Memadukan Tradisi Bali dengan Standar Internasional
Memasuki masa kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali, mengantarkan I Made Agus Wiguna untuk mencoba pengalaman baru di luar negeri. Meski hanya enam bulan di Singapura pada tahun 2002, ia sudah terbius oleh budaya kerja di Negeri Merlion. Budaya kerja yang terkenal dengan disiplin tinggi, efisiensi dan produktivitas, sangat berbeda dengan apa yang ia alami di Bali. Setiap harinya, ia terinspirasi oleh lingkungan profesional yang mendorong ketepatan waktu, pengambilan keputusan cepat dan kerja sama tim yang kuat ia dapatkan selama melaksanakan job training di The Fullerton Hotel Singapore. Semua ini membuatnya terkesan dan merasa bahwa Singapura menawarkan lebih banyak peluang untuk berkembang. Sepulangnya ke Bali, Agus Wiguna kemudian melanjutkan kuliah sambil menekuni hobi musiknya dengan membentuk band “The Wethead” dan mengeluarkan satu album bertajuk “The Wethead 7 songs + no bonus track”. Ia kembali terpanggil untuk berangkat ke Singapura pada tahun 2005. Ia mengungkapkan dirinya seperti terkena ‘sindrom Singapura’, khususnya dalam hal etos bekerja.
Menurut Agus Wiguna, Singapura bukan sekedar tempat bekerja, melainkan sebuah lingkungan yang membentuk dirinya menjadi lebih profesional dan ambisius. Sistem kerja yang efisien, tuntutan kualitas tinggi dan kecepatan dalam pengambilan keputusan di Singapura membuatnya merasa tertantang dan terus meningkatkan kemampuannya. Kembali ke Singapura baginya adalah kesempatan untuk sekali lagi tenggelam dalam suasana kerja yang memotivasi dirinya untuk mencapai lebih banyak. Merasa diri cukup dengan pengalaman dari Singapura, Agus Wiguna merasakan dorongan besar untuk mengimplementasikan beberapa prinsip yang ia pelajari di sana. Namun, tantangan yang dihadapi cukup signifikan, karena budaya kerja di Bali yang lebih santai dan fleksibel membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah.
Sambil bekerja di industri pariwisata yaitu The St.Regis Bali Resort sebagai St. Regis’s Butler, Agus Wiguna masih belum terpuaskan dengan apa yang ia kerjakan, lagi-lagi karena sindrom tersebut. Akhirnya ia putuskan untuk mendukung ayahnya yang mulai memasuki masa pensiun dengan mengembangkan usaha keluarga, yaitu: penginapan di Ubud. Agus Wiguna memiliki ide untuk mengubah usaha yang dulunya kos-kosan tersebut menjadi sebuah guest house. Ia melihat bahwa secara bisnis, pendapatan guest house yang disewakan per malam jauh lebih menjanjikan dibandingkan dengan penyewaan kos per bulan. Dengan strategi ini, Agus berharap bisa memaksimalkan potensi usaha keluarga sambil tetap menerapkan standar kerja dan disiplin yang ia bawa dari pengalamannya di Singapura. Terwujudlah “Teba House” di Jl. Sugriwa, Padangtegal Kelod, Ubud, yang awalnya terdiri dari 5 kamar berkembang menjadi total 12 guest rooms. Agus Wiguna, yang skripsinya meneliti tentang efektivitas situs web, membantu mempromosikan penginapan ayahnya melalui media online. Pada masa ketika blogspot dan wordpress masih popular, ia menciptakan ubudtebahouse.com, situs web pertama untuk Teba House yang menjadi media online utama penginapan tersebut. Selain mengelola website, lulusan Administrasi Perhotelan (ADH) STP Nusa Dua Bali dengan gelar SST.Par ini, juga turut menangani reservasi yang saat itu masih dilakukan secara manual tanpa sistem digital seperti sekarang.
Pada tahun 2010, Agus Wiguna lulus CPNS dan mulai bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan sampai sekarang ia telah dipercaya menjabat sebagai Ketua Tim Kerja (Katimja) Pengembangan Kelembagaan pada Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Pada tahun 2015, ia melanjutkan jenjang pendidikan ke Pascasarjana Universitas Udayana berhasil lulus dengan nilai sangat memuaskan dengan judul tesis “Strategi Bertahan Usaha Pondok Wisata untuk Menjaga Pariwisata Budaya Berkelanjutan di Kelurahan Ubud” dan di wisuda pada tahun 2018 dengan gelar Magister Pariwisata (M.Par).
Pada tahun 2017, Agus Wiguna terdorong untuk mengembangkan Teba House di lokasi baru, Jl. Bisma, Ubud. Di tangannya, ia berhasil mempertahankan bisnis dengan menawarkan sistem penyewaan yang fleksibel, mulai dari harian, mingguan, bulanan hingga tahunan. Pascapandemi, Teba House berkembang menjadi “Teba House Ubud Group”, dari hanya 5 kamar sekarang total menjadi 24 guest rooms dengan jumlah dua properti yang dikelola, yaitu: Teba House Ubud Guest House di Jl. Sugriwa Ubud dan Teba House Bisma Ubud. Dalam hal pelayanan, Agus Wiguna menggabungkan kesigapan dan efisiensi kerja yang ia pelajari di Singapura dengan keramahtamahan khas Bali. Ia juga mempertahankan suasana tenang dengan memadukan bangunan tradisional dan taman tropis khas Bali. Faktor-faktor ini menjadikan Teba House Ubud Group memiliki relasi yang erat dengan tamutamunya, menciptakan keseimbangan antara tamu dan tuan rumah yang semakin memperkuat reputasinya sebagai salah satu guest house ternama di Ubud. Hal ini membuat Teba House Ubud Group mampu bertahan dan tumbuh di tengah tantangan, serta tetap relevan di dunia pariwisata Ubud yang berdinamika dan semakin kompetitif.