Sebuah Pencapaian dari Kerja Keras Demi Mewujudkan Impian Membangun Usaha
Melihat perkembangan sektor pariwisata di Bali yang begitu pesat, ditandai dengan adanya sederet pembangunan akomodasi seperti hotel dan vila menandakan kembali bangkitnya pariwisata usai melewati berbagai tantangan dunia. Tentunya banyak sekali masyarakat baik dari luar maupun lokal beramai-ramai terjun untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan pariwisata di Bali. Hal ini menjadi peluang bagi Dewi Sudarma dan I Wayan Sudama untuk berinovasi sekaligus investasi jangka panjang. Berpengalaman selama bertahun-tahun di pariwisata dengan modal yang dimiliki, telah membeli sejumlah lahan untuk dibangun salah satunya Pondok Sari Homestay, sebuah homestay yang mengusung konsep tradisional berupa bangunan lumbung berhasil menarik minat tamu dikenal memiliki kualitas pelayanan terbaik.
Sebelum memulai kariernya di dunia pariwisata, sekian proses perjalanan kehidupan telah dialami Dewi dan Sudama. Walaupun berasal dari latar belakang berbeda, keduanya berhasil menyatukan visi dan misi sehingga mampu mewujudkan impian bersama. Sebagai anak petani ladang yang berasal dari Desa Ungasan, sejak kecil Sudama akrab dengan lingkungan pedesaan yang asri. Pada masa itu, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, terbiasa hidup mandiri dan diberikan tanggung jawab oleh orang tuanya untuk membantu di ladang sembari memberi makan sapi. Pengalaman dan pembelajaran soal kehidupan diperolehnya selama menjalani masa kecil oleh orang tuanya. Menikmati masa kecil yang menyenangkan seperti bermain ke alam sambil membawa ketapel, membantu orang tua memetik kacang dan kedelai di ladang merupakan keseharian Sudama pada waktu itu.
Kehidupan anak pertama dari empat bersaudara yang terlahir dari orang tua merupakan seorang peternak dan pengusaha furnitur, Dewi lahir dan dibesarkan dilingkungan keluarga dengan keadaan ekonomi berkecukupan. Memiliki orang tua yang tidak pernah menuntut dan memberinya kebebasan adalah salah satu hal yang patut disyukuri Dewi, walaupun diberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup sendiri serta mengeksplorasi potensi diri asalkan mau mempertanggungjawabkan pilihannya tersebut. Di masa kecil perempuan asal Desa Pecatu ini menceritakan zaman itu sudah ada listrik dan menggunakan geronteng untuk menampung air setiap musim hujan. Geronteng adalah sebuah terowongan peninggalan jepang yang masih digunakan masyarakat setempat untuk menampung air sehingga terhindar dari kekeringan. Dewi tinggal di daerah perbatasan antara Desa Ungasan dan Desa Pecatu, bersekolah cukup jauh dari rumah. Kesehariannya sepulang sekolah adalah membantu orang tua mengurus rumah tangga. Dewi dikenal sebagai anak yang tomboy dan suka berolahraga.
Di masa sekolah, Sudama lebih banyak menghabiskan waktu bertualang dan berkumpul bersama temanteman. Kesibukan di sekolah tidak menghalanginya untuk berkumpul bersama keluarga pada momenmomen tertentu. Untuk berangkat sekolah, Sudama menempuh jarak cukup dekat dari rumah dengan menaiki bukit bersama teman-temannya. Kemudian Sudama melanjutkan sekolah di SMA Dirga Yusa. Saat remaja belum menemukan jati diri ingin menjadi apa untuk ke depannya. Sudama menikmati masa-masa SMA yang lebih banyak dihabiskan untuk berkumpul bersama teman-teman. Menjelang akhir masa SMA, Sudama memutuskan untuk terjun ke dunia kerja. Sempat ingin melanjutkan kuliah namun tidak mampu, akhirnya Sudama memutuskan untuk bekerja di restoran Jepang selama 1 tahun, kemudian memutuskan berhenti dan bekerja di wartel selama 2,5 tahun. Sudama melanjutkan perjalanan kariernya dengan bekerja di Air Catering Service sebagai tukang oven roti selama 8 bulan. Lalu pindah bekerja di Pecatu Graha tepatnya di Puncak Nuri Pub sebagai waiter sambil mengasah kemampuan berbahasa Inggris.
Dewi melanjutkan masa SMA dengan bersekolah di SMK Negeri 3 Denpasar dan mengambil jurusan Tata Boga. Kehidupan remajanya diwarnai dengan lebih banyak berkumpul bersama teman-teman. Dewi menjalani trainning di Hotel Putri Bali, ini menjadi momen pertama kali Dewi memasuki dunia kerja. Setelah lulus SMK, Demi melamar sebagai daily worker bagian F&B Service di Kuta dan bekerja selama 9 bulan. Setelah bom Bali I, Dewi memilih berhenti bekerja di Kuta dan melanjutkan bekerja di Villa Balangan bagian F&B Service sambil membantu di bagian dapur selama 5 tahun. Di sana Dewi banyak memperoleh pengalaman seputar kariernya di pariwisata.
