Melaju Kencang di Bisnis Transportasi Untuk Wisatawan – Bali Midori Transport
Keberhasilan merupakan hasil dari serangkaian perjalanan dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan antusiasme. Kutipan populer dari Winston Churchill ini agaknya tepat menggambarkan kisah perjalanan hidup Kadek Adnyana, wirausahawan yang berhasil membangun bisnis biro perjalanan. Namun jauh sebelum cerita kesuksesannya dimulai, ia pun harus mengecap getirnya kegagalan demi kegagalan. Akhirnya kekuatan cinta pun yang mampu melecutkan semangatnya untuk bangkit, hingga mampu melaju kencang lewat wahana bisnis Bali Midori Transport serta usaha lainnya.
Karakter pekerja keras memang telah lekat dengan sosok Kadek Adnyana sejak dirinya masih usia kanak-kanak. Pria kelahiran Gianyar, 4 November 1981 ini mengisi waktu luang selepas pulang sekolah dengan kegiatan mengukir aneka kerajinan tangan. Pekerjaan ini memang identik dengan orang Gianyar yang terkenal mumpuni menciptakan produk kerajinan tangan bernilai tinggi. Adapun selain belajar mengukir patung ia juga terkadang membantu pekerjaan orangtua yang berprofesi sebagai petani. Alhasil kedua tangan Adnyana pun terbiasa melakukan pekerjaan seperti membajak sawah, beternak, menggembala sapi, sampai bercocok tanam.
Meski terlahir dalam keluarga petani, tidak serta merta membuatnya mengkerdilkan semangat untuk meraih cita-cita. Ia terinspirasi oleh seorang dosen yang berasal dari desa kelahirannya, juga sama seperti dirinya merupakan anak dari buruh tani. Dirinya pun termotivasi mengikuti jejak keberhasilan yang sama sembari membisiki kalimat penyemangat untuk diri sendiri, “Jika beliau mampu, saya pun harus bisa!”.
Demi meraih mimpi yang kian membumbung, Adnyana rela bekerja sebagai tukang kebun sembari merampungkan kuliah. Itu pun sebelumnya ia harus melewati masa empat tahun mengumpulkan uang agar bisa melanjutkan perguruan tinggi. Anak kedua dari empat bersaudara ini tidak merasa berkecil hati terhadap pekerjaan yang dilakoninya. Hanyalah semangat meraih masa depan gemilang yang mengisi relung hatinya, walaupun di balik itu ia harus terbiasa makan nasi dengan lauk garam saja. Lantaran berhemat demi bisa membayar SPP, membeli buku, dan keperluan belajar lainnya.
Berkat semangat belajar yang tinggi, Adnyana berhasil mengukir prestasi gemilang yang mengantarkannya pada kesempatan meraih beasiswa. Tentunya beasiswa itu dapat meringankan beban yang dipikulnya selama ini. Selain itu ia juga belajar mengemudi, sehingga mulai memberanikan diri bekerja sebagai supir pengantar wisatawan. Praktis, pundi-pundi uang semakin banyak dikumpulkannya.
Seiring berjalannya waktu, Adnyana semakin kebanjiran order mengantar tamu wisatawan. Lantaran mulai kewalahan, ia pun menawarkan kesempatan kerja pada rekan seprofesinya. Tentu saja ia mengambil margin keuntungan sehingga terjadi simbiosis mutualisme dalam bisnis tersebut. Berkat sistem kerja sama itu ia pun bisa mengerahkan 50 unit kendaraan pengantar turis. Melihat peluang yang ada, ia kemudian memberanikan diri melebarkan sayap usaha ke bisnis penyewaan mobil. Kemudian mengembangkan usaha laundry di daerah petitenget Kerobokan sampai tamat kuliah hingga menikah di usia 29 tahun. tahap memprihatinkan. Putra bungsunya yang pada saat itu masih dalam kandungan istrinya, harus dilahirkan secara prematur. Sepeningal Sang Istri, Adnyana harus membesarkan dua orang putra. Si sulung sudah berusia dua tahun dan yang terkecil seorang bayi mungil. Keadaan tidak memberinya kesempatan larut dalam kedukaan lebih lama, sebab tanggung jawab telah menanti di depan mata.
Rasa cinta yang besar untuk kedua buah hati menuntut Adnyana untuk segera menemukan sosok ibu yang tepat untuk mereka. Ketulusan tekad Adnyana untuk bangkit memperjuangkan masa depan dua jagoan kecilnya akhirnya berbuah manis. Ia dipertemukan pada sosok perempuan cantik yang kini menjadi sosok pendampingnya. Bersama istrinya itu, ia memulai lagi perjuangan dari nol.
Melalui serangkaian kegagalan yang pernah ditemuinya, Adnyana memetik hikmah dari pengalaman tersebut. Ia sadar bahwa fase kehidupan itu harus dilaluinya demi menjadi pribadi yang lebih kuat. Selain itu ia yakin bahwa sebelumnya ia kurang berderma, sehingga pada fase kehidupan baru ini ia menjadikan dirinya sebagai pribadi yang lebih bermanfaat. Ia mulai aktif kembali di berbagai kegiatan sosial, sebuah aktivitas yang sebenarnya telah digiatkannya sejak kuliah. Adnyana juga dipertemukan dengan guru-guru spiritual yang banyak memberikannya tuntunan tentang makna sejati hidup serta perannya dalam kehidupan ini.
Kini Adnyana telah bangkit kembali dari segi karir. Bisnisnya berupa penyewaan sarana transportasi untuk wisatawan kembali berkembang dengan mengusung nama Bali Midori Transport. Selain itu ia mengembangkan hospitality management yang berfokus pada pengelolaan villa. Adnyana pun tidak melupakan jati dirinya sebagai krama Gianyar yang mencintai dunia seni. Ia merintis sebuah galeri milik sendiri dan akan segera diperkenalkan secara luas.
Melalui sekilas perjalanan hidup seorang Kadek Adnyana, patutlah dijadikan bahan pembelajaran hidup bagi siapa pun yang saat ini tengah mengalami fase kegagalan. Setelah mengalami kegagalan tidak jarang muncul keinginan untuk menyerah, apalagi jika kegagalan itu terjadi berulang kali. Api semangat sudah jauh berkurang dan hilang sama sekali. Banyak orang yang patah arang hingga membuat berbalik arah, padahal bisa saja keberhasilan hanya tinggal beberapa inci di depan mata.
Salah satu cara agar semangat berkarya terus membara adalah dengan menjadikan orang-orang sekitar sebagai motivasi. Seperti Adnyana yang termotivasi membahagiakan buah hati serta istri tercinta, membuatnya tidak mengenal lelah melawan tantangan hidup yang datang silih berganti. “Tidak lupa bersyukur agar bisa menjalani hidup dengan bahagia,” demikian prinsip Adnyana menjalani kehidupan ini.