Warisan Bukan untuk Dijual, Melainkan Harus Ditambah untuk Anak Cucu

Lahir di daerah pariwisata sekaligus orang tua memiliki bisnis akomodasi penginapan bungalow, pria kelahiran Seminyak, 30 Desember 1976 ini, bisa dikatakan dari segi ekonomi, tegolong berkecukupan. Tak salah lagi, secara langsung menyaksikan role model sukses menapaki bisnis di pariwisata, ia pun mulai terjun di bidang yang sama, dari sewa motor, mobil, vila hingga yang tereksis, “Taris Bali Bar and Restaurant”.

Setelah tahun 2010, Made Astawa mendirikan usaha bar dan restoran bernama “Taris Bali Bar and Restaurant” yang berlokasi di Jl. Camplung Tanduk, Seminyak, Kuta Utara. Dalam merintis ia hanya dibantu sedikit karyawan, karena ia masih meng-handle bisnisnya sendiri, sejak dibuka hingga tutup jam 2 pagi.

Made Astawa mengungkapnya dirinya memang bukan tipe orang yang suka terikat dengan waktu dalam pekerjaan. Terlihat sejak di bangku kuliah, ia sudah mulai merintis bisnis perdananya, dengan menyewakan sepeda motor dan mobil. Namun ia tak memiliki target tertentu dalam melakukan bisnis tersebut, apakah akan diseriuskan dengan menambah armada atau tidak. Ia hanya menjalaninya dengan iseng, sembari mengisi waktu mengelola bungalow, ternyata menutupi untuk kebutuhan pribadinya sehari-hari. Ia pun semakin terpanggil merambah ke bisnis lainnya.

Pilihannya merambah ke usaha bar sekaligus restoran, berawal karena masih jarang yang memiliki tipe bisnis serupa, kala itu. Ditambah faktor desa adat masih mempersiapkan lahan yang lebih tertata dan bersih, barulah masyarakat diizinkan untuk merintis usaha. Namun masyarakat belum ada yang tertarik dan berani untuk mengelola lahan tersebut. Berbeda dengan Made Astawa dan istri yang memilih memanfaatkan kesempatan tersebut, yang awalnya hanya menyentuh target pasar masyarakat lokal. Seiring mendapat respons positif dari masyarakat, inovasi pun semakin dikembangkan dengan bangunan yang lebih menarik dan menu yang semakin beragam. Setelah terbukti usaha yang dibangun Made Astawa memberikan kesuksesan yang nyata, barulah mulai ada yang mengikuti jejaknya mendirikan bisnis di lingkungan tersebut, yang diawali oleh tiga orang.

Taris Bali mengusung konsep bersantai di alam terbuka, dengan penyediaan bean bag, ditambah penampilan live music setiap harinya. Menyajikan menu makan siang dan malam, serta minuman beralkohol dengan harga yang tak menguras kantong. Made Astawa pun menyarankan bila khusus sembari ingin menyaksikan panorama pantai, agar datang mulai sore harinya, karena di pagi sampai siang hari, masih agak panas. Selain didatangi oleh wisatawan domestik dan internasional khususnya Australia dan Eropa, ia yang tergabung dalam klub motor ini, juga tak jarang menjadikan lokasi Taris Bali sebagai ajang kumpul bersama rekan-rekannya satu klub atau membangun relasi dengan pecinta motor lainnya.

Selain kuliner, Made Astawa yang mengaku meski tak hobi bertato, memanfaatkan lahan milik pribadi yang masih kosong, dengan merambah studio tato. Agak menyimpang memang dari bisnis sebelumnya, namun tak masalah, selama berpenghasilan. Selain itu, menjelang pandemi Covid-19 yang mulai surut dan peraturan semakin dilonggarkan, terutama dihapuskannya aturan karantina, Taris Bali mulai mendapatkan kunjungan dari wisatawan. Made Astawa berstrategi dalam menyambut kembali wisatawan, tetap mengutamakan pelayanan terbaik dan melakukan promosi.

Kesuksesan Made Astawa, tak lepas dari ilmu dan pengalaman berbisnis yang diwariskan orang tua kepadanya. Tak hanya soal bisnis, ia juga mendapat amanat yang sampai saat ini masih ia pertahankan, terutama sebagai orang asli Bali, yakni “Jangan menjual warisan, melainkan kembangkan warisan tersebut untuk anak cucu” Diakui oleh Made Astawa, cekcok antar saudara karena warisan adalah sisi gelap dari masyarakat Bali yang harus segera diakhiri. Salah satunya, sebaiknya warisan memang tak hanya sekedar dibagi-bagi, tapi harus ditambah dengan merintis warisan baru, agar ungkapan tidak habis tujuh turunan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!