Tuah Seorang Wanita Bali Tangguh, Tulus dan Inspiratif
Di Bali menganut sistem kekerabatan patrilineal atau anak laki-laki menjadi ahli waris. Meski demikian, kita semua meyakini lahir menjadi seorang wanita di Bali adalah istimewa, terlebih menjadi anak pertama dalam keluarga. Istimewanya adalah meski sudah mepamit dari leluhur dan keluarga untuk menikah, anak perempuan acak kali mengunjungi dan memberikan perhatian kepada orang tua mereka. Dari sekian banyak kisah anak sulung wanita di Bali, Pande Putu Virga Yanti mungkin bisa mewakili. Ia dalam kisahnya meski singkat, terlihat sangat mengutamakan keluarga. Ia berupaya fleksibel mengatur waktu menjaga orang tua dan sebagai wanita mandiri secara finansial.
Sejak usia enam tahun, Virga Yanti mengorbankan waktunya untuk membantu pekerjaan rumah tangga karena ibu yang sakit. Ia juga mulai bekerja untuk mendapatkan upah, dari menyetrika baju-baju tetangga sekitar tempat tinggal di Tabanan. Di tengah kesibukkannya, Virga Yanti memiliki keinginan menjadi perawat dan betapa senangnya saat namanya dinyatakan lolos. Namun untuk melanjukan ke proses pendaftaran, ia membutuhkan biaya Rp10 juta. Mulailah ada pertimbangan berat baginya, jika ia menggunakan uang tersebut itu, tiga orang adiknya yang usianya terpaut jauh dengannya terancam tidak bisa bersekolah. Dengan terpaksa ia melepaskan cita-citanya dan melanjutkan ke SMA.
Baik di desa maupun kota, ibu tiga orang anak ini mengubur rasa gengsinya dalam-dalam, terutama di saat ia tengah ranumranumnya. Bagaimana tidak, Virga Yanti harus menambah uang jajan selama bersekolah di Denpasar dengan berjualan sayur keliling. Motivasi bekerja sambil bersekolah ia lakukan, karena perjuangan orang tua yang bekerja sebagai petani berhasil membeli lahan. “Saking iritnya orang tua saya, mereka bisa membeli lahan untuk tempat tinggal di Denpasar,” ucapnya sembari tersenyum. Bersama ayahnya, ia membangun rumah sendiri demi menghemat ongkos. Satu tahun kemudian rumah itu pun rampung dan ditempati oleh Virga Yanti, serta kelak akan menjadi tempat tinggal tiga orang adiknya yang akan bersekolah di Denpasar.
Virga Yanti tak memungkiri ada pemikiran mengapa ia memiliki keadaan seperti ini. Berjalannya waktu, pikiran itu pun memudar dan ia harus melanjutkan hidupnya. Tinimbang mencari jawaban tak kunjung datang, lebih baik melakukan yang terbaik untuk hari ini. Tamat SMA, ia kemudian bekerja sebagai penjaga minimarket sambil bolak-balik ke Tabanan untuk menjaga kakek yang sakit. Meski tanpa ijazah sarjana, Virga Yanti terus memacu semangatnya untuk mendapatkan pekerjaan yang semakin baik dari segi penghasilan. Banyak pengalaman ia dapatkan, mulai dari berjualan di pasar bersama bibi, bekerja di Matahari Kuta Plaza sebagai SPG, Matahari Kuta Square, Centro Department Store, Kuta Suci dan money changer. Melompat dari satu korporat ke korporat lain, Virga Yanti tak pernah melewatkan koneksinya dengan keluarga. Seperti saat ia bekerja di money changer, ia meminta agar ditempatkan di cabang Pan Pacific, Tanah Lot, agar bisa mengunjungi orang tua.
Setelah musibah pandemi Covid-19, Virga Yanti berhenti bekerja. Bersama suami yang memiliki latar belakang sebagai kontraktor, mereka putuskan untuk mulai menyiasati penghasilan dan waktu yang senggang dengan membangun passive income melalui pendirian vila. Pandemi yang tak kunjung usai, membuat Virga Yanti yang sudah terbiasa bekerja tak kuasa berleha-leha, ia kemudian menawarkan diri kepada para pemilik vila kecil itu di-manage olehnya dan melayani resevasi. Dari relasi Virga Yanti, suaminya pun mendapat pekerjaan tambahan yaitu membuka jasa renovasi dan pemborong kolam. Kekompakan keduanya dalam bekerja dan saling memberikan dukungan, membuat pasangan yang menikah tahun 2004 itu berhasil melalui pandemi dengan mempertahankan stabilitas finansial, bahkan mengembangkan usaha di tengah tantangan yang ada.
Pandemi telah yang telah berlalu meninggalkan sejarah tersendiri bagi setiap orang. Ada kepahitan, tetapi juga manisnya peluang usaha yang sukses didirikan. Virga Yanti dan suaminya, meski sudah memiliki beberapa unit vila, memilih tidak berhenti bekerja. Seperti saat Virga Yanti mendapatkan kepercayaan dari mantan bosnya, untuk menjadi manajer dari sebuah usaha yang di bangun pascapandemi pada tahun 2022 bernama Mewali Seseh yang berlokasi di Jl. Pantai Seseh Cemagi, Mengwi. Mendapatkan rezeki tambahan, siapa yang bisa menolak?, apalagi ia ingin terus bisa membantu orang tua, salah satunya jaminan kenyamanan dan keamanan secara finansial. Bantuan finansial ini juga merupakan wujud terima kasih dan bakti Virga Yanti atas segala perjuangan dan dukungan yang diberikan orang tuanya sepanjang hidupnya. Dengan tekad dan kerja keras, Virga Yanti berharap bisa terus memberikan yang terbaik bagi keluarganya, baik dalam hal finansial maupun perhatian yang tulus