Proses Itu Harus Tetap Ada dan Dialami Generasi Muda

Saat masih bekerja di perusahaan percetakan, jobdesc Sunhaji belum mengenal pembuatan packaging, hingga bos di perusahaan mengiyakan permintaan orderan paperbag dari klien warga negara asing. Dari sanalah, menuntut pria asal Jember, Jawa Timur ini, untuk mulai belajar soal packaging dengan hanya melihat contoh paperbag yang telah disediakan. Seiring berjalannya waktu, pekerjaan tersebut ternyata menyisakan keasyikan tersendiri baginya. Hingga timbul keinginan untuk resign dan akhinya mendirikan “Sunbag Bali” yang beralamat di Perum Taman Bina Mulia, Jl. Made Bina No.28, Ubung Kaja, Denpasar Utara.

Tahun 2017, Sunhaji melepaskan statusnya sebagai karyawan percetakan dan mulai merintis usaha serupa. Pengalamannya 16 tahun berpindah-pindah menjadi karyawan di perusahaan percetakan, telah memberikan ilmu berharga, terutama persoalan ruang lingkup pekerjaannya yang masih kurang pemanfaatan IT. Sunhaji pun mulai merekrut rekannya yang memiliki keahlian di bidang tersebut, yang diawali dengan merancang halaman website perusahaan, “paperbagbali.com” dan aplikasi “Instagram. com/Sunbagbali.co”. Agar tak seketika merebut pasar milik perusahaan sebelumnya, melalui pencarian keyword di Google, para kliennya bisa menemukan alamat website-nya dengan mudah, sehingga ia lebih banyak menerima orderan secara online, seperti klien dari hotel, vila, restoran, toko oleh-oleh dan suvenir untuk event tertentu.

Saat pandemi mulai masuk di tahun 2019, Sunbag Bali masih berjalan aman. Menemui tahun 2020, pandemi yang semakin menyerebak ke permukaan, mulailah Sunhaji merasa ketar-ketir, karena klien yang biasanya datang dari event seperti seminar-seminar mulai dilarang pengadaannya, ada juga orderan yang sudah berjalan dari produk oleholeh, pembayarannya harus tertunda. Situasi krisis tersebut membuat kondisi Sunbag Bali mengalami penurunan omzet mencapai 50%. Satu-satunya andalan agar usaha pria kelahiran 15 April 1983 ini tetap berjalan meski landai ialah pada pemilik usaha kuliner. Namun keberuntungan belum berpihak padanya, dari bulan Maret-Juni 2020 Sunbag Bali sempat sama sekali tak mendapatkan pemasukan. Pria kelahiran 15 April 1983 ini pun sempat banting setir ke bisnis kuliner, namun kurangnya pengalaman, tak mampu memberikan solusi terbaik. Barulah memasuki bulan Oktober 2020, mulai ada pencerahan jalan usaha, meski berjalan landai sampai di tahun 2022.

Dalam pengerjaan pesanan yang datang khususnya paperbag, Sunhaji mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga, dengan pilihan kualitas terdiri dari yang standard, middle dan premium. Selain paperbag, Sunbag Bali yang juga menerima desain custom ini, juga melayani pembuatan aksesori untuk garmen, seperti hangtag, label dan lain-lain. Kini usaha packaging semakin pesat bertumbuh, puncaknya semenjak adanya peraturan dari pemerintah untuk mengganti plastik sebagai kantong belanja, dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Sunhaji pun sempat merasakan kompetisi tersebut yang dominan diperankan oleh anak muda. Namun setelah diperhatikan, ilmu dan pengalaman mereka masih belum matang, jadi butuh proses belajar. “Proses itu harus tetap ada, problemnya generasi muda maunya yang instan, karena dari proseslah, kita akan belajar, apa yang menjadi potensi dari diri kita yang sebenarnya”.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!