Menyulut Gejolak Bisnis Sejak Dini demi Memperbaiki Ekonomi Keluarga
Meskipun tidak mendapatkan didikan khusus dari orang tua yang memiliki keahlian dalam perkayuan, Made Giriada memilih untuk mendalami bidang tersebut, terutama karena faktor ekonomi yang membangkitkan motivasi dan kemandirian yang tinggi. Sejak SMP, ia pun telah menunjukkan dedikasinya dengan bekerja di industri kayu pada pagi harinya, tanpa mengganggu jam sekolah di siang hari. Gaji yang diterimanya Rp250 ribu/bulan digunakan untuk biaya sekolah dan sebagian disisihkan untuk menabung. Dengan tekad dan kerja kerasnya, ia bahkan berhasil membeli motor dengan uang hasil tabungannya. Menariknya, meski telah memiliki penghasilan yang menjanjikan di bidang tersebut, Made Giriada terbuka untuk melihat peluang pekerjaan lain. Ia pun memutuskan untuk memilih jurusan listrik di SMKN 1 Benoa, karena tertarik bekerja sebagai engineering di hotel-hotel.
Setelah lulus SMK pada tahun 2005, Giriada masih bekerja di industri kayu selama 5 tahun. Tahun 2010, didukung keluarga, Giriada mendirikan usaha demi segera memperbaiki ekonomi keluarga. Keputusan untuk mendirikan usaha sendiri tidaklah mudah, terutama karena membutuhkan modal. Untungnya orang tua memberikan dukungannya dengan menggadaikan sertifikat aset mereka untuk mendapatkan modal awal. Langkah tersebut menunjukkan keseriusan dan kepercayaan terhadap visi dan kemampuan Giriada. Dalam membangun usahanya, Giriada tidak hanya fokus pada keuntungan pribadi, tetapi juga mencari penyuplai kayu dengan mendukung pebisnis lokal, sebagai bentuk kepedulian dan bentuk saling mendukung sesama pelaku usaha. Perihal tenaga, awalnya Giriada masih mengandalkan diri sendiri dan kakak untuk mengerjakan orderan pertama mereka berupa kusen. Seiring usahanya dikenal, mulailah berdatangan proyek-proyek selanjutnya yang mengharuskan Giriada mulai mencari tenaga tambahan dan membentuk tim kerja yang solid.
Keterlibatan Sari Buana Meuble dalam penanganan furnitur properti seperti vila dan hotel, berawal dari relasinya bernama Bapak Rudi yang mengatakan pernah ke Sari Buana Meuble, namun Giriada tak ingat persis momen tersebut. Relasi tersebut terkesan melihat hasil karya Giriada yang sangat bagus dan rapi. Bapak Rudi kemudian menawarkan mengisi furnitur untuk proyek vila di Canggu. Setelah harga yang disepakati, Giriada menerima proyek tersebut dan berhasil diselesaikan selama 3 bulan. Sejak itu, mulai banyak proyek-proyek vila dan hotel yang berdatangan. Meski terdengar lancar, Sari Buana Meuble juga tak lepas juga dari tantangan dan kerugian, saat itu Giriada menyuplai kusen ke hotel sebagai sub-proyek dari suatu perusahaan kontraktor, namun ia tak kunjung mendapat bayaran dengan nilai Rp150 juta. Sampai akhirnya di tahun ketiga, Giriada menuntut haknya melalui jalur hukum dengan membayar. Dengan perjuangan dan kegigihan, akhirnya Giriada berhasil mendapakan pembayaran yang seharusnya menjadi haknya. Pengalaman tersebut lantas mengajarkan Giriada enggan untuk menjadi sub-kontraktor dalam proyek-proyek. Ia lebih memilih bekerja mandiri dan langsung terhubung dengan pemilik properti.
Demi tak ketinggalan tren furnitur dan terus berkembang dalam industri, Giriada mengambil langkah yang startegis. Misalnya dalam membuat furnitur dengan kayu melengkung, ia mendatangkan tenaga terampil langsung dari Jepara, kota yang terkenal denan keahlian pengrajin kayunya. Selain itu, sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, Giriada juga memutuskan untuk menambah mesin-mesin baru. Dengan penambahan mesin, Sari Buana Meuble mampu menangani 4 unit proyek secara bersamaan pada saat itu. Ini tidak hanya mempermudah pekerjaan bagi para karyawan, tetapi juga meningkatkan kapasias produksi perusahaan. Giriada terus beradaptasi terhadap perkembangan tren industri dan kebutuhan pasar, dengan menggabungkan keahlian tenaga kerja dan teknologi mesin canggih, agar Sari Buana Meuble dapat tetap bersaing dan memberikan inovasi dalam produknya.
Kini Sari Buana Meuble sudah memiliki 12 orang karyawan dan berjalan auto-pilot. Atas apresiasi kepada mereka, Giriada mendirikan mess untuk para karyawannya khususnya mereka yang berasal dari luar Bali, termasuk mereka yang telah 12 tahun berkontribusi di Sari Buana Meuble. Pria yang juga pemilik Koperasi Tiara Mandiri ini sadar akan kesuksesan bisnis ini adalah tak lepas dari loyalitas seluruh karyawannya dan ia berupaya memberikan perhatian dan kesejahteraan kepada para karyawan. Kendati sudah auto-pilot, namun ada saja klien fanatik yang proyek mereka harus digarap langsung oleh Giriada. Dalam hal ini, Giriada sangat bersyukur karena membuktikan dedikasi dan nilai tambah yang diberikan olehnya pada setiap proyek.
Tak peduli masa pandemi Covid-19, Sari Buana Meuble masih dibanjiri proyek berupa mengisi furnitur untuk proyek rumah kayu di Canggu dan 18 unit vila yang diserahkan Giriada ke kakaknya. Hal itu dilakukan Giriada karena ia tengah melakukan persiapan ekspansi sebagai pemborong bangunan level kecil, yang lebih fokus pada proyek rumah ke rumah. Giriada juga menunjukkan semangat untuk terus berkembang dengan mempelajari desain melalui laptop, meskipun masih dalam tahap awal. Kemauan Giriada untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan menunjukkan kepemimpinan yang progresif dan inovatif. Seluruh perjalanan bisnisnya di Sari Buana Meuble ini tidak hanya mencerminkan kesuksesan, tetapi juga diharapkan menunjukkan komitmen Giriada terhadap pertumbuhan tim, pelayanan pelanggan dan peningkatan pribadi dalam industri furnitur dan juga upaya ekspansi di konstruksi.