Perjuangan Panjang untuk Mencapai Kebebasan Finansial

Proses menggapai impian merupakan perjalanan panjang dalam hidup manusia yang diwarnai oleh dinamika pasang surut, dimana tidak jarang ketika mencapai titik ini banyak dari mereka justru memilih menyerah. Namun, tidak ada kata menyerah dalam benak I Ketut Subaktiyasa. Kebebasan finansial merupakan impiannya sejak kecil dengan keinginan kuat untuk membahagiakan orang tua dan mengubah hidup menjadi lebih baik. Dibalik kesuksesan Tukies Coconut Shop, sebuah kisah perjalanan pengusaha yang sangat inspiratif tentang perjuangan menggapai impian yang tidak pernah surut oleh waktu.

Terlahir di sebuah perkampungan sederhana dari keluarga petani kopi transmigrasi yang sangat bersahaja di Sulawesi. Ketika menginjak umur 4 tahun, Ketut bersama keluarga pindah ke Bali tepatnya di daerah Tabanan, hidup melalui penghasilan dari hasil menjual kopi. Bekerja menaiki 20 pohon kelapa demi mengumpulkan kelapa tua sebanyak-banyaknya adalah pekerjaan sehari-hari Ketut di masa kecil. Hasil dari mengumpulkan kelapa digunakan untuk menghidupi keluarga. Bermain hujan-hujanan dan bertualang di alam mewarnai masa kecil Ketut pada saat itu. Sejak kecil, Ketut bekerja di rumah tetangga sekaligus tinggal di sana dan mulai bekerja sejak pukul 02.00 dini hari. Ketut mengenang masa pada saat itu ibu masih hidup, masakan jamur oleh ibu merupakan makanan favoritnya di masa kecil. Setiap hari menjelang sore, Ketut bersama teman-temannya mencari belut di sawah untuk makan malam.

Tempaan keras penuh kedisiplinan merupakan didikan dari orang tua di masa kecil. Namun, Ketut sangat menghormati sosok ayah yang senantiasa memberikan kasih sayang dibalik kerasnya didikan di masa itu. Ketut memutuskan mengikuti ajakan kakak untuk tinggal di Ubud setelah lulus SMP. Sejak saat itu, Ketut membulatkan tekad untuk berjuang keras meraih kesuksesan di perantauan. Ubud adalah tempat Ketut memulai pengalamannya hidup mandiri jauh dari orang tua. Awalnya Ketut memutuskan untuk bekerja sendiri dengan membangun usaha, namun atas saran kakak, Ketut akhirnya bekerja dengan orang lain agar memperoleh pengalaman. Selama bekerja dengan orang lain, Ketut tidak mampu membohongi diri bahwa sesungguhnya ia tidak suka bekerja di bawah naungan orang lain. Kebebasan yang ia miliki terkekang. Untuk itu, Ketut mencari tahu apa yang sebenarnya menjadi tujuannya di masa depan lalu memutuskan untuk kembali ke kampung halaman.

Pengalamannya sebagai penerjemah saat mengikuti raja yoga, membuka pikirannya dengan mendapat wejangan dari seseorang bahwa dalam upaya melakukan apapun, harus menggunakan energi yang benar. Saat itu, tutur kata ayah melintas di dalam benak hingga membuatnya menangis. Dari sana Ketut akhirnya menyadari bahwa apa yang ia lakukan merupakan sebuah kesalahan dan berjanji akan memperbaiki dengan cara yang benar. Ketut mulai berbenah dengan memperbaiki hubungannya dengan orang tua dan memberikan kebahagiaan kepada mereka serta melupakan semua hal yang telah lalu.

Selama berada di Ubud, di sela-sela kesibukannya bersekolah SMA, Ketut berjualan tiket pertunjukan Kecak kepada para tamu. Tekadnya untuk meraih kebebasan finansial mendorong semangat Ketut untuk terus berusaha hingga menggapai apa yang ia impikan. Akhirnya Ketut mulai membangun bisnis desain & cetak dengan menjalin kerja sama bersama anakanak SMK untuk proyek awal. Ketut optimis menjalankan bisnisnya tersebut dengan berkeyakinan bahwa menjalankan bisnis itu mudah, namun akan menjadi masalah besar bagi seseorang yang tidak siap menghadapinya. Keinginan untuk membuka bisnis desain & cetak berawal dari ketertarikannya untuk bekerja di luar negeri lalu ia belajar Bahasa Inggris dan mulai menjalin pertemanan lewat Yahoo Messenger. Dari sana ia mulai mengenal bisnis tersebut dan akhirnya mulai membangun usaha sendiri berjalan selama 5 tahun.

Pada tahun 2004, Ketut mulai berinovasi membuka warnet di tempat yang sama. Persaingan ketat dan harga yang semakin murah menjadi kendala dalam menjalani bisnis tersebut. Saat itu, Ketut mengalami kondisi finansial yang sangat parah sehingga ia memutuskan untuk tetap bertahan dalam kondisi tersebut dan mulai mencari peluang usaha baru. Ketut menjual beberapa komputer untuk mengumpulkan modal dan mulai membuka usaha bar yang menjual minuman. Saat itu, ia terinspirasi membuka usaha yang khusus menjual minuman kelapa. Ketut menyadari bahwa saat itu merupakan masa transisi kehidupan, dimana dalam proses yang telah ia jalani, berbagai pengalaman berharga telah diperoleh. Masalah merupakan bagian dari perjalanan dalam membangun bisnis. Melalui pengalaman tersebut Ketut belajar banyak hal tentang bagaimana membangun dan mengembangkan bisnis.

Tukies Coconut Shop berdiri di Ubud, namun ketika pandemi berlangsung sempat mengalami penurunan pendapatan. Untuk itu, Ketut mencari jalan keluar dengan membuka tepat di depan Beachwalk dengan menggunakan gerobak keliling sebagai bagian dari strategi untuk mempertahankan usaha yang ada di Ubud. Ketut memutuskan untuk menyewa tempat di Beachwalk dan mulai membuka Tukies Coconut Shop hingga saat ini. Pasang surut dalam membangun usaha menjadi bagian dalam proses perjalanan hidup Ketut selama menjalankan usaha, hal tersebut merupakan bagian dari pengalaman berharga yang didorong keinginan untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Tujuan untuk mencapai kebebasan finansial tetap menjadi tujuan utama yang kini telah berhasil digapai Ketut. Perjalanan serta dedikasi Ketut dalam upaya memperjuangkan usaha sangat memberikan inspirasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!