Pertemuan keduanya berawal dari perkenalan melalui perantara teman. Memutuskan untuk menikah pada tahu 2005, kehidupan masa itu belum secanggih seperti saat ini. Kehidupan setelah menikah masih disibukan dengan pekerjaan masing-masing. Pada saat itu, Sudama sudah pindah bekerja di Villa Dreamland sebagai senior cook dan resign pada tahun 2018. Sedangkan Dewi masih bekerja di Villa Balangan. Di tengah kesibukan bekerja, keduanya dikaruniai anak pertama yang sudah pasti kesibukan Dewi bertambah. Untuk itu, Dewi meminta rekomendasi agar mampu bekerja secara fleksibel supaya bisa mengatur waktu antara bekerja sambil mengurus anak dan rumah tangga. Sempat alami stres pada waktu itu, Dewi memilih vakum selama setahun untuk menjalani program anak kedua. Terbiasa dengan kesibukan bekerja, membuat Dewi merasa bosan, akhirnya memutuskan untuk bekerja dengan orang Amerika yang tengah membangun vila dengan menangani bagian akunting.
Menjalani pekerjaan yang cukup jauh dari jurusan Tata Boga, membuat Dewi kewalahan dan diakui pekerjaan tersebut cukup memberatkan. Namun tantangan tersebut tetap dihadapi dan dijadikan motivasi semangat untuk kembali maju. Dengan waktu kerja yang cukup fleksibel, selain mengurus anak, Dewi dan Sudama berkesempatan terjun ke masyarakat untuk menyama braya. Setelah menjalani rutinitas dengan kesibukan, akhirnya Dewi memilih untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Untuk beradaptasi dari terbiasa bekerja menjadi ibu rumah tangga tidaklah mudah. “Setelah memutuskan menjadi ibu rumah tangga, saya bingung mau ngapain, apa yang harus dikerjakan, sempat saya nggak betah terus berada di rumah, jadi saya berpikir harus melakukan sesuatu yang bisa dikerjakan dan bisa menghasilkan uang,” ungkapnya.
Sudama juga memilih resign dari tempat kerja dan mulai kembali bekerja di Villa Bingin. Saat itu, Sudama dan Dewi mulai memperhitungkan untuk membangun sebuah usaha. Usaha pertama bermula dengan membeli sebuah lahan lalu membangun kos-kosan 7 unit. Awalnya akan dijadikan sebuah rumah kos, seorang warga Australia mengontrak rumah kos selama 10 tahun dan dijadikan guesthouse. Sebelumnya, Sudama dan Dewi sudah memiliki rumah kos di Jl. Gunung Agung, Denpasar, yang dikelola pribadi selama keduanya masih bekerja dan usaha tersebut masih berjalan sampai saat ini. Seiring berjalannya waktu, Sudama dan Dewi mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit akhirnya mereka kembali memutuskan untuk membeli rumah di Denpasar. Setelah semua lahan dikontrak, dengan modal yang terkumpul, keduanya mulai menyusun rencana untuk membangun usaha yang memang dikelola sendiri dan fokus untuk mempelajari serta mengembangkan bisnis. Pondok Sari Homestay merupakan salah satu usaha milik Dewi dan Sudama berupa homestay dengan konsep lumbung tradisional yang dibangun pada tahun 2019 dan resmi dibuka pada tahun 2020.
Meskipun bukan hal baru bagi Dewi dan Sudama memulai usaha, berpengalaman selama bertahun-tahun di dunia pariwisata tidaklah sulit dalam proses pengembangannya. Dengan menawarkan konsep tradisional yang cukup unik, tetap mengedepankan kualitas pelayanan sehingga membuat tamu merasa nyaman saat menginap. Usaha yang dibangun bersama ditengah kondisi pandemi pada saat itu dirasa sulit untuk menjalaninya, namun keduanya tetap optimis dan berkeyakinan usaha yang dibangun akan menjadi maju dan berkelanjutan. Selain menjalankan Pondok Sari Homestay, dengan usaha yang masih berjalan sampai saat ini seperti sejumlah rumah kos dan lahan yang masih dikontrak, Dewi dan Sudama berharap usahanya tersebut akan diteruskan oleh ketiga anak mereka kelak. Untuk itu, mereka kini bekerja keras menjalankan serta mengembangkan dengan tetap melihat perkembangan zaman, terutama perkembangan pariwisata Bali yang saat ini tengah mengalami peningkatan begitu pesat. Semua usaha dilakukan murni atas kerja keras dan pencapaian yang diraih hingga kini oleh Dewi dan Sudama.