Representasi Budaya Bali yang Otentik Dibalut dengan Estetika
Memperkenalkan budaya dan kearifan lokal masyarakat kepada wisatawan yang bertandang ke Ubud, Gianyar, merupakan visi dari pemiliki Hotel Gayatri, Bagus Ari Saputra. Selaku entrepreneur yang bergerak di bidang hospitality, visi tersebut ia tuangkan dalam lingkup akomodasi bernuansa Bali otentik. Tak hanya merasakan pengalaman di hunian bergaya arsitektur Bali tradisional, para tamu yang ia jamu di hotel miliknya juga dapat merakan suasana interaksi sosial masyarakat setempat.
Ubud menjadi salah satu destinasi utama yang dikunjungi wisatawan. Tentunya, banyak ragam pilihan penginapan ada di sana, mulai dari hotel berbintang, vila, hingga homestay. Namun, bila ingin melihat dan merasakan langsung atmosfer budaya masyarakat Bali, Gayatri menjadi pilihan akomodasi yang tepat. Sejak pertama kali didirikan di tahun 1996, hotel ini dioperasikan oleh owner warga Ubud asli dengan menggunakan gaya arsitektur Bali tradisional.
Di tangan generasi kedua yang dikelola oleh Bagus Ari Saputra, Gayatri masih mempertahankan nuansa Bali yang otentik di setiap sudut akomodasi tersebut, serta ditambah sentuhan estetika sehingga meningkatkan nilai keindahan pada hotel tersebut yang beralamat di Jl. Monkey Forest no. 41 Ubud. Sesuai dengan slogan mereka “Beauty & Serenity in the Heart of Bali”.
Bagus Ari Saputra menceritakan akomodasi berkonsep tradisional ini lebih diminati oleh wisatawan mancanegara, khususnya turis asal Eropa, Australia dan Amerika. Representasi budaya Bali tak hanya tercermin pada bangunan hotel yang terdiri atas 19 kamar, tetapi juga pada nuansa interior yang berbeda di setiap kamarnya.
Para tamu juga dapat melihat langsung “the way of life” masyarakat lokal yang terwakilkan dari aktivitas dan interaksi para staf di Gayatri. Seluruh staf merupakan warga berdomisili Gianyar dan dalam keseharian sosial di lingkungan hotel menggunakan Bahasa Bali untuk berkomunikasi.
Selain berkesempatan merasakan pengalaman bermalam di tengah suasana kehidupan khas Bali, para tamu juga dapat mencicipi hidangan nikmat di restoran Gayatri. Uniknya menu yang disajikan mengusung konsep “plant-based” dengan menggunakan bahan baku organik dari kebun milik hotel. Hal ini merupakan bukti komitmen dari pengelola Gayatri dalam menjaga harmoni antara manusia dengan lingkungannya sesuai dengan konsep Tri Hita Karana. Diharapkan dengan memanfaatkan hasil pertanian lokal organik dan pengemasan makanan berkonsep ramah lingkungan, dapat menjaga keberlangsungan ekosistem sekaligus menyajikan makanan yang sehat dan enak untuk para tamu.
Sebagai orang Bali yang sempat merasakan pengalaman bertumbuh di luar negeri, ternyata kecintaan terhadap budaya leluhurnya terpatri sejak kecil dalam diri Bagus Ari Saputra. Pria berdarah Bali dan Finlandia ini sejak kanak-kanak kerap dibacakan kisah epos Ramayana maupun Mahabharata oleh sang ibu yang merupakan warga Finlandia. Nilai-nilai hidup yang ada pada kisah-kisah itulah kemudian menjadi dasar prinsip berperilaku bagi Bagus Ari Saputra hingga bertumbuh dewasa.
Memasuki masa sekolah, Bagus menjalaninya di sekolah asrama yang berada di India Utara. Hidup berjauhan dengan orang tua merupakan suatu tantangan terberat bagi Bagus di awal masa adaptasinya. Namun, dari sana ia belajar soal kemandirian dan kedisiplinan. Setelah itu, masa SMP dan SMA dihabiskan di Finlandia lalu melanjutkan kuliah di Inggris. Lewat pengalaman tersebut Bagus kembali mendapatkan pembelajaran hidup mengenai kemampuan adaptif serta menambah khazanah bahasa yang dimiliki.
Pada tahun 2013 setelah menyelesaikan kuliahnya, Bagus memutuskan untuk kembali ke Bali, namun sayangnya, pada tahun yang sama sang ayah tercinta berpulang untuk selamanya, sehingga ia yang harus mengambil alih kepemimpinan usaha. Lagi-lagi dia perlu beradaptasi dengan lingkungan, bahasa dan kebiasaan baru, yang tentu itu membutuhkan waktu. Dari awalnya mengamati dan mendengarkan, ia pun akhirnya mampu berbaur dengan lingkungan baru hingga semakin kuat kecintaanya pada tanah kelahiran sang ayah. Bagus Ari Saputra mengatakan tantangan dalam mengelola usaha terberat yang ia rasakan adalah pandemi Covid-19. Okupansi hotel menurun, di sisi lain, ia berkomitmen untuk tidak merumahkan satu pun karyawannya. Hal ini lantaran nilainilai kekeluargaan yang dibangun solid selama ini membuatnya menyusun beberapa langkah strategi agar bisnisnya tetap bertahan. Bersyukur ia mampu menjaga eksistensi usaha dan kembali merasakan geliat bisnisnya di akhir tahun 2022.