, dan hubungan pekanggan. Berkat semangat dan dedikasi mereka, membantu mengatasi berbagai rintangan.
Setahun dua tahun berjalannya Casa Studio Bali, cukup lancar karena biaya tetap (fix cost) tidak begitu besar. Pada tahun 2018, Casa Studio Bali berhasil melayani jasa konsultan arsitek interior dan menggarap beberapa proyek swasta prestisius di Denpasar, salah satunya restoran Japanese food, Jin-Jin. Selain itu, Casa Studio Bali juga memperluas jangkauan proyek hingga luar negeri seperti India. Jika ada klien yang ingin sekaligus membangun Casa Studio Bali akan mencari jasa konstruksi yang sudah berpengalaman dan terbiasa bekerja sama dengan mereka agar keluhan dapat langsung dikelola oleh pihak konstruksi tersebut. Namun, memasuksi masa pandemi Covid-19 yang tak terduga, proyek mulai sepi. Casa Studio Bali hanya menjalankan proyek-proyek yang didominasi oleh industri kuliner yang sudah berjalan sebelum tahun 2019. Di mana, sebelumnya Adrian telah memberikan presentasi di Balai Pertemuan Bumiku tentang “Kuliner Arsitektur”, tetapi ironisnya pandemi terjadi tak lama setelah itu. Kondisi tersebut membuat Adrian yang biasanya hanya mendesain, merambah ke bidang pengembangan (development). Mereka bekerja sama dengan kontraktor yang terpercaya dan beroperasi di bawah nama Casa Studio Bali. Langkah ini tidak hanya membantu mereka bertahan, tetapi juga memungkinkan mereka untuk mengembangkan bisnis lebih lanjut. Alhasil, keberhasilan dalam mendirikan kantor baru di masa pandemi adalah bukti dari ketekunan dan strategi adaptif yang diterapkan oleh Adrian dan timnya.
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, Adrian berhasil mengubah situasi sulit menjadi peluang untuk berkembang dan memperkuat posisi mereka di industri arsitektur. Hal ini membuktikan bahwa meskipun Adrian tidak memiliki bakat alami dalam berbisnis, kerja keras dan ketekunannya mampu membawa dirinya mencapai tujuan tertinggi. Pesannya jelas, jangan pernah meremehkan kekuatan kerja keras karena itu bisa menjadi jalan utama menuju kesuksesan yang diimpikan.