Jalani Hidup Apa Adanya dan Tetap Optimis Menjadi yang Terdepan
Memang tak dapat dipungkiri bahwa setiap langkah yang dilalui dalam mengarungi kehidupan selalu menawarkan kisah penuh makna. Dalam setiap tahap hidupnya, Eng Kiat dikenal sebagai sosok yang senantiasa menjalani hidup apa adanya. Dengan pemikiran sederhana dalam upayanya membangun dan membesarkan bisnis, tersimpan semangat dan rasa optimisme yang begitu tinggi. Toko 39 berdiri setelah Eng Kiat melewati serangkaian proses jatuh bangun yang cukup panjang. Hingga akhirnya ia bertransformasi menjadi pribadi yang memiliki prinsip, berpikiran maju, serius dalam menjalani hidup dan menyukai tantangan.
Eng Kiat memulai perjalanan hidupnya di Sumatera. Ia tumbuh besar bersama kelima saudaranya di bawah didikan ayah dan ibu. Sejak kecil, Eng Kiat terbiasa dengan aktivitas berjualan. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya pada hari Minggu, Eng Kiat berjualan sayur di pasar. Sementara itu, saat SMP sepulang sekolah Eng Kiat beralih berjualan kue, berkeliling sambil membawa keranjang di kiri dan kanan. Sampai ia remaja, akhirnya memutuskan untuk membantu menjaga toko. Semua itu dilakukan agar Eng Kiat dapat membayar SPP sehingga ia mampu menempuh pendidikan meskipun hanya sampai jenjang SMA. “Waktu itu, umur saya masih belasan tahun dengan kondisi ekonomi yang cukup berat, kadang SPP sekolah menjadi masalah. Untuk itu, saya berinisiatif bekerja dan memiliki penghasilan sendiri supaya bisa bayar SPP sendiri. Kehidupan saya dulu dramatis seperti di film-film,” ungkapnya.
Keinginannya memperbaiki hidup menjadi lebih baik membuat Eng Kiat tak terbesit dalam pikiran untuk memiliki cita-cita pada saat itu, hanya menjalani hidup mengalir apa adanya. “Saya ini otaknya terlalu kotak, nggak bisa muter, inginnya langsung kerja cari uang. Meskipun misalnya saya lahir dari keluarga dengan finansial yang baik, kurang berminat untuk lanjut kuliah. Anak-anak di kampung saya lebih banyak berpikir kalau lulus SMA langsung bekerja. Keinginan saya merantau, terinspirasi dari sana,” ujarnya. Sebagai orang yang berpikiran lurus, Eng Kiat mengakui bahwa dirinya merupakan pribadi yang tidak terlalu ambisius. Dengan pola pikirnya yang berbeda dari orang pada umumnya, Eng Kiat begitu menikmati pekerjaannya meski diakuinya proses yang dijalani begitu pelan. Eng Kiat memutuskan merantau pada tahun 1991 di Medan dan bekerja selama satu tahun, sempat kembali ke kampung membantu menjaga toko selama beberapa bulan hingga akhirnya ia bertandang ke Serang, Banten, dan bekerja di pabrik selama 9 tahun.
Dengan kondisi finansial mulai membaik, Eng Kiat pergi ke Bali. Eng Kiat mulai langkahnya menjadi pengusaha dengan mulai memproduksi mie. Setelah usahanya berkembang, Eng Kiat mulai merambah ke dunia kuliner dengan mendirikan warung mie ayam dan chinese food. Usaha tersebut mengalami perkembangan begitu pesat. Di saat yang bersamaan, Eng Kiat mendirikan Toko 39 yang menjual berbagai kebutuhan yang biasa digunakan di restoran dan warung makan seperti mie, pangsit, dan bumbu dapur. Kendati demikian, Eng Kiat memilih menutup usaha chinese food dan hanya fokus mengembangkan Toko 39.
Seiring jalannya waktu, Toko 39 memiliki penambahan produk yang semula hanya menyediakan berbagai kebutuhan sesuai dengan permintaan, kini mulai merambah ke produl-produk yang dibutukan oleh masyarakat dengan harga terjangkau. Selama 13 tahun berdiri, suka duka membangun usaha dilewati dengan suka cita. “Toko pertama sudah dibangun selama 13 tahun, dengan proses yang lama dan tidak mudah, saya cukup berpuas diri dengan hasil yang diperoleh, meski awalnya tidak memiliki target yang pasti,” terbesit dalam ingatannya . Dalam menjalankan Toko 39, Eng Kiat berharap usahanya tersebut dapat berjalan dengan baik sehingga mampu menjadi bisnis yang lebih besar, dikelola dengan manajemen yang lebih bagus dan kian hari mengalami peningkatan penjualan dan penambahan jenis produk sesuai dengan keadaan pasar. Saat ini, Eng Kiat telah memiliki segmen pasar sendiri dan berkeinginan mampu menjadikan Toko 39 menjadi bisnis yang maju dan berkelanjutan.